Saya mahasiswa tingkat 3 sebuah perguruan tinggi negeri di Bandung.
Karena saya bukan asli orang Bandung, saya tinggal di sebuah rumah kost
khusus cowok. Kamarnya ada 10, penghuninya juga 10 orang. Kebetulan
mahasiswa semua.
Salah satu hal yang saya sukai dari tempat kost saya adalah kamar
mandinya. Bukan karena bersih atau higienisnya. Bukan juga karena
desain, warna cat atau karena sebab yang lainnya. Yang aku sukai dari
kamar mandi itu adalah jumlahnya. Ya, jumlahnya yang hanya 3 buah itu
membuat kami harus berbagi kamar mandi. Anda bisa bayangkan apa yang
pasti terjadi kalau orang 10 harus berbagi 3 kamar mandi. Yang paling
heboh kalau pagi-pagi semua ingin pakai kamar mandi. Kadang-kadang kami
'terpaksa' mandi bareng untuk menghemat waktu. Sebetulnya saya senang
aja kalau harus mandi bareng. Justru itu yang saya tunggu. Kapan lagi
bisa ngeliat onderdil orang kalau nggak 'terpaksa' begitu. Belum lagi
kalau kita lagi mandi, tiba-tiba ada orang yang nggak tahan ingin
kencing langsung bergabung dan dengan santainya mempertontonkan wilayah
rahasianya.
Di antara 9 orang teman kost saya, ada 1 orang yang jadi "man of my
dream". Namanya Ary, kamarnya pas sebelahan dengan kamar saya. Orangnya
keren, rambut berombak agak panjang, kulitnya putih mirip Indo,
tingginya 180-an, bodinya terpelihara karena dia rajin olah raga dan
hobinya pakai jeans ketat yang menonjolkan dengan jelas kelakiannya.
Kayaknya sih barangnya besar banget!
Kami sesama penghuni rumah kost sering ngobrol. Sekali di kamar
satu, lain kali di kamar yang lain. Juga saling pinjam kaset dll. Saya
paling senang ngobrol dengan Ary, apalagi di kamarnya sendiri. Soalnya
dia selalu hanya pakai celana gombrang setengah paha tanpa apa-apa lagi
kalau sedang di kamarnya. Saya bisa puas memandangi bodinya yang berisi,
dadanya yang full otot. Yang lebih nggak nguatin adalah bulu-bulu hitam
halus di dadanya. Kalau sedang kebetulan celananya agak melorot saya
bisa lihat sebagian bulu baoknya (begitu orang Bandung nyebut bulu
genital/jembut) yang berbaris rapi menuju udelnya. Kadang-kadang dia
juga nggak pakai celdal di bawah celananya itu sehingga kalau dia jalan
saya bisa dengan jelas melihat sesuatu yang 'gundal-gandul' di dalamnya.
Nah kalau pas gitu, kalau sedang beruntung, waktu dia sila atau
mengangkat sebelah kakinya saya bisa liat bijinya yang tertutupi bulu
hitam. Mana tahan......... Sayangnya cuma segitu aja yang bisa saya liat
selama ini. Saya berharap dan berusaha untuk bisa melihat lebih jauh
lagi.
Sejauh ini dia nggak pernah menunjukkan gejala dia itu gay, walaupun
kalau ngobrol dia nggak pernah nyinggung-nyinggung masalah cewek,
apalagi cerita mengenai ceweknya. Aku mau tanya, takut patah hati kalau
tau dia suka cewek atau punya pacar. Jadi saya anggap aja dia itu
'mengandung harapan'
Yang jelas, dia nggak pernah keliatan keberatan kalau saya pandangi
badannya sambil ngobrol. Malahan sering kali dia seperti sengaja (aku
ge-er kali ya !) mengangkat kakinya supaya saya bisa lebih jelas melihat
anatomi tubuhnya, atau berkali-kali membetulkan letak penisnya di depan
mata saya. Kalau nggak kuat nahan, kadang-kadang saya 'dengan tidak
sengaja' menyentuh badannya atau kakinya atau mana aja, yang penting
bisa megang dia. Mau mencoba lebih jauh, takut. Beberapa kali pernah
saya mencoba lebih jauh kepada lelaki lain yang saya sukai, yang saya
dapat cuma pandangan jijik dan selanjutnya penghindaran. Belajar dari
pengalaman, saya nggak mau lagi begitu. Jangan sampai saya nggak bisa
lagi ngobrol di kamarnya dan memandangi bodinya.
Terhadap si Ary ini paling maksimal juga saya hanya berani mijetin
tengkuknya kalau dia mengeluh nyeri kuduk. Memang satu kelebihan saya
adalah pintar memijat (it will be my entrance door in my next story
about Ary and me). Sebenernya memijat buat saya seperti simbiosis
mutualisme (kata pelajaran Biologi). Yang dipijat dapat enak, aku dapat
kesempatan megang-megang badan laki-laki. Kadang-kadang saya dapat
kesempatan mijitin orang sampai nyerempet-nyerempet daerah bahayanya,
walaupun saya harus berusaha mati-matian untuk tidak menyentuh wilayah
terlarang itu. Lagi-lagi dengan alasan takut dihindari orang.
Kembali ke masalah Ary. Satu-satunya jalan untuk bisa melihat dia
lebih jauh (maksudnya melihat dia 'totally naked') adalah mencari
kesempatan mandi bersama. Beberapa hari saya pelajari pola hidupnya,
kapan dia bangun, kapan dia mandi, kapan dia pergi, kapan dia pulang
dll. Sayangnya sampai saat ini saya nggak pernah berhasil satu kamar
mandi dengan dia. Dia selalu mandi sebelum saya bangun atau pergi kuliah
nggak pake mandi.
Saya putar otak, mikirin gimana caranya bisa melihat dia telanjang.
Suatu sore, sambil mikir-mikir cara melihat dia telanjang, saya
terlentang di kasur memandang langit-langit. Eh, nggak taunya ada jalan !
Ternyata di langit-langit kamar saya ada jalan untuk masuk ke para-para
(ruang antara genteng dan langit-langit). Selama ini nggak gitu
keliatan karena memang sedikit tersamar.
"Nah, ini dia jalannya!!", kataku. Saya coba dorong-dorong, penutup
itu terbuka. Kepala saya melongok ke dalam para-para, lalu saya pun
menyusun rencana ........
Besok paginya sengaja aku nggak masuk kuliah. "Pusing", begitu
alasanku. Setelah semua orang pergi, mulailah aku melaksanakan rencana
itu. Dengan membawa paku, sekrup dan obeng saya naik ke para-para,
menuju atas kamar Ary. Saya mencari tempat yang cocok, pas di atas
kasurnya, lalu saya mulai melubangi langit-langit kamarnya. Tidak
terlalu besar sehingga dia tidak akan curiga, tapi cukup besar untuk
mengawasi apa yang terjadi di bawah sana. Pulang dia nanti saya akan
buru-buru masuk kamarnya, pura-pura pinjam kaset, sambil membersihkan
debu dan kotoran yang mungkin jatuh di atas kasurnya.
Ternyata semua sesuai dengan rencana!
Maka mulailah pengembaraan malam saya di atas para-para.
Dua-tiga-empat malam berlalu tampa kejadian berarti. Saya hanya bisa
liat dia tidur dengan pakaian hariannya - ya itu kolor doang !!
Lalu pada malam ke lima, waktu saya mulai bosen, tibalah saat yang
ditunggu-tunggu itu. Malam itu, ketika saya dengar dia menuju kamar
mandi untuk sikat gigi dan persiapan tidur, saya segera naik. Nggak lama
dia kembali. Saya dengar dia mengunci kamarnya. Dia naik ke atas
kasurnya. Dan - duh aduh - malam ini dia pakai sesuatu yang di luar
kebiasaan. Dia hanya memakai celana dalam brief warna putih. Jendolan di
depan cdnya jelas terlihat dan besar sekali. Rambut-rambut genitalnya
tampak lebih banyak. Wah, pokoknya bikin hatiku nggak karuan deh.
Dia bawa buku bergambar di tangannya. Mula-mula dia baca sambil telungkup. Agak kecewa juga saya, karena hanya bisa terbatas melihat bodinya. Kayaknya sih buku porno,
karena gambarnya seperti gambar orang-orang telanjang (nggak terlalu
jelas karena agak kecil). Nggak lama dia terlentang. Kepalanya diganjel
bantal 2. Tangan kanannya tetap memegangi buku, sementara tangan kirinya
mulai menyusup ke dalam celdalnya. Digosok-gosokkannya tangan itu di
dalam. Tampak dia menikmati sekali kegiatan itu. Lalu dia tampak
mengeluarkan tangannya dari dalam cd nya. Pemandangan menjadi tampak
lebih indah karena ternyata dia melintangkan penisnya ke arah kiri di
dalam cdnya. Keliatannya sih udah tegang banget dan besar banget.
Ujungnya tampak sampai ke pinggir pinggulnya. Dia gosok-gosok barangnya
dari luar cdnya sambil terus melihat-lihat buku itu. Tiba-tiba dia
lemparkan bukunya ke sudut kamar.
Kedua tangannya sekarang bergerak ke daerah kemaluannya.
Digelitikinya penisnya dengan kedua tangannya itu, lalu tangan kirinya
menyusup masuk ke daerah sasaran dan menarik penisnya hingga mengacung
ke arah pusar. Saya bisa liat sebentuk cendawan yang besar berwarna agak
kemerahan mencuat di atas elastik cdnya. Waduh, besar bener kontolnya
sampai2 celdalnya nggak muat ! Ujung kepalanya sampai hampir setinggi
udelnya. Masih dengan tangan kiri, dia mengusap-usap kepala itu,
terutama di seputar pinggiran kepala. Lalu dia elus-elus daerah bawah
kepala pas pertemuan kepala dengan batangnya yang berbentuk V terbalik.
Saya nggak kuat membayangkannya, karena di situlah daerah sasaran
terenak kalau saya sedang melayani diri saya sendiri. Nggak lama dia
turunkan elastik cdnya dan dikaitkan di bawah bijinya. Wow, tampak jelas
sekali penisnya tegang dan besar. Mungkin lebih dari 19 cm. Dan
bulu-bulunya lebat sekaliiii, sampai ke biji-bijinya! Diusap-usapnya
batang dan bijinya. Matanya keliatan merem melek keenakan. Kemudian dia
menarik botol Vaseline Intensive Care dari bawah bantalnya.
Dituangkannya ke atas penisnya, lalu kedua tangannya mulai
mengelus-elus burungnya dari ujung kepala menuju ke pangkalnya.
Bergantian tangan kiri dan kanannya mengelus-elus kontolnya. Mula-mula
daerah kepalanya doang, lama-lama diurut sampai ke bijinya.
Kadang-kadang dia mengkonsentrasikan usahanya di daerah seputar
kepalanya. Nafasnya keliatan mulai memburu. Nggak lama kemudian dia
turunkan celdalnya sampai lutut kemudian kedua kakinya membantu melepas
cdnya sama sekali sehingga dia bugil sebugil-bugilnya. Dia mulai lagi
gosok-gosok kontolnya. Makin lama makin cepat dan keliatan makin kuat.
Nafasnya terlihat makin cepat dan matanya menutup keenakan. Tiba-tiba
dia menghentikan kegiatannya.
Dijauhkannya tangannya dari daerah genitalnya. Dia tampak mengatur
nafas. Sekitar 2-3 menit kemudian dia mulai lagi. Begitu berulang-ulang.
Rupanya dia sedang mempraktekkan teknik memperlama orgasme. Kali ke 5
dia tidak mengurangi intensitas pengocokannya saat dia mendekati puncak.
Dia malah meremas pangkal kontolnya kuat-kuat dengan menggunakan tangan
kiri sementara tangan kanannya terus maju mundur di batangnya. Makin
lama makin cepat dan makin kuat. Kepalanya tampak membengkak karena
remasan pada pangkal penis itu. Lalu dia gosok-gosok kepala kontolnya
beberapa saat. Saya tau dia hampir sampai pada batasnya. Bener juga,
nggak lama kemudian sambil mengangkat pantatnya tinggi-tinggi, kedua
tangannya dilepaskan dari kontolnya, lalu muatan berwarna putih itu
menyembur dengan kuatnya sampai mengenai muka dan sebagian rambutnya.
Setelah 5 - 6 kali semburan, Ary tampak lemas. Badannya tergeletak tak
bergerak beberapa saat. Tubuhnya penuh keringat. Nggak sadar aku
ternyata udah keluar juga!
Pelan aku turun dari para (karena takut ketahuan, juga karena lemas
setelah tegang menyaksikan atraksi seru), dan berangkat ke kamar mandi
untuk bersih-bersih. Malam itu aku tidur nyenyak sekali.
Beberapa hari kemudian, pagi-pagi, waktu saya lagi asyik mandi
sambil membayangkan Ary dan apa yang dia kerjakan malam itu, kontol saya
ngaceng tanpa dikomandoi. Nggak tahan aku langsung menyabuni wilayah
kontol dan sekitarnya. Pas lagi asyik-asyiknya melayani diri sendiri,
tiba-tiba Ary masuk. Saya nggak sempat lagi berbalik. Dia sempat melihat
aku dengan kontol ngaceng dan daerah genital penuh dengan sabun !
Kontolku langsung lemes, tapi dia bilang "Terusin aja Lex, aku biasa kok
ngeliat orang onani" Wah, apa artinya tuh ...........
* * *
Aku nggak tau apa yang musti dikerjakan. Apa itu suatu sign positif
atau hanya akal-akalan dia untuk ngetes saya aja. Apa dia menduga bahwa
saya ini seorang G, lalu dia mau mastikan hal itu untuk kemudian
menmpermalukan saya di depan orang lain seperti yang sering saya orang
lakukan terhadap kaum kita ? Atau memang dia sering ngeliat orang
masturbasi ? Tapi di mana dan dalam keadaan bagaimana ?
Ary masih mengenakan celana favoritnya yang komprang dan setinggi
setengah paha itu. Cuma bedanya dia pakai T-shirt pagi itu. Dengan
tenangnya dia menuju pispot di pojok kamar mandi, menurunkan celana
komprangnya sedikit, dan menarik keluar senjata rahasia dari dalam Cdnya
(seperti biasa, elastiknya disangkutin di bawah bijinya yang berbulu
itu). Barang itu, ya barang itu yang saya saksikan dari ketinggian
beberapa malam yang lalu, saat ini ada di depan mata saya dan ada dalam
jangkauan tangan saya. Ah, andai saja saya bisa memegangnya saat
ini...........
Dari samping, barang itu keliatan besar juga, walaupun dalam keadaan
lemes. Kontol saya langsung agak ngaceng lagi ngeliat pemandangan
seperti itu. Selesai pipis, dia kembalikan penisnya ke dalam sarangnya.
Dinaikkannya celananya lalu sambil menghadap saya, seperti biasa juga,
dia betulin posisi kontol di dalam celananya lalu dia siap-siap ke luar
kamar mandi. Waktu ngeliat barang saya yang agak ngaceng itu dia hanya
komentar , " Wah, kontolmu gede juga ya !!!"
Malu, aku berbalik. Saya kira dia langsung ke luar, nggak taunya dia
malah mendekati saya. Dia memeluk saya dari belakang, tangannya memeluk
perut saya. Persentuhan bulu di perut saya dengan tangannya membuat
saya merinding dari kepala sampai ujung kaki saya. Badannya nempel rapet
ke bagian belakang badan saya. Saya merasa panas dingin dan gemetar. No
way out, no way to turn back. Saya biarkan saja dia begitu. Pantat saya
merasakan ada barang yang mengeras di dalam celananya. Terasa lebih
panas dari pada bagian tubuhnya yang lain yang nempel di punggung saya.
Lalu pelan-pelan tangan kirinya merayap menuju ke atas.
Digosok-gosoknya dada saya yang kebetulan juga berbulu, lebih lebat dari
yang dia punya. Agak geser ke samping, dia temukan puting susu saya.
Dia meremas-remas dan memijit-mijit puting itu, bergantian kanan dan
kiri. Sementara tangan .kanannya bergerak ke bawah dan tiba di pangkal penis saya. Tangan itu
terus menuju ke bawah dan sampai di kantung pelir saya. Jari-jarinya
bermain-main di seputar kantung itu. Menarik-narik, mengukur-ukur besar
kedua biji saya.
Kontol saya sudah ngaceng sengaceng-ngacengnya. Panjangnya sudah
mencapai maksimumnya (16 cm, kalau mau tau !) Rasa malu dan takut itu
hilang entah ke mana. Pokoknya yang penting hepi ..... Que sera sera
..........
Lalu tangan kanannya itu mulai bergerak ke atas. Disusurinya
permukaan bawah kontolku sampai ke perbatasan batang dengan kepala
burung (wah, seperti pelajaran mengenai pulau Irian saja !).
Jari-jarinya menari-nari di situ. Gila, rupanya dia tau persis tempat
paling enak untuk dimanipulasi.
Tangan kirinya nggak sabar langsung ikut bergabung. Dengan gerakan
cepat diambilnya air dalam gayung, tangan kirinya meraih sabun yang lalu
dicelupkannya ke dalam gayung itu. Masih dengan sabun di tangan, tangan
kirinya langsung menuju sasaran. Digosok-gosokkannya sabun itu ke
kontolku, lalu ke bulu-bulu baokku. Setelah menyimpan sabun, diambilnya
sedikit air lalu diusapkan ke regio genitaliaku yang sudah penuh dengan
sabun. Dikisik-kisiknya baokku seperti sedang mengeramasi daerah itu.
Dibikin begitu, daerah itu jadi penuh dengan busa sabun, memudahkan
jari-jarinya waktu dia mulai mengocok batangku. Tangan kanan dan kirinya
bergantian menyusuri batangku dari mulai ujung kepala sampai
pangkalnya, kemudian naik lagi ke kepala dst.
Makin lama gosokan dan kocokannya makin cepat, nafasku memburu,
kudengar juga nafasnya memburu di belakangku. Saya mulai mengerang dan
melenguh-lenguh keenakan. Saya merasa pinggulnya menggesek-gesek
pantatku, dari kiri ke kanan, kemudian ke kiri lagi, terus ke kanan
lagi. Begitu seterusnya.
Lalu pada satu titik, saya tidak bisa kembali lagi. Kedua tangan
saya menjulur ke belakang, mencengkeram erat pantatnya dan dalam
hitungan detik meriam saya memuntahkan larvanya yang berwarna putih susu
ke lantai bursa ..... eh, lantai kamar mandi. Tanpa bicara si Ary cuci
tangan, lalu menyiram kakinya dan keluar dari kamar mandi. Apa dia juga
menikmati sequel ini, saya nggak tau. Apa dia juga keluar saat ini, saya
juga nggak tau. Beberapa hari saya menghindar pertemuan dengan dia.
Malu, sungkan dan lain-lain perasaan bersatu.
Hanya satu hal yang pasti, saya musti balas kebaikannya ini. Tapi gimana caranya ???
* * *
Sore itu hari Sabtu. Jam baru menunjukkan pukul 6 lebih sedikit.
Semua orang pergi ke acaranya masing-masing, kecuali aku. Aku bengong
aja sendiri. Nggak ada janji dengan siapapun, nggak punya seseorang
untuk diapelin. Aku nggak tau bahwa hari itu akan jadi babak baru dalam
hidup saya.
Abis mandi, aku pakai kaos santai dan celana pendek (tanpa
underwear, biar lebih adem). Iseng, aku buka-buka file di komputerku.
Mulanya sih sekedar liat isi komputer lewat Windows Explorer. Akhirnya
mah, biasa, mentoknya ke folder favoritku. Itu tuh, gambar-gambar hasil
download internet (aku biasa surfing di War-net deket kampus. Jam-jam
kosongnya aku udah apal, maklum untuk download gambar2 yang 'cool'
sekaligus 'hot' untuk kita-kita tentu nggak bisa sembarang waktu !).
Gambar-gambar itu betul-betul panas, it certainly turned me on !
Lalu ada tulisan-tulisan yang aku ambil dari Men On the Net. Yang
menarik sore itu antara lain tentang pelajaran "menyedot" (ada di bawah
judul Tutorial, kalau ada yang mau liat langsung). Pelajarannya lengkap,
14 langkah untuk menjadi cocksucker yang handal. Wah, mantap man.
Pikiranku melayang ke mana-mana, persis seperti judul lagunya Januari
Kristi. Andai saja aku punya kesempatan untuk mempraktekkannya.
Lalu terdengar suara motor masuk pelataran. Tanpa liatpun aku udah
tau itu motor si Ary. Dia punya jadwal basket setiap Sabtu sore.
Biasanya sih pulang sebentar, mandi, ganti baju lalu ngacir lagi entah
ke mana. Dari dalam kamar, aku denger dia membuka kunci kamarnya. Nggak
lama, dia jalan ke kamar mandi. Ngelewatin kamarku yang sengaja kututup
pintunya, dia cuma teriak, "Lex, lu nggak ke mana-mana ?" "Nggak euy",
jawabku.
"Lagi ngapain lu ?", tiba-tiba dia buka pintu kamarku. Sepintas dia
keliatan udah mandi. Pakaiannya tetap yang itu; T-shirt butut dan celana
gombrangnya ("Wah, pakai celana dalam nggak ya?", pikiran nakalku mulai
beraksi). Cepat aku minimize Corel Photo Paint-ku yang lagi
memperlihatkan foto 3-in-1 ( Sambil loco barangnya sendiri, cowok yang
paling kiri nyedot yang tengah, yang tengah nyedot yang di kanan). "Lho,
nggak jalan lu Ry ?", tanyaku. "Nggak ah, lagi males gua ! Lagian
basket tadi capek banget", balasnya. Tanpa basa-basi dia langsung masuk
dan duduk di kasurku. Yang ada di layar monitor saat itu Freecells
kesukaanku. Dia memperhatikan dari belakang, ngobrol sana-sini yang
nggak jelas sambil sekali-sekali ngomentarin kartu mana yang musti
dipindahin.
Lalu pembicaraan berpindah ke basket. Dia ceritain tentang basketnya
sore itu. Aku nanggapin secukupnya, pokoknya jangan sampai dia keluar
lagi sore ini. "Kalau lu mau, gua bisa pijetin lu !", tiba-tiba mulutku
bicara. Aku nggak tau dari mana itu keberanian muncul. "Boleh juga", dia
bilang. And I thought it was my time to take the chance !!!!!
"Tiduran deh", kubilang sambil berdiri ambil minyak. Nggak lupa, aku
kunci pintu kamar. Sekedar jaga-jaga. Lalu dia telungkup, mukanya
dihadapkan ke kanan. Aku lalu duduk di samping kanan badannya. Matanya
terus ngeliatin aku. Aku mulai dari kaki kanannya. Mula-mula telapaknya,
lalu naik ke betis. Aku mengagumi kebagusan badannya. Well-built, kata
orang Amrik sih. Merasakan kekenyalan ototnya, juga bulu-bulu kakinya
yang cukup lebat, aku merasa celana aku menjadi agak sesak. Ada sesuatu
yang berdenyut-denyut di dalamnya.
Sampai di paha, aku singkapkan pipa celananya sampai batas
pantatnya. Matanya tertutup sekarang, mulutnya sedikit menyungging
senyum. Nggak ada reaksi lain selain mengangkat sedikit pahanya supaya
pipa celananya itu bisa naik maksimal. Malah pipa celana kirinya dia
sendiri yang singkapkan. Bingung juga aku, kenapa dia nggak ada reaksi
apa-apa sampai sejauh ini. Ya aku pijit aja pahanya yang berbulu itu
dari bawah ke atas. Waktu tanganku memijat paha bagian dalamnya, sengaja
aku mendorong jari-jari aku sampai menyentuh kantongnya. Aku pijit
pangkal pahanya agak lama. Tetap tanpa reaksi !!! Aku sendiri yang
kelimpungan.
Lalu aku pindah ke sebelah kiri badannya. Seperti tadi, mulai dari telapak kaki, kemudian betis dan berakhir di paha.
Kemudian aku beralih ke pantatnya. Sekali sentuh, aku bisa mengambil kesimpulan. Dia pakai
celana dalam. Aku tekankan kedua ibu jari ke daging pantatnya yang cukup
keras itu, dan aku buat gerakan melingkar. Belalainya di bawah sana
tentu merasakan tekanan itu. Sesuai pengalaman, kayaknya sih nggak ada
orang yang bisa tahan nggak ngaceng kalau pantatnya diperlakukan seperti
itu. Aku minta dia longgarkan kancing celananya supaya aku bisa memijat
pantatnya dengan lebih leluasa. Tanpa protes, dia ikutin. Malahan dia
sekalian menurunkan celana gombrangnya itu sampai lutut, kemudian dengan
menggunakan jari-jari kakinya, dia lepaskan celana itu sama sekali dari
badannya. Yang tinggal cuma CD-nya doang. Melanjutkan prosesi, aku
turunkan bagian belakang CD-nya sampai pantatnya keliatan semua, lalu
aku tekan tulang ekornya dan juga daerah seputar lubangnya (Eh, mau tau
nggak, ternyata pantatnya juga berbulu sampai seputar lubangnya !) Dia
sedikit mengerang waktu aku lakukan itu. Selesai itu, aku naikkan lagi
elastik CD-nya ke pinggang. Aku nggak mau pesta ini terlalu cepat
berakhir.
Aku lalu minta dia untuk buka T-shirtnya. Dia angkat kepalanya
sedikit, ditatapnya mata aku sebentar, lalu dia mengikuti permintaan
aku. Mula-mula dari samping tubuhnya aku memijit tengkuknya, lalu turun
ke bahu, terus ke punggung, Mukanya dipalingkan ke arahku. Matanya !
Rasa-rasanya dia punya mata ngeliatin aku terus, terutama daerah pangkal
pahaku. Sampai saat akan memijat pinggangnya, aku duduki pantatnya.
Sekali-sekali sengaja aku goyangkan badanku, supaya daerah pinggulnya
ikut bergerak. Dia pasti menyukai tekanan dan gesekan yang dialami
kontolnya, soalnya dia mengeluarkan suara-suara keenakan saat aku
melakukan itu. Di tempat-tempat yang aku rasakan ada strain, tentu saja
aku bantu melemaskannya (aku belajar juga tentang ini, dan aku musti
bisa memuaskan klien dong !) Tapi, jujur aku katakan, sesungguhnya ini
proforma saja, sebelum sampai di daerah sasaran utama. Sesekali dia
memuji kepandaianku memijat.
Lalu sampailah pada saat yang ditunggu-tunggu. Aku suruh dia
balikkan badannya. Tanpa tunggu perintah ke dua, dia segera balikkan
badannya. Dan tanpa malu-malu barangnya ngaceng di balik celana
dalamnya. Dia nggak berusaha menutupinya sama sekali. Wow !!! Aku liat
ada sedikit noda basah di celananya. It's his precum
Walaupun aku mulai nggak sabar, aku belum mau menuju daerah
terlarang itu. Aku mau menyisakannya untuk babak terakhir. Aku pijit
dulu bagian dadanya, bagian yang aku sukai dari badannya (sebelum aku
kenal bagian lainnya itu, tentu saja !)
Puting susunya menegang waktu aku urut dadanya yang berbulu itu.
Tanpa bisa ditahan lagi, jariku bermain-main di seputar putingnya itu.
Dia tetep tutup mata, dan nampak tak berkeberatan aku berkelana di atas
badannya.
Sampai di perut, aku mengagumi otot perutnya. Begitu keras! Dan
bonggol-bonggol otot di perutnya begitu seksi walaupun tertutupi dengan
bulu-bulu halus. Karena harus mengurut perutnya dari bawah ke atas, aku
menurunkan sedikit elastik cd-nya. Aku geser sedikit kontolnya ke arah
kiri sehingga dia melintang di dalam CD. Dia nggak berusaha mengelak
waktu aku menyentuh penisnya. Di lubang kencingnya tampak titik bening.
Ternyata memang sudah keluar tuh mani beningnya. Cepat aku selesaikan
urusan pijat di daerah perutnya tanpa ngutak-ngatik penisnya lagi.
Sambil tetap duduk sila di kanan badannya (Waktu dia telungkup, aku
ada di kiri badannya, tapi setelah terlentang tentu ada di kanannya),
aku ambil tangan kanannya. Sengaja kuletakkan jari-jari tangannya di
atas selangkanganku. Aku mulai pijit otot deltoidnya. Wah, dia memang
punya otot yang bagus di seluruh tubuhnya. Rupanya pada awalnya dia
nggak sadar di mana jari-jarinya berada. Belakangan jari-jarinya mulai
meraba-raba celanaku. Kubiarkan saja (memang itu yang aku tunggu !!)
Pindah ke bagian kiri tubuhnya, aku lakukan hal yang persis sama.
Jari-jari tangan kirinya kuletakkan di selangkangan. Kali ini dia lebih
pintar dan lebih aktif meraba-raba. Dia berusaha temukan penisku dan dia
raba dari pangkal sampai ujungnya. Bahkan paha sayapun diraba-rabanya.
Jarinya berusaha memasuki celah celana pendek aku, tapi posisi silaku
menghalangi dia untuk bisa sampai ke sasaran. Oh, yang dia lakukan hanya
menambah sempit celana pendekku saja.
Selesai semua, aku pindah ke bawah. Aku pijat paha depannya.
Berkali-kali aku lihat penisnya berontak minta keluar dari sarangnya.
Lalu tanganku bergerak menuju pinggangnya dan tiba-tiba aku menarik
celana dalamnya ke bawah. Dan, there he was, berbaring telanjang di
kasur kamarku dengan penis ngacung ke atas, berdenyut-denyut seirama
dengan denyut jantungnya !!!
Lalu aku buka kedua pahanya lebar-lebar, aku bergeser mendekat.
Tangan kananku menyusuri paha dalamnya mulai dari lutut dan berakhir di
bijinya. Aku ulurkan tangan kiri aku, aku remas batangnya. Dia
mengerang. Perlahan aku mulai mengurut batangnya yang keras dan hangat
itu, dari atas ke bawah. Nafasnya mulai memburu.
Sementara tangan kananku menari-nari di atas mainan barunya, tangan
kiriku meraih pangkal penisnya dan menegakkan penisnya. Mukaku merunduk
mendekati sasaran. Hidungku segera menangkap aroma laki-laki yang begitu
kuat memancar dari daerah selangkangannya, bau erotik !! Aroma itu
memperbesar gairahku. Nggak sabar, aku buka T-shirtku. Aku hanya tinggal
pakai celana pendek.
Aku jilat lubang kencingnya, rasa asin-asin-licin. Nggak sampai
hitungan menit, kepalanya yang besar dan agak keunguan itu sudah
bersarang di dalam mulut. Kuemut kuat-kuat sampai pipiku kempot. Dia
mengerang lebih kuat. Waktu aku gelitiki daerah V terbaliknya dengan
ujung lidah, dia menggelinjang. Dia tusukkan kontolnya ke dalam mulutku,
sampai-sampai aku harus tahan pinggulnya dengan tangan biar aku nggak
keselek.
Aku lepaskan kepalanya dari mulutku, sejenak aku mengagumi penisnya.
Lebih besar dan lebih seksi dari yang aku bayangkan. Vena-venanya
tampak jelas di permukaan penisnya. Lalu lidahku mulai menyusuri bagian
bawah batangnya. Iseng, aku gelitiki lagi daerah pertemuan batang dengan
kepalanya sampai Ary menggelinjang kegelian.
Lalu aku terus turun sampai ke kantungnya. Geli terasa di seputar
mulut terkena baoknya. Lidahku mulai menjilati bijinya, terus naik ke
pangkal batangnya sampai ujung penisnya. Persis seperti anak-anak lagi
jilat es krim kesukaannya, aku ulang-ulangi kegiatan itu. Kantung ....
batang .... kepala .... kantung .... batang .... kepala ... kantung
.....
(Kata tulisan yg di MOTN itu sih, kegiatan itu nggak akan bikin seseorang cepet keluar !)
Puas begitu, aku kembali lagi ke kepalanya. Aku masukkan seluruh kepalanya ke dalam mulut, lalu aku emut-emut. Dia mengerang. Lalu sedikit demi sedikit
batangnya aku telan. Nggak lebih dari separo barangnya yang 19 cm itu
bisa masuk. Kalau aku coba lebih jauh, rasanya mau muntah. Lidah aku
bergoyang-goyang di dalam, mengelus kepalanya, menyusuri coronanya,
menggoyang-goyang batangnya.
Kemudian aku rasakan tangannya meraih kepalaku dan menekan kepala
aku itu ke bawah. Dia nggak mau dilepaskan lagi. Maju mundur aku
gerakkan kepala aku. Kalau dia angkat pinggul terlalu tinggi aku tekan
dengan tangan aku. Ke luar masuk barangnya di dalam mulutku. Makin lama
makin cepat, makin liar. Untuk menyervis batangnya yang nggak bisa masuk
ke dalam mulut, aku gunakan kedua tanganku. Bergantian naik turun
sampai pangkal batangnya. Erangan, desahan, teriakan tertahan, keluar
dari mulutnya. Makin lama makin kuat, makin tak terkendali. Tangan
kirinya mencengkram bahuku, sementara tangan kanannya menekan kepalaku
lebih ke bawah, menggenggam rambutku. Gerakan mulutku makin cepat,
maju-mundur-maju-mundur. Barangnya keluar-masuk-keluar-masuk. Makin lama
makin cepat. Makin lama makin semangat. Tiba-tiba aku rasakan badannya
mengejang! Pantatnya diangkat tinggi, menusukkan penisnya lebih dalam ke
mulut aku sampai aku tersedak. Dia sudah sampai di finish!
Karena ingin mengulang apa yang pernah kulihat tempo hari dari para
dan aku nggak ingin dia keluar dalam mulut aku (setidaknya tidak malam
itu) aku genggam kuat-kuat pangkal penisnya dengan tangan kiriku.
Kontolnya mengejat-ngejat dalam mulut. Terasa ada denyutan di pangkal
penisnya itu. Aku lepaskan barangnya dari dalam mulut, aku lanjutkan
sedikit menggosok kontolnya dengan tangan kanan, lalu aku acungkan
penisnya tegak lurus ke langit-langit. Waktu aku lepaskan genggaman
tangan kiriku dari pangkal penisnya, semprotan air maninya muncrat
tinggi sekali, kemudian meluncur turun. Sebagian besar mendarat di
perutnya, sisanya kena muka dan rambutku serta seprei kasurku. Kontolnya
masih berdenyut beberapa kali, mengeluarkan sisa muatannya. Lahar putih
mengalir menuruni batangnya yang masih aku acungkan ke atas dan
tertahan di pangkal penisnya yang penuh bulu.
Sekarang giliran aku ! Cepat aku buka celana pendekku. Kontolku
belepotan mani bening. Telanjang, aku lompat ke samping kanannya. Miring
kiri, aku rapatkan badanku yang basah oleh keringat ke badannya yang
juga banjir keringat. Penisku merapat pada pahanya. Dia mengelus-elus
kepalaku. "Bukan kepala atas yang butuh belaian, Ry !", kataku dalam
hati. Lalu tangannya aku ambil dan kutuntun ke bawah, ke tempat barangku
yang sudah nggak sabar menunggu. Dia menggenggam kontolku. Pelan-pelan
dia mulai menggerakkan tangannya sepanjang barangku. Oh, dia mengulangi
lagi kejadian di kamar mandi beberapa hari yang lalu. Aku diloconya.
Supaya lebih licin, aku colek mani yang numpuk di perutnya, lalu aku
oleskan ke kontolku sendiri. Dia mengikuti. Dijauhkannya sedikit
badanku dari badannya, kemudian dia duduk. Sambil duduk, diambilnya sisa
air mani di perutnya, lalu dioleskan ke kontolku. Dia mulai lagi ngocok
barangku memakai maninya sebagai pelumas. Nggak butuh waktu lama,
barangku yang sudah lelah menunggu dari tadi langsung bereaksi. Dia
langsung bongkar muatan. Cairan putih kental hangat itu nyemprot tak
terbendung, langsung kena badannya. Sebagian jatuh di kasur.
Lalu kepalanya menunduk. Tangannya meraih kepalaku. Diciumnya
bibirku dengan hangat. "Alex," katanya, "sudah lama aku berharap seperti
ini.". Lalu dia memeluk aku, menindihi badan aku. Dada ketemu dada,
perut ketemu perut, kontol ketemu kontol. Mani aku dan maninya
bercampur. Malam itu kami tidur berpelukan.
"Ah, andai saja aku tau dari dulu bahwa dia juga menginginkan hal yang sama !!! "