Semua
berawal dari satu sapaan ‘hai’ di Blackbery Messengerku.
Kulihat
foto profil sang penyapa yang tidak terlalu jelas. Seorang pemuda, 30 tahun, sedang berdiri dengan lautan lepas sebagai
backgroundnya. Aku menduga dia ini
seorang pelaut. Dari kaos yang
dipakainya di foto profil, aku yakin dia bukanlah tentara. Dia asli pelaut. Sebut saja dia, ANDI.
“Kapan
bisa ketemu, bang?”
“Kamu
kosongnya kapan?”
“Sabtu
ini bang, mumpung kapalku sedang di Surabaya”
“OK”
“Thanks,
bang”
Jujur
harus kukatakan, Andi bukanlah sosok
lelaki yang kuidamkan. Secara aku ini
suka lelaki muda dengan range umur
berkisar antara 20-30 an. Sementara Andi
sendiri saat ini sudah berumur 35 tahun,
Usia yang matang. Aku tak suka
bercinta dengan pria matang. Pria matang
memang tidak alay atau lebay tapi mereka kadang suka bersikap sok. Sok kaya, sok mapan dan sok pintar
sendiri.
Ah
... siapa tahu Andi bukanlah lelaki yang seperti itu!
Aku
berharap akan terjadi hubungan yang komunikatif di antara kami. Aku berharap Andi sanggup membangun chemistry
diantara kami. Aku berharap terjadi
hubungan intim yang tak akan terlupakan sepanjang hidupnya. Unforgetable moment.
*
Aku
sudah berdiri di depan gudang tempat penyimpanan material kapal. Aku menanti Andi yang berjanji akan datang
menghampiriku. Aku yakin, kapalnya
sedang bersandar di sekitar sini.
Kulihat ada beberapa kapal barang yang sedang bersandar di pelabuhan ini. Beberapa lelaki terlihat ada di depan
kapal-kapal itu. Aku tak tahu mana Andi
yang sebenarnya.
“NDI
... aku sudah di depan gudang 328”
“Iya,
bang. Abang bisa jalan ke Kapal N?”
“Nggak
bisa. Kamu aja yang kesini”
“Abang
yang pake baju merah?”
“Baju
biru plus jaket abu-abu”
“Ups
salah orang!”
Aku
ketawa ngakak! Bagaimana bisa dia
mengira aku itu lelaki berbaju merah!
Tak ada dalam kamusku memakai baju berwarna merah. Kulitku sudah hitam. Apa jadinya kalau si kulit hitam ini berbaju
merah? Seperti Pak Sakerah, dong!
Kulihat
sesosok lelaki berjalan dari kejauhan dengan handphone yang menempel di
telinganya. Aku tahu, itu pasti Andi.
Kulambaikan tanganku ke arahnya.
Andi tuning. Dia langsung menuju
ke arahku. Kami bersalaman.
“Langsung
ke kapal aja, bang” katanya kemudian.
“OK”
Sepanjang
perjalanan menuju ke kapalnya, aku mulai menaksir-naksir bagaimana pribadi Andi
yang sebenarnya. Andi ini pria biasa
saja. Tidak tinggi, tidak juga
pendek. Wajahnya juga biasa saja. Sama seperti lelaki kebanyakan. Tak ada tanda-tanda gay sedikitpun. Aku mulai ragu. Jangan-jangan dia ini memang bukanlah pria
gay. Selama di BBM, kami tak pernah
bertukar cerita tentang gay. Dia juga
tak bertanya apa peranku. Lelaki gay
selalu bertanya apakah kamu berperan sebagai ‘TOP’ atau sebagai ‘BOT.
Hhhh
... aku harus lebih waspada.
“Sore
... mas ...” sapaku pada beberapa ABK yang sedang duduk- duduk santai di geladak kapal.
“Sore
mas ...” balas mereka.
“Masuk
sini mas ...” kata Andi menunjuk pada
satu pintu kecil. Itu pintu kamar
kapal. Aku memasuki kamar kapalnya. Aku suka dengan suasana kamarnya. Kecil tapi rapi. Semua barang tertata secara fungsional. Sesuai dengan fungsinya. Ada satu tempat tidur berukuran kecil, satu
kulkas, satu meja panjang dan dua kursi sofa.
Tempat ini terasa nyaman sekali.
Aku
duduk di sofa sebelah kanan tempat tidur.
Andi duduk persis di depanku, di
sofa yang terletak di sebelah kiri kamar
mandi. Aku baru bisa melihat wajahnya
dengan jelas. Di dalam kamar kapal ini
baru terlihat bahwa dia sebenernya pria yang manis. Hidungnya mancung, pipinya bersih dan badannya
atletis.
“Mau
minum apa, mas?”
“Apa
aja”
“BIR?”
“NO,
thanks. Yang lain aja”
“POCARI?”
“Boleh”
Andi
mengambil dua kaleng pocari dari dalam
kulkas kecil yang ada di sudut kamar.
“Diminum,
mas”
“Makasih”
Sambil
minum, kami terlibat dalam pembicaraan yang hangat. Dia bercerita tentang kegagalan
pernikahannya. Tuh ... ternyata dia
straight, kan! Dia terpaksa harus
bercerai karena tak juga kunjung ada anak selama perkawinan mereka.
Ini
yang aku tak setuju!
Menceraikan
seorang wanita karena tidak bisa mempersembahkan seorang anak buat suaminya bukanlah tindakan
yang bijaksana! Tujuan sebuah pernikahan
bukan sekedar mendapatkan anak, bukan?
Pernikahan itu adalah proses saling melengkapi. Wanita ada di sisi pria untuk melengkapi
kekurangan pria.
Sangat
picik ketika seorang pria menghakimi
seorang pria karena wanita itu mandul!
Satu
poin negatif sudah tersemat pada diri Andi.
“Aku
mau mandi dulu, mas”
“Mandi
aja ...”
Andi
menutup pintu kamar kapal. Dia mengunci
kamar kapal. Andi membuka kaosnya. Aku melihatnya tak berkedip. Aku terpana dengan keindahan tubuhnya. Tubuh Andi terlihat putih bersih. Puting dadanya terlihat mengkal dengan
bulir-bulir pori-pori yang menonjol.
Glek!
Andi
membuka celana jeansnya.
Tampak
jendolan yang menggumpal di depan selangkangannya. Ya Tuhan ... kenapa tadi pikiranku tidak
fokus? Aku biasa menduga-duga ukuran
penis pria dari bentuk hidungnya. Hidung
Andi memang mancung. Itu signal bahwa
penisnya pasti besar juga!
“Mas
udah mandi?”
Aku tak menjawab pertanyaannya. Aku sedang menenangkan diri. Ada sesuatu yang sedang berkecamuk dalam
pikiranku. Tubuh dan pikiranku sedang
tak sinkron saat ini. Dalam pikiranku,
aku ingin bercinta dengan Andi. Di sisi
yang lain, tubuhku menolaknya! Tubuhku sedang tak ingin bercinta dengan lelaki
straight!
“Mas
mau mandi?” tanya Andi lagi.
“Ehhh ... ada airnya?”
“Ada. Yuk mandi bareng ...”
Ya
Tuhan ... ini pancingan Andi atau bagaimana, aku sendiri tak tahu. Yang jelas, aku ingin mandi di dalam kapal. Itu saja alasanku menerima permintaan Andi.
Aku
berdiri dan mulai melepas satu persatu bajuku.
Andi
sudah melepas celana dalamnya dan masuk
ke dalam kamar mandi yang berukuran sekitar 1X 1,5 m itu. Dari belakang, aku bisa melihat pantatnya
yang tampak begitu indah. Gempal dan
padat. Aku menyusul ke dalam kamar
mandi. Aku berdiri di belakang
Andi. Aku mau berbagi shower.
Andi
membalikkan badannya.
OH
.... GOD –GOD- GOD ....
Nafasku
terhenti seketika. Mukaku merah
padam. Akalku sudah tak berjalan
sebagaimana mestinya! Andi punya litle
monster. Penisnya itu besar, panjang dan
menggantung dengan bebasnya. Jarak
antara kami sudah begitu dekatnya.
Penisnya menyentuh penisku.
Ribuan
kilo volt setrum menyambagi diriku.
Penisku
langsung berdiri dengan tegaknya. Andi
senyum datar. Aku tak peduli dengan
senyumannya itu. Aku memeluk tubuh
telanjangnya. Menekankan tubuhnya ke
dalam tubuhku. Dua tubuh telanjang kami
saling bersatu. Air yang berasal dari
shower membasahi kedua tubuh telanjang kami.
Andi
menekan pantatku. Dia membuat tubuhku
kian merapat kedalam tubuhnya. Bisa
kurasakan, litle mosnternya sudah berubah wujud! Kali ini dia benar-benar menjadi sebuah
monster! Besar dan panjangnya mungkin
sudah dua kali dari ukuran penisku sendiri.
Dia
mulai menggesek-gesekkan penisnya ke penisku.
Kurasakan
kenikmatan yang luar biasa dasyat. Kalau
tak malu, aku sudah pengen muncrat saja.
Sumpah, getaran penis Andi terasa begitu nikmat. Bisa kurasakan denyutan darah di penis Andi
bertemu dengan denyut darah penisku. Itu
menimbulkan sensasi yang luar biasa.
Ku
cium lembut bibir tipisnya.
Andi
membalas sekilas ciumanku.
“Aku
tak suka ciuman,” bisik Andi.
Aku
tak membalas ciumanku di bibirnya. Aku
merendahkan diriku. Aku ingin menikmati
sang monster , penis Andi yang terus menggesek-gesek perut, paha dan penisku. Gerakannya luar biasa nakal! Aku ingin menghentikan kenakalan penis Andi.
Kupegang
rapat kepala penis Andi.
Kujilat
satu matanya, lubang kencing Andi. Andi
mendesis. Dia tak bergerak. Kujilat dan kukulum dengan pelan ke dalam
mulutku. Andi langsung lemas dan
bersandar pada dinding besi kapal.
“Is
it good?”
“Hmmm
... ya” desisnya.
Aku
mulai mengoral penis Andi. Gerakannya
teratur dengan ritme irama salsa. Satu
kuluman, dua sedotan dan satu jilatan. Hap
... srut srut ... sttt. Begitu
musiknya.
Andi
menggelinjang. Dia terlihat
bingung. Mungkin dia belum pernah
diperlakukan seperti ini. Dia belum
tahu, tak semua gay itu bodoh! Dia pasti
berpikir isapan mulut gay sama dengan isapan mulut cewek nakal. Dia tak tahu, gay punya teknik dan cara
menghisap penis yang berbeda. Isapan
tingkat dedemit gunung kidul.
“Addduuhh
mas ... aku mau keluar ...” desisnya saat penisnya mulai keluar masuk dengan
intensitas tinggi.
Andi
berusaha menarik penisnya dari kuluman mulutku.
Oh no ! Penis yang sudah
dimasukkan, tak boleh di retur lagi.
Sekali masuk, keluar juga harus seijin si empunya mulut! Tak kulepaskan sama sekali penisnya dari
dalam mulutku. Kusedot dengan sekali
hisapan napas.
CRUOOOOOOOOOOOOTTTT
....
Kutekan
penisnya lebih dalam ke dalam mulutku.
Bisa kurasakan semprotan penisnya hingga ke dalam amandelku. Segar dan
menyejukkan. Seperti rasa permen penyegar tenggorokan. Ya ... sometimes seks memang melegakan
tenggorokan! Hahaha ...
Kupandang
wajah ANDI.
Dia
heran dan takjub. Dia seperti sedang
mencari-cari sesuatu.
“Nyari
apa, NDI?”
“Kamu
telan semua?”
Aku
menganggukkan kepalaku. Andi heran. Aku berdiri dan segera ke wastafel. Merapikan wajah dan rambutku. Kutinggalkan Andi yang sedang terduduk lemas
di atas water closet. Kukeringkan
badanku dan segera mengenakan baju dan celanaku kembali.
Andi
segera menyusulku.
Aku
duduk lagi di posisi semula. Di atas
sofa di dekat tempat tidur. Kuteguk
Pocari yang tadi disiapkannya untukku.
No more conversation between me and Andi.
Aku
tak peduli.
Tugasku
sudah terselesaikan. Keingintahuanku
sudah terjawab. Aku tak mau tahu lagi,
apakah Andi itu gay, biseks atau straight.
Aku juga tak butuh dipuaskan.
Karena kepuasan itu bukan hanya dari keluarnya sperma seseorang. Buatku pribadi, sanggup membuat seseorang
mencapai orgasme itu sudah menjadi sebuah kepuasan yang tertinggi.
“Abang
sudah keluar?” tanyanya kemudian.
“Nggak
harus, kan?”
“Hah?”
Aku
suka melihatnya terlihat bingung begitu.
“Aku
mau pulang, NDI”
“Kog
buru-buru, bang ...”
“Mang
mau ngapain lagi?”
“Ngobrol-ngobrol
dululah bang ...”
“Maybe
next time. Aku ada acara malam ini”
“Kalau
gitu makan aja bang”
“Okelah”
Kami
berdua keluar dari kapal dan menuju
salah satu warung yang terletak tak jauh dari kapal. Andi memesan ayam bakar sementara aku
memesan bebek goreng saja. Tak ada pembicaraan yang hangat lagi. Aku hanya ingin menyelesaikan makanku dan
pergi secepatnya dari hadapan Andi.
Aku
tak ingin berlama-lama dengan Andi.
Hey
... apa ada yang salah dengan Andy?
Kalian pasti bertanya-tanya kenapa aku berusaha secepat mungkin menjauh
dari Andy. Kalian pasti bertanya kenapa aku tak ingin berlaa-lama bersama Andy.
Jawabnya
sudah jelas.
Aku
tak ingin terlibat dengannya lebih dalam.
As you know, aku selalu jatuh cinta dengan pria pemilik huge penis. Aku tak ingin jatuh cinta padanya. Cos aku tahu, dimana posisiku dalam
dirinya. Aku ini hanya sebagai penghibur
dirinya. Aku hanya pemuas nafsu
sesaatnya.
Dan
aku paham betul itu.
Usai
makan, kami berpisah. Ku delete
contactnya dari daftar pertemanan bbmku.
Kuhapus semua percakapan dan pesan-pesan yang ada dalam
handphoneku. Aku ingin menghapus
semua jejak Andy. Bukan karena aku jahat, tapi aku memang tak
ingin mengingat kenangan bersama andy.
Itu saja
hey semuanya, salam kenal, buat kalian-kalian yang suka serial kisah sesama yang masih original seperti Cowok Rasa Apel yang sudah sampai sesi ke 3, silahkan cicipi "Serial Pelepasan" dengan jalinan kisah sesama lelaki dewasa dengan rasa yang berbeda, terimakasih banyak :)
pelepasan remah 1 (episode 1)
Pelepasan Remah ke 2 (episode 2) Klik disini
Pelepasan Remah ke 3 (episode 3) Klik disini
Pelepasan Remah ke 4 (episode 4) Klik disini
Pelepasan remah ke 5 (episode 5) klik disini
Pelepasan Remah ke 6 (episode 6) Klik disini
Pelepasan Remah ke 7 (episode 7) Klik disini
Pelepasan Remah ke 8 (episode 8) klik disini
Pelepasan Remah ke 9 (episode 9) klik disini
Pelepasan Remah ke 10 (episode 10) klik disini
hey semuanya, salam kenal, buat kalian-kalian yang suka serial kisah sesama yang masih original seperti Cowok Rasa Apel yang sudah sampai sesi ke 3, silahkan cicipi "Serial Pelepasan" dengan jalinan kisah sesama lelaki dewasa dengan rasa yang berbeda, terimakasih banyak :)
pelepasan remah 1 (episode 1)
Pelepasan Remah ke 2 (episode 2) Klik disini
Pelepasan Remah ke 3 (episode 3) Klik disini
Pelepasan Remah ke 4 (episode 4) Klik disini
Pelepasan remah ke 5 (episode 5) klik disini
Pelepasan Remah ke 6 (episode 6) Klik disini
Pelepasan Remah ke 7 (episode 7) Klik disini
Pelepasan Remah ke 8 (episode 8) klik disini
Pelepasan Remah ke 9 (episode 9) klik disini
Pelepasan Remah ke 10 (episode 10) klik disini