Tuesday, May 31, 2016

Pada Sebuah Kapal

Semua berawal dari satu sapaan ‘hai’ di Blackbery Messengerku.
Kulihat foto profil sang penyapa yang tidak terlalu jelas.  Seorang pemuda, 30 tahun, sedang berdiri  dengan lautan lepas sebagai backgroundnya.  Aku menduga dia ini seorang pelaut.  Dari kaos yang dipakainya di foto profil, aku yakin dia bukanlah tentara.  Dia asli pelaut.  Sebut saja dia, ANDI.
“Kapan bisa ketemu, bang?”
“Kamu kosongnya kapan?”
“Sabtu ini bang, mumpung kapalku sedang di Surabaya”
“OK”
“Thanks, bang”
Jujur harus kukatakan, Andi  bukanlah sosok lelaki yang kuidamkan.  Secara aku ini suka lelaki muda dengan  range umur berkisar antara 20-30 an.  Sementara Andi sendiri saat ini sudah berumur 35 tahun,  Usia yang matang.  Aku tak suka bercinta dengan pria matang.  Pria matang memang tidak alay atau lebay tapi mereka kadang suka bersikap sok.  Sok kaya, sok mapan dan sok pintar sendiri. 
Ah ... siapa tahu Andi bukanlah lelaki yang seperti itu!



Aku berharap akan terjadi hubungan yang komunikatif di antara kami.  Aku berharap Andi sanggup membangun chemistry diantara kami.  Aku berharap terjadi hubungan intim yang tak akan terlupakan sepanjang hidupnya.  Unforgetable moment.
*
Aku sudah berdiri di depan gudang tempat penyimpanan material kapal.  Aku menanti Andi yang berjanji akan datang menghampiriku.  Aku yakin, kapalnya sedang bersandar di sekitar sini.  Kulihat ada beberapa kapal barang yang sedang bersandar di pelabuhan ini.  Beberapa lelaki terlihat ada di depan kapal-kapal itu.  Aku tak tahu mana Andi yang sebenarnya.
“NDI ... aku sudah di depan gudang 328”
“Iya, bang.  Abang bisa jalan ke Kapal N?”
“Nggak bisa. Kamu aja yang kesini”
“Abang yang pake baju merah?”
“Baju biru plus jaket abu-abu”
“Ups salah orang!”
Aku ketawa ngakak!  Bagaimana bisa dia mengira aku itu lelaki berbaju merah!  Tak ada dalam kamusku memakai  baju berwarna merah.  Kulitku sudah hitam.  Apa jadinya kalau si kulit hitam ini berbaju merah?  Seperti Pak Sakerah, dong!
Kulihat sesosok lelaki berjalan dari kejauhan dengan handphone yang menempel di telinganya. Aku tahu, itu pasti Andi.  Kulambaikan tanganku ke arahnya.  Andi tuning.  Dia langsung menuju ke arahku.  Kami bersalaman.
“Langsung ke kapal aja, bang” katanya kemudian.
“OK”
Sepanjang perjalanan menuju ke kapalnya, aku mulai menaksir-naksir bagaimana pribadi Andi yang sebenarnya.  Andi ini pria biasa saja.  Tidak tinggi, tidak juga pendek.  Wajahnya juga biasa saja.  Sama seperti lelaki kebanyakan.  Tak ada tanda-tanda gay sedikitpun.  Aku mulai ragu.  Jangan-jangan dia ini memang bukanlah pria gay.  Selama di BBM, kami tak pernah bertukar cerita tentang gay.  Dia juga tak bertanya apa peranku.  Lelaki gay selalu bertanya apakah kamu berperan sebagai ‘TOP’ atau sebagai ‘BOT.
Hhhh ... aku harus lebih waspada.
“Sore ... mas ...” sapaku pada beberapa ABK yang sedang duduk- duduk santai  di geladak kapal.
“Sore mas ...” balas mereka.
“Masuk sini mas ...” kata Andi  menunjuk pada satu pintu kecil.  Itu pintu kamar kapal.  Aku memasuki kamar kapalnya.  Aku suka dengan suasana kamarnya.  Kecil tapi rapi.  Semua barang tertata secara fungsional.  Sesuai dengan fungsinya.  Ada satu tempat tidur berukuran kecil, satu kulkas, satu meja panjang dan dua kursi sofa.  Tempat ini terasa nyaman sekali.
Aku duduk di sofa sebelah kanan tempat tidur.  Andi  duduk persis di depanku, di sofa yang terletak di sebelah kiri  kamar mandi.  Aku baru bisa melihat wajahnya dengan jelas.  Di dalam kamar kapal ini baru terlihat bahwa dia sebenernya pria yang manis.  Hidungnya mancung, pipinya bersih dan badannya atletis. 
“Mau minum apa, mas?”
“Apa aja”
“BIR?”
“NO, thanks. Yang lain aja”
“POCARI?”
“Boleh”
Andi mengambil  dua kaleng pocari dari dalam kulkas kecil yang ada di sudut kamar.
“Diminum, mas”
“Makasih”
Sambil minum, kami terlibat dalam pembicaraan yang hangat.  Dia bercerita tentang kegagalan pernikahannya.  Tuh ... ternyata dia straight, kan!  Dia terpaksa harus bercerai karena tak juga kunjung ada anak selama perkawinan mereka.
Ini yang aku tak setuju!
Menceraikan seorang wanita karena tidak bisa mempersembahkan  seorang anak buat suaminya bukanlah tindakan yang bijaksana!  Tujuan sebuah pernikahan bukan sekedar mendapatkan anak, bukan?  Pernikahan itu adalah proses saling melengkapi.  Wanita ada di sisi pria untuk melengkapi kekurangan pria.
Sangat picik ketika seorang pria  menghakimi seorang pria karena wanita itu mandul!
Satu poin negatif sudah tersemat pada diri Andi.
“Aku mau mandi dulu, mas”
“Mandi aja ...”
Andi menutup pintu kamar kapal.   Dia mengunci kamar kapal.  Andi membuka kaosnya.  Aku melihatnya tak berkedip.  Aku terpana dengan keindahan tubuhnya.  Tubuh Andi terlihat putih bersih.  Puting dadanya terlihat mengkal dengan bulir-bulir pori-pori yang menonjol.  Glek!
Andi membuka celana jeansnya.
Tampak jendolan yang menggumpal di depan selangkangannya.  Ya Tuhan ... kenapa tadi pikiranku tidak fokus?  Aku biasa menduga-duga ukuran penis pria dari bentuk hidungnya.  Hidung Andi memang mancung.  Itu signal bahwa penisnya pasti besar juga!
“Mas udah mandi?”
Aku  tak menjawab pertanyaannya.  Aku sedang menenangkan diri.  Ada sesuatu yang sedang berkecamuk dalam pikiranku.  Tubuh dan pikiranku sedang tak sinkron saat ini.  Dalam pikiranku, aku ingin bercinta dengan Andi.  Di sisi yang lain, tubuhku menolaknya! Tubuhku sedang tak ingin bercinta dengan lelaki straight!
“Mas mau mandi?” tanya Andi lagi.
“Ehhh  ... ada airnya?”
“Ada.  Yuk mandi bareng ...”
Ya Tuhan ... ini pancingan Andi atau bagaimana, aku sendiri tak tahu.  Yang jelas, aku ingin mandi di dalam kapal.  Itu saja alasanku menerima permintaan Andi.
Aku berdiri dan mulai melepas satu persatu bajuku.
Andi sudah melepas  celana dalamnya dan masuk ke dalam kamar mandi yang berukuran sekitar 1X 1,5 m itu.  Dari belakang, aku bisa melihat pantatnya yang tampak begitu indah.  Gempal dan padat.  Aku menyusul ke dalam kamar mandi.  Aku berdiri di belakang Andi.  Aku mau berbagi shower.
Andi membalikkan badannya.
OH .... GOD –GOD- GOD ....
Nafasku terhenti seketika.  Mukaku merah padam.  Akalku sudah tak berjalan sebagaimana mestinya!  Andi punya litle monster.  Penisnya itu besar, panjang dan menggantung dengan bebasnya.  Jarak antara kami sudah begitu dekatnya.  Penisnya menyentuh penisku.
Ribuan kilo volt setrum menyambagi diriku.
Penisku langsung berdiri dengan tegaknya.   Andi senyum datar.  Aku tak peduli dengan senyumannya itu.  Aku memeluk tubuh telanjangnya.  Menekankan tubuhnya ke dalam tubuhku.  Dua tubuh telanjang kami saling bersatu.  Air yang berasal dari shower membasahi kedua tubuh telanjang kami.
Andi menekan pantatku.  Dia membuat tubuhku kian merapat kedalam tubuhnya.  Bisa kurasakan, litle mosnternya sudah berubah wujud!  Kali ini dia benar-benar menjadi sebuah monster!  Besar dan panjangnya mungkin sudah dua kali dari ukuran penisku sendiri. 
Dia mulai menggesek-gesekkan penisnya ke penisku.
Kurasakan kenikmatan yang luar biasa dasyat.  Kalau tak malu, aku sudah pengen muncrat saja.  Sumpah, getaran penis Andi terasa begitu nikmat.   Bisa kurasakan denyutan darah di penis Andi bertemu dengan denyut darah penisku.  Itu menimbulkan sensasi yang luar biasa.
Ku cium lembut bibir tipisnya.
Andi membalas sekilas ciumanku. 
“Aku tak suka ciuman,” bisik Andi.
Aku tak membalas ciumanku di bibirnya.  Aku merendahkan diriku.  Aku ingin menikmati sang monster , penis Andi yang terus menggesek-gesek perut, paha dan penisku.  Gerakannya luar biasa nakal!  Aku ingin menghentikan  kenakalan penis Andi.
Kupegang rapat kepala penis Andi.
Kujilat satu matanya, lubang kencing Andi.  Andi mendesis.  Dia tak bergerak.  Kujilat dan kukulum dengan pelan ke dalam mulutku.  Andi langsung lemas dan bersandar pada dinding besi kapal.
“Is it good?”
“Hmmm ... ya” desisnya.
Aku mulai mengoral penis Andi.  Gerakannya teratur dengan ritme irama salsa.  Satu kuluman, dua sedotan  dan satu jilatan.  Hap  ... srut srut ... sttt.  Begitu musiknya.
Andi menggelinjang.  Dia terlihat bingung.  Mungkin dia belum pernah diperlakukan seperti ini.  Dia belum tahu, tak semua gay itu bodoh!  Dia pasti berpikir isapan mulut gay sama dengan isapan mulut cewek nakal.  Dia tak tahu, gay punya teknik dan cara menghisap penis yang berbeda.  Isapan tingkat dedemit gunung kidul.
“Addduuhh mas ... aku mau keluar ...” desisnya saat penisnya mulai keluar masuk dengan intensitas tinggi.
Andi berusaha menarik penisnya dari kuluman mulutku.  Oh no !  Penis yang sudah dimasukkan, tak boleh di retur lagi.  Sekali masuk, keluar juga harus seijin si empunya mulut!  Tak kulepaskan sama sekali penisnya dari dalam mulutku.  Kusedot dengan sekali hisapan napas.
CRUOOOOOOOOOOOOTTTT ....
Kutekan penisnya lebih dalam ke dalam mulutku.  Bisa kurasakan semprotan penisnya hingga ke dalam amandelku.  Segar dan  menyejukkan.  Seperti  rasa permen penyegar tenggorokan.  Ya ... sometimes seks memang melegakan tenggorokan!  Hahaha ...
Kupandang wajah ANDI.
Dia heran dan takjub.  Dia seperti sedang mencari-cari sesuatu.
“Nyari apa, NDI?”
“Kamu telan semua?”
Aku menganggukkan kepalaku.  Andi heran.  Aku berdiri dan segera ke wastafel.  Merapikan wajah dan rambutku.  Kutinggalkan Andi yang sedang terduduk lemas di atas water closet.  Kukeringkan badanku dan segera mengenakan baju dan celanaku kembali.
Andi segera menyusulku.
Aku duduk lagi di posisi semula.  Di atas sofa di dekat tempat tidur.  Kuteguk Pocari yang tadi disiapkannya untukku.  No more conversation between me and Andi. 
Aku tak peduli.
Tugasku sudah terselesaikan.  Keingintahuanku sudah terjawab.  Aku tak mau tahu lagi, apakah Andi itu gay, biseks atau straight.  Aku juga tak butuh dipuaskan.  Karena kepuasan itu bukan hanya dari keluarnya sperma seseorang.  Buatku pribadi, sanggup membuat seseorang mencapai orgasme itu sudah menjadi sebuah kepuasan yang tertinggi.
“Abang sudah keluar?” tanyanya kemudian.
“Nggak harus, kan?”
“Hah?”
Aku suka melihatnya terlihat bingung begitu.
“Aku mau pulang, NDI”
“Kog buru-buru, bang ...”
“Mang mau ngapain lagi?”
“Ngobrol-ngobrol dululah bang  ...”
“Maybe next time.  Aku ada acara malam ini”
“Kalau gitu makan aja bang”
“Okelah”
Kami berdua keluar dari kapal dan menuju   salah satu warung yang terletak tak jauh dari kapal.  Andi memesan ayam bakar sementara aku memesan  bebek goreng saja.  Tak ada pembicaraan yang hangat lagi.  Aku hanya ingin menyelesaikan makanku dan pergi secepatnya dari hadapan Andi.
Aku tak ingin berlama-lama dengan Andi.
Hey ... apa ada yang salah dengan Andy?  Kalian pasti bertanya-tanya kenapa aku berusaha secepat mungkin menjauh dari Andy. Kalian pasti bertanya kenapa aku tak ingin berlaa-lama bersama Andy.
Jawabnya sudah jelas.
Aku tak ingin terlibat dengannya lebih dalam.  As you know, aku selalu jatuh cinta dengan pria pemilik huge penis.  Aku tak ingin jatuh cinta padanya.  Cos aku tahu, dimana posisiku dalam dirinya.  Aku ini hanya sebagai penghibur dirinya.  Aku hanya pemuas nafsu sesaatnya.
Dan aku paham betul itu.
Usai makan, kami berpisah.  Ku delete contactnya dari daftar pertemanan bbmku.  Kuhapus semua percakapan dan pesan-pesan yang ada dalam handphoneku.  Aku ingin menghapus semua  jejak Andy.  Bukan karena aku jahat, tapi aku memang tak ingin mengingat kenangan bersama andy.  Itu saja

hey semuanya, salam kenal, buat kalian-kalian yang suka serial kisah sesama yang masih original seperti Cowok Rasa Apel yang sudah sampai sesi ke 3, silahkan cicipi "Serial Pelepasan" dengan jalinan kisah sesama lelaki dewasa dengan rasa yang berbeda, terimakasih banyak :)
pelepasan remah 1 (episode 1)
Pelepasan Remah ke 2 (episode 2) Klik disini
Pelepasan Remah ke 3 (episode 3) Klik disini
Pelepasan Remah ke 4 (episode 4) Klik disini
Pelepasan remah ke 5 (episode 5) klik disini
Pelepasan Remah ke 6 (episode 6) Klik disini
Pelepasan Remah ke 7 (episode 7) Klik disini
Pelepasan Remah ke 8 (episode 8) klik disini
Pelepasan Remah ke 9 (episode 9) klik disini
Pelepasan Remah ke 10 (episode 10) klik disini

Sunday, May 29, 2016

Nikmatnya Ayah Tiriku



Namaku sebut saja deh Nando, nama yang keren kan? Sekarang aku sedang bingung akibat Papaku yang seksi itu loh, agaknya memang dia rada-rada biseks gitulah, soalnya dia masih tidur sama Mama tetapi dia juga sering mengajakku berfantasi “syurrr” dengannya. Pekerjaanku setiap hari selalu dan selalu merenungi nasib, duh pusing aku jadinya. Ini semua salah siapa sebenarnya? aku tak tahu, apakah ini salah ayah tiriku ataukah salah Mamaku yang selalu memgabaikan aku. Dan agaknya akhir-akhir ini Mamaku selalu hanya akrab dengan Papaku, sebenarnya aku agak cemburu sih kalau melihat mereka sedang berpelukan, berciuman, ah pokoknya membuat iri.
Seperti biasa aku selalu merenung, paling-paling aku hanya melamun setiap hari di depan pintu atau seringkali aku surfing internet teknologi yang satu ini memang membuatku tergodasetiap harinya aku selalu melihat situs situs porno di dunia maya ini. Dan karena aku tertarik iklan situs gay yang terkenal maka suatu hari aku subcribe. Wah, isinya komplit semua. Dari yang Asia sampai yang selalu bikin “horny” aku, yaitu cowok cowok bule.
Saat inii aku duduk di salah satu bangku sekolah di sekolah favorite yang megah, tetapi itu tidak membuatku senang apalagi gembira, karena Ayahku tercinta telah tiada. Mungkin juga akibat Papa kandungku telah meninggal makanya dimulailah petualangan seruku di dunia gay yang panas ini.
Sampai suatu hari Mama memutuskan untuk menikah dengan seorang pria, aku sungguh terkejut mendengarnya dan sekaligus tidak menerima akan hal ini.
“Ma, aku tidak setuju Mama menikah lagi, Mama udah lupa apa yah sama Papa?” tanyaku.
“Kamu harus punya ayah nak, Mama sudah tak sanggup terus bersedih hati,” Mama membalas kata kataku sambil memohon dengan tangan nya.
Aku bersikeras untuk tidak menanggapinya, oleh karena itu aku melakukan aksi demo dengan cara diam alias tutup mulut sampai kira-kira beberapa hari lamanya.
“Ma, sekali lagi aku mohon Ma, jangan lupakan ayah Ma!”
Agaknya kata-kataku tidak didengarnya.
Selang beberapa hari kemudian ketika aku pulang sekolah mataku terbelalak ketika di meja dapur tergeletak secarik kertas undangan. Oh tidak, ternyata itu adalah kartu undangan perkawian antara Mama dengan seorang laki-laki bernama Andrew. Mataku berlinang air mata dan suaraku mendadak terdiam seperti melihat hantu saja. Aku tidak bisa berkata apa-apa. Begitu malam harinya Mama sepeerti biasa pulang kerja.
“Mah, Mama masih nekat yah? Yah sudah lah Nando nggak mau lagi ngomong sama Mama lagi!”
“Terserah kamu Nan, Mama juga sudak capek mendengar rengekanmu.”
Sejak hari itu aku tidak pernah bicara, tatap muka, ataupun sekedar berpamitan sekolah. Pas hari perkawinan Mama, aku sengaja minggat ke rumah nenek di Jakarta Barat. Berangkat sekolah pun aku juga berangkat dari rumah nenek.
Karena aku sangat kangen ke rumah apalagi dengan komputer kesayanganku itu, karena dengan komputer itu hobi-hobiku menyelusuri situs gay terpenuhi. Kayaknya aku sedikit “mupeng” kalau tidak sedikit melihat-lihat sesuatu yang berbau gay dan cowok-cowok seksi di internet. Apalagi yang berbau bau cowok bule yang seksi. Karena sangat kangen seminggu kemudian aku pulang ke rumahku yang nyaman. Hari sudah malam tetapi Mama dan suaminya belum pulang juga dari kantornya.
Terdengar suara mobil, tetapi aku tidak menghiraukannya, apalagi melihatnya, aku teruskan pekerjaan rutinku yaitu meng-update website-ku tentang gay karena pekerjaan ini sangat mengasyikan, dan pekerjaan ini rutin kulakukan setiap minggu, sambil update aku juga biasa berjelajah ke situs gay lainnya. Sampai tiba-tiba pintu terketuk dengan pelannya, “Nando kamu di dalam kamar yah?” Terdengar suara yang halus tapi seksi seorang pria tetapi tidak kugubrisketukan itu dan belum kubukakan pintu karena aku masih men-download picture gay.
Sesosok pria ganteng melangkah masuk ke ruanganku dengan suara langkah-langkahnya yang cool-lah pokoknya. Kulihat dari monitor komputerku yang memamtulkan cahaya lampu kamarku sesosok pria jantan berbodi “hot” membuatku “horny”, lalu disketku yang penuh dengan foto-foto bugil itu kukeluarkan dari floppy-nya, yah isinya sudah bisa ditebak, yaitu file gambarcowok bule yang lagi “naked”. Maksudku adalah inginku upload ke site-ku itu.
Tiba-tiba aku dipeluk seorang pria yang berbadan kekar dan berbau harum parfum yang sangat membiusku, dari kemejanya yang sudah tipis itu kulihat bahwa dia berbulu dada yang lebat, dan tiba-tiba sambil menciumku, dia berkata,
“Jadi ini anak Papa yah? cakep juga yah.”
“Teruskan bermain komputer biar pinter yah!”
“Biar pintar?”
“Papa ke kamar mandi kamu yah soalnya air panas di kamar mandi sebelah sedang rusak.”
Hah! mimpi apa aku semalam di rumah nenek? Papaku begitu ganteng, gumamku. Sejenak aku melihat ke sekitar ruanganku. Hah! Papa sedang mandi tak menutup pintunya, tetapi dia tetap santai tak menganggapku. Badannya yang kekar berbulu dan yang penting lagi “barang ajaib”-nya yang kata orang di bilang “kontol” dia usap-usap dengan sabun mandiku yang ada di kamar mandi sekaligus kamar masturbasiku setiap hari, terang saja batang kemaluannya itu bereaksi dengan cepat.
Oh my God! besar sekali sekitar 23 cm. Tampak dari kejauhan batang kemaluannya yang berwarnaputih ke coklatan lalu dia selesai mandi, dengan dibalut dengan handuk ku yang tipis, ia melangkah ke depanku dengan PD-nya, karena wajar saja dengan bodinya yang hot itu semua orang pasti tambah PD, padahal aku yang sedang download gay movie, datang dari belakangku langsung memelukku.
“Hah, kamu ini sedang apa Nando?” tanyanya.
“Papa nggak percaya, kamu ternyata…”
Tapi entah kenapa dan bagaimana Papa ikut melihat film yang selesai ku-download. Sungguh film yang hot membuatku terbakar dengan fantasi-fantasi yang tersirat pada film itu. Tiba-tiba telingaku terasa basah dan rasa-rasanya ada sebuah benda berdaging yang basah bergerak membuatku tambah nafsu berat. Lalu Papaku dengan suara lembut nan seksinya berkata,
“Sini kamu Papa ajarin, gini-gini Papa dulu juga pernah kayak kamu waktu Papa sekolah.”
Seperti pemerkosa, tiba-tiba Papaku memelukku dengan dadanya yang bikin “horny”, lalu diciumnya dan dikulumnya mulutku yang kata teman-temanku “cute” ini. Oh suck, dia mengurut-urut batangannya. Dijilatinya bajuku, wah padahal aku masih berpakaian lengkap loh! Daerah sekitar putingku dijilati hingga baju kubasah oleh air liur nafsunya. Tangannya mulai masuk ke bajuku dan membelai-belai dan menggesek-gesekkan tangannya ke puting dadaku. Akibat tak sabar maka dia membuka perlahan bajuku, celanaku. sampai tertinggal CD saja di kulitku.
“Nando ayo donk, gimana sih udah diajak Papa juga!”
“Papa kok…”
Aku terbelalak mendengar perkataannya yang mengejutkanku, ternyata di balik badannya yangseksi itu ternyata dia pernah jadi gay waktu muda dulu.
“Udah nikmatin aja yah nak.”
Dia langsung menyerangku, dia mencari-cari puting dadaku, lalu dia menghisap dan menjilatinya, dan aku mengerang-ngerang tak tahan merasakannya, segera dia meraba CD-ku yang sudak sesak dengan batangan 18 cm yang sudah tegang dari tadi dan kayaknya juga sudah dibanjiri precum=ku yang bening. “Ah… Ah… terus Pah.” Kuarahkan semua nafsu dan darahku ke batang kemaluanku agar batang kemaluanku menjadi tegang dan keras seperti ujung rudal. Dia makin menjadi-jadi dan akhirnya menghisapku dengan kuat.
“Papa, Nando pengen punya Papa donk!” Dia mengangguk lalu kami berganti posisi “69″. Nikmatsekali rasanya, kujilati batangannya yang berbulu lebat sekali, dengan sesekali kukocok lalu kuhisap lagi. Papaku mengerang, “Arrggghhh…” karena dia sudah tegang dengan kerasnya lalu diaberkata, “Nando, Papa mau masukin kamu yah?” Langsung saja kemaluanku dilumuri dengan ludahnyayang mengalir deras seperti liur serigala kelaparan, dan tiba-tiba tangannya memainkan jarinya ke anusku agar tidak sakit nantinya..
Selanjutnya sebuah batangan keras dan panjang juga tebal menembus anusku “Ah… Papa…” Rasasakit luar biasa meliputi tubuhku, tetapi Papa tidak memperhatikan mimik mukaku yang sudah capai menahan batangannya yang gajah itu. “Pah, Nando capek Pah.” Dia terus bergerak maju mundur menikmati anusku yang sudah mekar akibat batangannya. Kucoba dengan menikmati goyangannya yang agak “Hardcore” itu, dan sesekali kukocok kemaluanku. Sampai tiba-tiba keluar rasa nikmat yang tak tertahankan, “Pah Nando mau keluar Pah,” Tiba-tiba batanganku menegang keras sekali dan “Crot…” batanganku tiba-tiba mengeluarkan cairan putih yang kental sekali dan kuarahkan sangat banyak ke muka Papa. “Pap, Nando ada hadiah nih,aaargh…” Ah, rasanya seperti terbang ke awang-awang, “Nando kamu ternyata jagu semprot yah,” dia malah senang sekali kelihatannya.
Papa terus goyangkan badan sampai sesaat batangannya menegang tinggi langsung gerakannya menjadi-jadi layaknya lokomotif kereta api dan dicabut dari anusku “Ahhh… Crot…” batangannya mengeluarkan sperma yang basah, dan ternyata dia membalasku. Dia membalasku dengan menembakannya ke arahku tepat di wajahku.
“Ahhh… Nando Papa bener khan, Papa juga bisa.”
“Iya Pap, mulai sekarang Nando jadi anak Papa deh.”
Setelah itu kami saling berpelukan tanpa busana sedikit pun. Sesaat setelah kami melepas lelah masing-masing kemudian aku menariknya kembali untuk minta mengulanginya lagi. Kami dua kali melakukanya sampai terkuras semua nafsu kami semua.
Diawali dengan meminum obat berlabel Viagra yang tersimpan di saku celana Papa. Seperti anjing kami melakukan dengan terburu-buru mengingat waktu sudah menunjukan bahwa Mama sebentar lagi pulang. Tetapi dengan nafsu yang makin membara dan membakar tubuh kami. Papa melumuri diriku dengan “gel” yang hot habis deh pokoknya. Dan dia melakukan hal yang sama dengan tubuhnya. Oh my god, “gel” ini membuat badanya menjadi super “macho”, dan tanpa adagan kulum mengulum langsung saja dia memintaku menungging dengan posisi pantatku di depan batang kemaluannya.
Setelah setengah jam bergerak maju mundur akhirnya kejadian paling hot terjadi lagi.”Ahhhgg.. Crot..” batangannya meledak-ledak dengan peluru cairnya yang hangat itu. Kami rasa nafsu kami benar-benar habis untuk kali ini, Papa mengambil nafas lega. Oh, aku seperti di surga.
“Pap besok ajarin Nando lagi yah, abis gede banget sih.”
“Iya deh.”
Lalu Papa memelukku erat-erat. Sejak saat itu aku dekat dengan Papa. Setiap hari kami melakukan hal itu karena kami sama-sama hiperseks. Kami haus akan seks untuk setiap hari. Dan agaknya jadilah aku anak Papa bukan anak Mama lagi, sampai sekarang aku masih terus diajari oleh Papatanpa sepengetahuan Mama, dan kami jadi semakin dekat dan akrab. Oh Papaku Andrew yang kusayang selamanya.
Sepertinya Papa kandungku sudah mengirim gantinya agar membuatku bahagia dan tidak menderita seperti yang dikatakan orang lain, biasanya Papa tiri adalah galak dan sadis. Tapi toh buktinya Papaku Andrew sangat menyenangkan, baik hati dan sekali lagi, dia juga pasanganku yang seksi.Mungkin bila Mamaku tahu aku akan di marahnya. Oops I did it again Mom Sorry!







hey semuanya, salam kenal, buat kalian-kalian yang suka serial kisah sesama yang masih original seperti Cowok Rasa Apel yang sudah sampai sesi ke 3, silahkan cicipi "Serial Pelepasan" dengan jalinan kisah sesama lelaki dewasa dengan rasa yang berbeda, terimakasih banyak :)
pelepasan remah 1 (episode 1)
Pelepasan Remah ke 2 (episode 2) Klik disini
Pelepasan Remah ke 3 (episode 3) Klik disini
Pelepasan Remah ke 4 (episode 4) Klik disini
Pelepasan remah ke 5 (episode 5) klik disini
Pelepasan Remah ke 6 (episode 6) Klik disini
Pelepasan Remah ke 7 (episode 7) Klik disini
Pelepasan Remah ke 8 (episode 8) klik disini
Pelepasan Remah ke 9 (episode 9) klik disini
Pelepasan Remah ke 10 (episode 10) klik disini

Kenikmatan Kakaku


“Pokoknya Kalau Ujian kenaikan kelas tahun ini kamu bagus, kamu boleh minta 3 permintaan ke aku”
Itu adalah kata – kata dari kakak yang slalu aku ingat. Namaku Rino 14 thn. aku punya kakak tiri namanya Andre dia itu masih memiliki keturunan dari Amerika latin, umurnya 19 thn. dia itu cerdas, pinter, sexy, hot, dan bodynya itu membuat aku slalu tergiur. Dia tidur sekamar bareng aku (gak sekasur). Dia kalau tidur itu hanya memakai boxer aja. jadi kalau waktu pagi aku selalu melihat pemandangan yang indah di selangkangannya.

Pengalaman ini aku alami sewaktu aku ada ujian kenaikan kelas. aku itu anaknya gak terlalu pinter tapi gak bodo – bodo amet. Setiap aku ada ulangan harian aku biasanya dapet pas di kkm kadang juga diatas walau hanya 2 – 4 point aja. Sedangkan kakakku dia kayak komputer aja, Ini itu bisa semua. nilainya pun slalu baik padahal dia belajar juga jarang. meskipun belajar dia jarang dia slalu membuktikan hasilnya kepada ortu dan aku sendiri.

“Pokoknya Kalau Ujian kenaikan kelas tahun ini kamu bagus, kamu boleh minta 3 permintaan ke aku” saat kata – kata itu di ucapkan aku pun bersemangat untuk belajar dan belajar. Setiap hari aku belajar dengan tekun dan hasilnya biasa – biasa aja. Aku pun kecewa pada saat itu dan berjalan pulang dengan kekecewaan.

“Rino apa – apaan ini ulangan pas di kkm semua” Kata itu terlontar dari mulut papaku.
“maaf  pa tapi aku sudah mencobanya dengan belajar ” balasku
“jangan Bohong kamu” kata papaku
“Enggak kok pa, dia sudah mencobanya dengan tekun”  kakakku pun membela aku.
“Hah? bener” papaku pun ber tanya pada kakakku, dan kakakku menceritakan semuanya tentang usahaku untuk meraih nilai terbaik di Ulangan kenaikan kelas ini.

Saat aku masuk kamar aku pun gembira sekali karena kakakku sudah membela aku. “Kreeeeek” pintu kamar pun terbuka dan masuklah seseorang yang ternyata itu adalah kakakku. Dia langsung mendekap aku dengan sapu tangan dan mengunci badan ku dengan tangannya. aku pun seperti terbius olehnya.

Saat terbangun aku sudah dalam keadaan telanjang dan kaki tangan ku di ikat pada sudut sudut tempat tidurku, mulutku dibekap dengan sebuah sapu tangan. tiba – tiba ada seseorang yang lagi mendekati aku dengan kepala yang tertutup oleh topeng. dia mendekat menuju kontolku yang tertidur. tiba – tiba aku merasakan kehangatan di kontolku, saat aku lihat kontolku, seseorang itu sedang ngemut kontolku dengan lahap. dia pun membuka pakaian satu – persatu sampai dia telanjang. Saat aku lihat postur tubuhnya aku cukup femiliar memiliki perut yang sixpack, dada yang bidang otot lengan yang bagus dan kontol yang besar dan lagi ngaceng berat.

Dia pun menatap wajah ku dan membuka topengnya. “WOW” ternyata yang di balik topeng itu adalah Kakakku. Dia pun segera menuju ke atas tubuhku dengan sambil wajah yang bertatapan.

” Dek maafin aku, aku melakuin ini karena aku gak tahan oleh tubuhmu yang amat membuat aku tergiur. dan ini adalah saat yang tepat untuk menikmati tubuhmu” Sambil dia mengatakan itu dia juga mengelus wajah, rambut, dada, perut, paha dan kontolku. dia pun melepaskan sumpelan pada mulutku. “Dek sejujurnya aku mencintaimu melebihi siapapun, mau gak kamu jadi kekasih kakak?” aku pun cukup kaget dengan ucapan kakaku itu “Maaf kak aku gak bisa menerima kakak sebagi seorang kekasih, apa lagi…. ” sebelum aku menyelesaikan kata – kataku dia sudah mencium bibirku dengan mesrahnya. aku pun masih membalas ciuman itu. dia mulai meraba – raba tubuhku membuat aku geli dan membangkitkan gairahku. Aku mencium dia dengan sedikit ganas membuat dia kaget dan menyeimbangi nafsunya dengan nafsuku.

capek hanya dengan ciuman saja dia mengajak aku untuk berbuat lebih dalam namun aku menolaknya. Dia pun marah dan memaksaku. Dia mengangkat kaki ku dan terlihatlah lubang anusku. Dia pun meludahi anusku dan memasukannya dengan jari – jemarinya. Aku pun mengerang karena kesakitan. untuk meredam eranganku dia ngemut putingku, yang membuat aku kegelian yang membuat rasa kesakitan ku menjadi pudar. lama kelamaan aku pun menjadi keenakan dan merubah eranganku kesakitanku menjadi erangan keenakan.

Dia pun mencoba memasukan kontolnya yang gede banget ke anusku yang virgin. walaupun dia kesusahan dan bless kontol itu masuk semua ke anusku. Dia pun membenamkannya cukup lama dan menciumi mulutku dengan mesrahnya. Lama – kelamaan aku sudah terbiasa dengan kontolnya. aku pun memberi sinyal ke dia berupa memaju mundurkan bokong ku. Dia pun menangkap sinyalku dan memaju mundurkan kontolnya. pertamanya sih aku cukup kesakitan karena gesekannya itu membuat aku perih.

Namun lama kelamaan aku sudah terbiasa dan mengerang dengan kenikmatan yang tiada tara. dia menggenjot tubuhku dengan cepat dan membuat badan dan badannya bermandikan keringat, yang membuat sensasi yang berbeda. “ahhhhh… ehmmmm….. sayang kamu kok bisa seperti ini” Itu adalah erangan dari kakakku yang sedang menikmati persetubuhan ini. ” Ah… Ehm…. Terus kak” Aku pun juga mengerang kenikmatan karena gesekan kontolnya itu membuat aku sangat kelojotan. Dan “ARGHHHHHH” aku memuncratkan spermaku ke tubuhku dan tubuhnya, yang membuat dinding anus ku menjadi semakit mencengkram kontol kakakku.

kakakku pun jatuh di dadaku dan aku juga merasakan ada sesuatu yang hangat di anusku, mungkin itu bertanda kakak sudah orgasme. wajahnya yang berada di atas dadaku begitu lucu karena seperti melakukan sesuatu yang amat sesuatu. nafasku dan nafasnya memburu dengan kencang dan perlahan – lahan aku dan dia tertidur.

Saat aku terbangun dia masih ada di atas tubuhku dengan kontol yang sudah keluar dari anusku. Aku pun membangunkan dia. ternyata masih belum ada efeknya. aku memandang langit – langit rumahku dan membayangkan begitu indahnya malam kemarin walau aku jual mahal ke dia.

Dia terbangun dengan wajah yang keren dan rambut yang acak – acakan. yang membuat aku sedikit tertawa dan terkagum – kagum. Dia pun membuka ikatan pada tangan dan kakiku dan kembali tertidur di sampingku. “Kak sebenernya aku juga cinta kepada kakak tapi semalaman aku malu untuk mengucapkan kepadamu” ZEBBBB dia langsung terbangun dan mencium bibirku dan aku membalasnya ciumannya.
Aku bahagia pada hari itu karena Di awali dengan ciuman. dan di akhiri dengan ML lagi dengan kakakku dan temannya. dan aku melewati hari hari berikutnya dengan bahagia, cinta, dan sex.


hey semuanya, salam kenal, buat kalian-kalian yang suka serial kisah sesama yang masih original seperti Cowok Rasa Apel yang sudah sampai sesi ke 3, silahkan cicipi "Serial Pelepasan" dengan jalinan kisah sesama lelaki dewasa dengan rasa yang berbeda, terimakasih banyak :)
pelepasan remah 1 (episode 1)
Pelepasan Remah ke 2 (episode 2) Klik disini
Pelepasan Remah ke 3 (episode 3) Klik disini
Pelepasan Remah ke 4 (episode 4) Klik disini
Pelepasan remah ke 5 (episode 5) klik disini
Pelepasan Remah ke 6 (episode 6) Klik disini
Pelepasan Remah ke 7 (episode 7) Klik disini
Pelepasan Remah ke 8 (episode 8) klik disini
Pelepasan Remah ke 9 (episode 9) klik disini
Pelepasan Remah ke 10 (episode 10) klik disini

Saturday, May 28, 2016

Keperawananku Direnggut Lik Bambang


Namaku Johan 13 tahun dan masih duduk di bangku SMP kelas 2. Aku sangat bergantung sama pamanku Lik Bambang satu satunya adik ibuku. Mengapa aku bergantung pada Lik Bambang karena ayahku sudah meninggal sejak umurku lima tahun sedangkan ibuku jadi TKW di Arab Saudi dan tak pernah ada kabarnya sampai saat ini semenjak ditinggal ayahku meninggal. Aku benar-benar yatim piyatu. Awalnya ibu menitipkan aku ke nenek namun saat aku SD kelas tiga nenek meninggal dunia karena terserang penyakit liver. Ia hanya mewariskan Lik Bambang anaknya yang tersisa dan rumah kecil di gang-gang sempit yang kumuh di Banyuwangi yang menjadi satu-satunya harapanku untuk menyambung hidup.
Sudah enam tahun aku menggantungkan hidup dengan Lik Bambang. Namun dengan sifal Lik Bambang yang keras rumah tangganya kandas di tenggah jalan yang menyayat hati Ayu, putri kandung satu-satunya dari pernikahan mereka. Ayu yang masih berumur 7 tahun saat itu harus menerima kenyataan pahit kekerasan rumah tangga yang dialami orang tua mereka. Aku ingat betul saat itu Ayu memelukku kuat-kuat saat menyaksikan tempelengan Lik Bambang menghantam wajah istrinya di hadapan Ayu. Ia menangis histeris namun tak berdaya. Kami berdua berpelukan dengan kencang dengan jantung berdegup kencang karena takut kelihaian tempelengan Lik Bambang juga menguasai tubuh kami yang tak berdosa. Saat itulah istri Lik Bambang menyambar asal comot pakaiananya di lemari yang dimasukan ke koper usang lalu menyeret paksa Ayu dari pelukanku untuk dibawanya minggat. Dan pada hari itu aku hidup berdua dengan Lik Bambang di rumah warisan nenek. Hanya bersamanyalah aku menggantungkan hidupku dan jika saat itu ia kalap aku tak tahu harus hidup dengan siapa lagi. Untunglah Lik Bambang mau menerima serta menyekolahkan aku. Walaupun kita saling menyadari bahwa kita bukanlah darah kandung tapi ia juga memperhatikan perkembanganku sebagaimana ayah kepada anak yang kulihat di tivi-tivi.
Hidup bersama Lik Bambang tidak beda jauh dengan sekolah militer. Jika aku kurang berkenan atau punya kesalahan sedikit saja, bukan hanya pisuhan tapi juga dihajar olehnya. Hingga aku kebal atas tindakan kekerasan fisik olehnya yang menimpaku bertubi-tubi. Tempelengan, gamparan, jitakan, tendangan sudah tak kurasakan sakit lagi. Namun kusadari bahwa dibalik sifatnya yang keras ada hati yang manis di dalamnya. Buktinya ia selalu memberiku banyak makan dan minum setelah aku dihajar olehnya dan mataku sembab karna tangisan yang tak kunjung berhenti.
“Ini makanlah yang banyak minum yang banyak. Kamu tahu tadi adalah pelajaran bagimu agar kamu tidak melakukan kesalahan lagi. Lik mendidikmu seperti ini supaya kamu menjadi lelaki yang kuat yang tangguh. Lik bukan marah sama kamu justru Lik sayang kamu dengan mendidik kamu seperti ini. Sudah berhentilah menangis. Lik sayang Johan.” Sambil menyandarkan kepalaku di bahunya dengan penuh kasih sayang. Sesekali ia memberi wejangan dengan mengelus-elus kepalaku. Saat itulah aku merasa aman berada disampingnya dan rasa sayangku pada Lik Bambang melebihi segalanya. Hanya dialah satu-satunya penjamin nasibku.
Pekerjaan Lik Bambang yang serabutan membuat perekonomiannya kadang seret kadang lancar. Saat perekonomian seret emosi Lik Bambang sering meninggi tanpa sebab musababnya. Pada saat itu aku tak berani untuk meminta uang saku atau uang untuk membeli buku sekolah karena pasti aku akan dihajar habis-habisan. Maka yang kulakukan adalah menarjet anak-anak culun di sekolahku kadang anak-anak SD untuk keperluan financialku sendiri seperti bayar  buku, SPP, uang jajan, dll. bahkan sisa uangnya kubelikan nasi bungkus untukku dan untuk Lik Bambang demi menghiburnya agar tak melakukan kekerasan fisik padaku.
Jika ada waktu luang aku sering membantu Lik Bambang bekerja seperti kuli pikul di pasar, kuli bangunan di proyek namun kehadiranku dianggapnya mengganggu pekerjaannya lalu aku diaksih uang jajan dan diusirnya pulang. Dari situlah aku seneng banget walaupun sebenarnya aku sudah membantu lama hingga capek tapi pamanku selalu memperhatikanku saat aku mulai lelah ia beralasan mengusirku untuk belajar saja yang rajin di rumah karena belum saatnya aku bekerja banting tulang itu katanya seraya memberi uang jajan.
Pada saat itu ada acara di sekolah dan masing-masing siswanya harus membayar iuran 50 ribu. Kucari Lik Bambang di ternyata dia lagi olahraga di tempat fitness murahan kaum menengah ke bawah dengan diiringi lagu dangdut koplo remix yang berdentum keras di sound pojok ruangan.
“Kenapa kamu kesini?” tanyanya sambil meringis karena barbell besi tua diangkatnya.
“Di SMP ada acara Lik, semua siswa suruh bayar iuran 50 ribu”
“Asu buntung. Iuran lagi-iuran lagi, gurumu itu gak tau apa kalo aku gak punya duit. Suruh saja gurumu itu nguli angkut di pasar.” Umpatnya. “Terus kapan terakhir?”
“Besok Lik.”
“Cueleng!! Ya wes nanti malam tak carikan duit aku mau lembur.”
Saat malam telah larut Lik Bambang pulang dengan membuka bajunya sambil menyambar handuk untuk merilekskan tubuh setelah seharian lembur. Dari kamar mandi terdengar suara gebyar gebyur air dingin yang tak dirasakan oleh badan Lik Bambang yang panas penuh keringat. Terbukti suara Lik Bambang tidak bergetar sama sekali saat berbicara denganku dari kamar mandi.
“Han kamu udah Tidur?”
“Belum LIk.”
“Bagus jangan tidur dulu ya. Lik mau ngomong sama kamu habis ini.”
“Baik Lik.” Dengan penuh tanda tanya di kepalaku. Baru kali ini Lik Bambang sangat serius berbicara denganku seperti ada berita kematian yang akan mengejutkanku saja. Namun kuturuti saja, hati ini tak kuasa untuk menanyakan lagi karena aku tahu itu bakalan tak berkenan di hati Lik karena sudah termasuk membantah walaupun hanya menanyakan hal apa yang akan dibahasnya.
Ia keluar dengan melilitkan handuk di pingganngya lalu mendekatiku duduk tepat di sampingku. Bisa kucium aroma kesegaran sabun nuvo yang menyeruak dari badan Lik Bambang yang tak berbalut pakaian karena habis mandi.
“Kamu tahu kan kalau aku bekerja keras demi menyambung hidup kita berdua.”
“Iya Lik.”
“Dan kamu tahu kan kalau kamu bukan anakku. Tapi aku dengan ikhlas membesarkanmu. Kamu juga tahu kalau rumah tanggaku sudah lama hancur.”
“Maksud Lik?” kupotong omongannya lalu kupandang matanya yang penuh dengan penuh pertanyaan.
“Santai saja dengarkan dulu. Jujur saja ya kamu bisa merasakan bahwa Lik sayang kamu gak? Maksudku dengan kerja banting tulang demi menyambung hidup kita berdua, lalu dengan aku menyekolahkanmu supaya kita tak hidup sengsara kelak, dengan caraku mendidikmu dengan keras supaya kamu menjadi laki-laki tangguh, itulah caraku menyalurkan sayangku padamu. Apakah kamu merasa kusayangi? Dan apakah kamu juga menyayangiku seperti ayah kandung? Jujur saja gak papa. Kalau iya katakana iya kalau tidak katakan tidak.”
Setelah kudengar pernyataannya mataku mulai berkaca-kaca lalu meneteksan air mata di pipi sambil kupandangi terus mata Lik Bambang dengan penuh makna dan harapan. Aku tak bisa mengatakan apa-apa setelah mendengar kata-kata paling romantis yang pernah keluar dari mulut Lik Bambang. Kuekspresikan perasaanku saat itu dengan memeluk rapat badan Lik Bambang. Kubenamkan wajahku ke lengan  Lik Bambang  hingga lengannya yang berotot penuh urat pembuluh darah itu basah oleh air mataku. Hanya kata-kata “Johan sayang Lik Bambang” itu saja yang bisa kuucapkan sambil tersedu-sedu sesak.
“Sudah-sudah cup-cup aku mengerti sekali perasaanmu. Karena kamu begitu menggantungkan hidupmu padaku. Syukurlah aku sangat sayang padamu. Aku tak akan mungkin mencampakkanmu begitu saja. Aku berjanji kau akan kubesarkan seperti anakku sendiri. Pegang kata-kata Lik percayalah sama Lik.” Sambil memelukku dengan mesra seraya mengelus-elus kepalaku.
“Lik punya satu permintaan. Kalau kamu benar-benar sayang sama Lik kuharap kamu mau melakukan.”
“Aku mau Lik. Apapun yang Lik minta akan aku lakukan Lik.” Jawabku dengan sepenuh jiwa raga sambil melepaskan pelukanku kemudian kutatap matanya dengan mantap seraya menahan isakan tangis haru yang tersisa.
“Aku pengen malam ini kita senang-senang. Seperti ini.” Kemudian ia mengambil henfon touch screen buatan cina miliknya dan memutar video persenggamaan antar-laki-laki. “Kita akan mekalukan sepeti ini. Tenang saja Lik akan membimbingmu dan kita akan sama-sama puas.” Dia meyakinkanku.
Aku kaget setengah mati namun aku kasihan dan berempati pada perjuangan Lik Bambang untuk membesarkanku. Bagaimanapun juga aku harus menuruti apa katanya. “Aku tidak yakin Lik.” Kataku sambil tetap melihat video tersebut dengan agak merinding.
“Percaya sama Lik, itu bukan penderitaan itu adalah kenikmatan. Lik bukan menyiksamu tapi memuaskanmu. Lik akan membimbingmu nanti. Sekarang ya. Ayo buka bajumu.” Perintahnya kuturuti.
Sementara aku membuka bajuku, ia meletakkan henfonnya lalu menjilat putingku dengan mesra. Terkejutlah badanku seperti ada aliran listrik yang mengalir dari kepala turun ke dubur hingga badanku menggelinjang dengan refleks.
“Bagaimana rasanya? Pejamkan saja matamu. Rasakan saja kenikmatan yang kuberikan.”
Kurebahkan tubuhku yang cungkring kurus sambil melipat tangan ke atas dan kujadikan bantalan kepala. Bisa kurasakan jemari lik yang kasar berusaha membelai lembut perutku yang kurus serta tulang igaku yang menonjol. Sedangkan bibirnya masih terus hinggap di puting kananku  dengan meninggalkan jejak liur yang basah karena lidah tumpulnya berputar-putar penyapu puting ku yang pink tak berbulu.
Emh benar-benar nikmat rasanya bibirku secara refleks kumainkan dengan menjilatnya. Tiba-tiba ada yang menempel lembut di bibir dengan dengusan panas di pipi. Kubuka mataku ternyata wajah Lik Bambang sangat dekat hingga kuberpaling darinya karena membuatku kaget. Ketidak siapanku membuatnya tersenyum, “Kenapa? Tetap pejamkan matamu ayo buka mulutmu keluarkan lidahmu.” perintahnya dengan bijak. Kuturuti saja perintahnya. Kini kurasakan lidah yang dingin, segar dan kasat dengan aroma pepsodent. Lidah ku diemut oleh LIk Bambang sesekali melumati wajahku mulai dari pipi, mata, kening, hidung, leher hingga telinga dengan rakus. Sembentara badan Lik Bambang yang gempal dengan lengan kokoh berotot, dada padat berisi segumpal otot yang ketat serta perut yang mulai terbentuk karena rajin berolah raga, kini semuanya bendempetan dengan badanku yang cungkring dan menggesek-gesek. Ku elus punggung Lik Bambang yang lebar dan dingin serta bisa kurasakan titik-titik air yang tersisa sehabis mandi dengan tanganku yang menyapu otot punggungnya yang berkontur kokoh.
“Nah sekarang ayo duduk kocok kontol Lik.” Diangkatnya badanku dengan mudahnya lalu kami berganti posisi. Lik Bambang melepas handuknya yang melilit dipinggang dan munculah kontol tegang perkasa miliknya mengacung-acung di hadapanku. Tak ada lagi kain pembungkus badan Lik Bambang, kini ia sudah telanjang total dihadapanku lalu gantian tiduran di kursi spons yang jebol-jebol salah satu perkakas peninggalan nenek. “Ayo kocok! Sini Lik ajarin.” Sambil meraih tanganku yang mungil lalu jemariku dilingkarkannya pada kontol prekasa yang penuh otot dan urat. Kemudian dibimbinglah tanganku dengan lembut. naik turun naik turun naik turun. Kontol seukuran pergelangan tanganku kini mulai panas seperti saat kupegang gelas teh hangat. Semakin digenggam erat semakin panas. “Ayo lakukan yang seperti Lik ajarkan tadi. Mula-mula emut kedua putingnya Lik secara bergantian. Lalu cipok mulut Lek.” Katanya kemudian ia kembali memejamkan matanya serta menggigit lembut bibirnya. Kulakukan persis apa yang disuruhnya dan yang diajarkannya tadi namun tanganku tetap mengocok kontolnya.
“Wah kontolnya Lik panas banget.” Kataku sambil terus mengocoknya.
“Nah kalo gitu masukkan mulutmu dan mainkan ke atas ke bawah sesekali mainkan lidahmu di kepala kontolnya Lik. Ayo sini Lik bimbing.” Ia beranjak duduk kemudian aku disuruh jongkok dengan posisi muka diselangkangannya lalu membimbing mulutku yang mungil melumat kontol perkasanya.  Secara perlahan dan seksama dia membimbing kepalaku masuk dan keluar. Padahal mulutku menganga lebar maksimal rasanya belum cukup menelan kontol kuli bangunan di hadapanku ini sampai ujung pangkalnya. Bahkan beberapa kali aku tersendat karena mulutku penuh dengan kontol raksasa hingga tak ada ruang untuk bernafas.
“ahh uh emh… enak Han. Terus telan kontolku. Kalau mulutmu gak cukup menelan, pangkalnya kocok sama tangan.” Katanya sambil berdesah. Kulihat wajahnya dia sudah mencapai titik kenikmatan yang tinggi. Matanya merem melek, tangan kanannya sibuk meraba-raba perutnya yang kotak-kotak saat mengejang akibat setruman kenikmatan, sedangkan tangan kirinya sibuk memlintir-mintir putingnya yang coklat tegang. Sepertinya dia cukup nikmat.
“Sudah ya Lik. Johan capek. Katanya saling memberi kenikmatan.” Kataku merujuk.
“Oh iya Lik lupa. Habis sedotanmu enak sih. Kamu diajarin dikit sudah pintar. Kamu memang anak kesayangan Lik.” Pujinya. “Ayo sini pindah ke kamar. Kita main di ranjang ya. Sekarang giliranmu menerima kenikmatan. Kamu siap kan.” Ujarnya sumringah.
Diambilnya handbody viva yang sudah lama tak terpakai di samping lemari kaca kamarku. Kemudian dia memlorotkan kolor beserta celana dalamku hingga kami berdua benar-benar telanjang di kamarku yang kecil. Dilumurilah telunjuknya yang besar dibandingkan dengan ukuran telunjuk pada umumnya. Telunjuk, jari tengah serta jari manis sudah ia lumuri dengan Viva. Tak lupa ia melumuri pantatku hingga rasanya becek dan licin membuat tak nyaman. Kubuka lebar kakiku kesamping lalu dicolek-colek pantatku sedangkan tangan kirinya mengocoki kontolku yang kembali menengang. Namun dalam hatiku aku sungguh takut yang bisa kujadikan pegangan hanyalah bantal yang kupeluk saat itu. Pak Lik tidak memberi tahuku sebelumnya bagaimana rasanya yang bisa kubayangkan seperti beol dengan tai yang besar dan keras. Telunjuknya mulai masuk ke pantatku. Aku meringis berusaha menutup dinding anusku kemudian jari Lik keluar. Aku belum siap menerima tusukan jari Lik Bambang. “Silitmu jangan nutup Han! Tutup matamu rasakan kenikmatannya. Tarik nafas buang nafas terus menerus. Biarkan saja jariku menembus silitmu.” Perintahnya yang kini tak lagi romantis lagi malah cenderung beringas.
Tiga menit kemudian usaha Lik berhasil. Telunjuknya berhasil masuk ke lobang duburku. Sedangkan badanku masih tetap tegang namun berusaha kurilekskan dengan menarik serta membuang nafas secara berulang. Telunjuk itu bermain di dalam sana dengan lembut. Terkadang dengan gerakan yang sedikit kasar otot mulut duburku berusaha menahan ulahnya namun tak bisa kukeluarkan.  Hanya berkedut-kedut dipangkal telunjuk Lik yang terlanjur tenggelam. Sepuluh menit kemudian jari tengahnya masuk menyusul telunjuknya.  Aku mulai terbiasa dengan permainan jarinya dan mulut anusku mulai melebar karena ulah jari Lik Bambang.
Tiba-tiba kontolnya yang sudah ngaceng maksimal dilumuri handbody  dan menaruh start di bibir pantatku. Diangkat kakiku lebih tinggi lalu mukanya didekatkan ke wajahku. “Sebentar lagi kontoklu akan menembus silitmu dan kita akan menyatu. Aku janji tak akan menyakitimu. Aku akan memberimu kenikmatan karena aku sayang kamu. Aku sayang kamu seperti anakku sendiri. Aku ingin membesarkanmu. Dan aku harap kamu patuh padaku. Pak Lik sayang Johan.” Ia mengecup bibirku dengan posisi kontolnya yang berancang-ancang melubangi pantatku.
“Aku juga sayang Pak Lik Bambang yang kuanggap ayahku sendiri. Sebenarnya aku tahu bahwa yang kita lakukan ini layaknya pelepasan keperawananku yang kau renggut Lik. Dan aku rela jiwa ragaku kuserahkan pada Pak Lik. Kerelaan ini adalah bukti baktiku padamu Lik. Ayo Lik lakukan kita gak boleh berhenti sampai sini. Kita harus menyatu malam ini juga.” Ujarku yang tidak pernah seromantis itu seumur hidup pada Lik. Ia tersenyum bangga padaku lalu melumat bibirku dengan membabi buta.
“Emangnya kamu udah pernah nonton bokep yah kok sudah tahu kalo sekarang Lik sebenarnya ngenthu (ngentot) kamu. Kok tahu melepas keperawanan segala? Jangan-jangan kamu suka ngenthu cewek-cewek SMP ya!” tanyannya sambil mencairkan suasana.
“Hehe enggak kok Lik aku sering nonton bokep di hapenya temen-temen.”
“Terus Kamu pernah ngentot gak sebelumnya?
“Belum Lik.”
“Terus kamu suka sama perempuan atau sama laki-laki?”
“Sama perempuan sih Lik. Tapi semenjak aku dikentu sama Lik ternyata rasanya enak juga. Gak kalah nikmatnya waktu aku ngeloco rame-rame sama temen-temenku sambil nonton bokep.”  Kami berdua tertawa ringan.
“Sekarang ya Han. Tapi pada pelepasan keperawananmu Lik pingin kamu jangan merem. Tetep fokus pada mata Lik ya.”
“Baik Lik. Pelan-pelan ya Lik!”
“Tenang.”
Sesekali Lik menengok kontolnya untuk mengatur posisi yang pas di mulut pantatku. Kemudian di mendempetkat badannya ke badanku hingga kakiku yang kusandarkan di pundaknya terangkat keatas hingga lututku hampir menyentuh telingaku. Kupandangi wajahnya yang terlihat sibuk sekali. Aku hanya pasrah dan mengingat perintah Lik tadi. Bahwa apapun yang terjadi otot lobang pantatku nggak boleh mengejan karena bisa keluar darah. Harus rileks nafas harus tetap di atur. Kepala kontolnya mulai mendorong-dorong pantatku.
“Siap ya…” Kata terakhir Lik Bambang sesaat sebelum kulepas keperawananku padanya.
Blesss  kepala kontol Lik sudah tenggelam sepertinya. “Pelan –pelan Lik pelan-pelan aww.” Kataku mulai panic, sambil mendorong perutnya agar tak tangsung dihujamkan. Perlahan namun pasti kontol segede pergelangan tanganku masuk ke pantatku yang sempit  hingga setengah. Pantatku langsung panas perih tak tertahankan hingga air mataku meleleh. “Stop lik stop!.” Untungnya perintahku dituruti. Dia menghentikan aksinya di tengah jalan. Masih setengah kontolnya yang sudah tenggelam. “Atur nafasmu. Ingat jangan nutup kalau gak mau berdarah.” Kata lik menenangkanku. Dijejalkan lagi kontolnya aku sudah menyerah. “Lik sudah Lik. Johan sudah gak kuat Lik. Ampun Lik!!” ujarku memelas. Namun ia semakin beringas kemudian ia jejalkan sekuat tenaga hingga kontolnya ludes tertelan pantatku yang mungil kini merekah. Jleeeb…. “aaaaawww liiik!!! Ampuunn.!” Sakitnya sudah tak tertahan lagi. Rasanya lebih saki dari hajaran yang pernah Lik lakukan padaku. Aku benar-benar menangis tidak kuat menahan rasa sakit. mungkin tangisanku seperti orang patah tulang. Kontol besar itu masuk ke ususku hingga perutku terasa melilit namun rasa sakit yang tak terbendung pada daerah sekitar mulut anus. Mulutku dibungkam oleh Lik agar tak terdengar tetangga namun dia merasa senang melihat aku kesakitan. “Ampun Lik ampuuunn…”
Badanku ditindihnya sampai aku kesulitan bernafas. Namun ia tetap tersenyum puas melihat aku menderita. Hampir lima menit aku menangis merasakan penderitaan sementara itu Lik Bambang bersenang-senang di atas penderitaanku. “Ayo minum dulu.” Ajaknya, lalu membopong tubuh ringkihku ke dapur dengan masih menancapkan kontolnya di pantatku. Aku minum banyak dengan posisi dibopong dengan kontol mancep di pantat. Dibawa kembali aku ke kamar. Namun penderitaanku tak kunjung mereda. Pak Lik terlihat santai sekali dengan kontol yang mulai bisa kurasakan berkedut kedut di pantat.  Sementara itu ia menyulut rokok tali jagad lalu dihisapnya dalam-dalam kemudian dikeluarkan ke atas dengan mulut menyunyu. Panas di pantatku mulai hilang dan aku mulai bisa mengerut-kerutkan otot mulut dubur. Bokongku juga sudah bisa merasakan jembut Pak Lik.
“Sudah enakan?”
“Entah Lik.”
“Coba kerutkan lagi pantatmu.” Perintahnya kuturuti.
“Nah sekarang kontolmu juga harus ngaceng biar tambah nikmat. Kontolmu lik kocok ya. Wajar tadi tidur lagi soalnya kamu masih syok. Nanti kamu pasti bisa menikmati.” Kemudian kontolku dikocok dan perlahan mulai menegang. Kontolku berkendut-kedut menegang senada dengan kedutan pantatku. Saat kontolku tegang seluruhnya Pak Lik mulai memainkan kontolnya di dalam pantatku. Mundur maju mundur maju mundur maju.
“emmh pelan pelan Lik. Enak Lik!” tubuhku mulai menggelinjang, aku sudah bisa merasakan kenikmatan bersetubuh dengan laki-laki.
“Hehe mana yang enak genjotannya apa kocokan tangannya Pak Lik?” tanyanya menggoda.
“Semuanya Lik.” Aku mulai merem melek.
“Agak kencang ya!” pintanya yang hanya kujawab dengan desahan erotik eeemmhh emmmhh….
Genjotannya dipercepat lagi. Sempat kulihat ekspresi Pak Lik di juga merem melek sambil mendongak ke atas sesekali menyedot rokok dalam-lamam lalu dihembuskan dengan erangan erotik eeemmhhh yeeehh uuweenak tenaann…..
“Ganti posisi nungging Han.” Suruhnya, kemudian melepaskan kontol raksasa yang hampir tiga puluh menit nancap di sarangku. Saat kontol itu dilepaskan pantatku terasa bolong hampa hingga kucoba kukedutkan rasanya seperti sudah berrongga besar. Apakah aku sudah tidak perawan lagi? Tanyaku dalam hati.
Kuambil posisi nungging tak lama kemudian kontol raksasa masuk kembali dengan menggenjot secara dinamis. Tubuh Pak Lik mulai panas dan lengket berkeringat sama dengan tubuhku. Kemudian ia menjatuhkan tubuhnya ke punggungku sambil memelukku dari belakang. diciumi punggung serta leherku. Aku merasa aman menyatukan tubuh dengan Lik Bambang. hingga ingin kubalas dengan ciuman mesra. Ia meresponku. Dibimbingnya aku tengkurap dengan badan Pak Lik menindihi badanku. Aku benar-benar merasa aman dalam pelukannya dari belakang. sementara posisi ku yang seperti ini menambah efek nikmat bagi kami karena selain bisa ciuman mesra, dengan tengkurap pantatku terasa lebih sempit dan kontol raksasa yang gagah perkasa semakin terjepit.
Setelah puas dengan posisi tersebut badanku kembali di angkat kesana kemari seperti guling. Kini aku tidur terlentang dengan posisi kaki mengangkang di atas perut Lik Bambang. dihujamkan kontolnya ke pantatku dengan cepat hingga ranjangku berderet kencang senada. Sedangkan mulut Lik tak henti-hentinya menjilati leher belakangku.
“Lik pejuhku mau keluar.” Ringikku. Kemudian badanku diputar hingga aku duduk di atas kontolnya Lik Bambang berhadapan dengannya. Genjotannya dihentikan namun kontolnya di tanam dalam dalam di pantaktu seperti awal penetreasi tadi. Kemudian aku mengocok sendiri kontolku dengan mengarahkan horizontal ke perut Pak Lik. Pak Lik membantu menambahkan rangsangan dengan menggerayangi tubuhku, puting susuku tak ketinggalan dimainkannya, begitu bula bokongku tak henti-tencinya ditamparinya.
“emmh emmhh uuhh aww aaaahhh aannnjiiiinggg…. Croooot croooot croooot crooot… ah ah aww emmh…” eluhku berkepanjangan. Sementara pejuhku tumpah ruah di perut Lik Bambang yang kotak-kotak saat mengecilkan perutnya ketika bernafas. Kemudian dipeluknya aku yang sudah tak berdaya lalu digenjotnya lagi kontol yang nancep di pantatku sementara perutku dan perut Pak Lik jadi licin karena pejuhku yang menggenangi garis kotak pada perut Pak LIk.
Digenjotnya makin kencang sekencang-kencangnya hingga aku mengeluh lemas seperti orang ngelindur. Suaraku mirip ketika bilang aaaaaa panjang sambil lompat lompat cepat. Aku lemas tak berdaya sedangkan Pak Lik mengaum-ngaum ganas yang sepertinya juga kesulitan mengatur nafasnya. “Nanti kamu harus telen Pejuh Lik. Buktikan kalau kamu berbakti pada Lik.” Ujarnya dengan tersenggal-senggal. Dengan cepat ia mencopot kontolnya lalu mencampakkanku menuju ke kamar mandi. Aku tak peduli aku benar-benar lemas ringkih tak berdaya tenagaku habis hingga mau ngomong aja nggak kuat. Tak lama kemudian ia datang dengan menyodorkan kontolnya padaku yang sudah bersih dari Viva lotions  kini berganti harum sabun nuvo. Kulumat dengan malas sebisaku namun ia sangat beringas. Kepalaku di pengang sembil menyodokkan kontolnya ke mulutku. Saat aku tersedak kukerahkan sekuat tenagaku untuk melepaskan kontolnya di mulutku.
Lalu kontolnya dikocok sendiri namun kepalanya masih nyantol di mulutku. Dibungkam mulutku dengan kontol yang tegang total berada disana agar saat muncrat tak ada yang tumpah keluar. “aaah aah aah aww.. jiiaanccoookkk asssuuuuu aaakkhh celeeeeeng…… crroooot croooot crooot croot…. Ahh aaw hah hah hah…” dua belas kecrotan yang kurasakan menyembur tenggorokanku, dengan kecrotan ke tiga hingga ke enam yang sangat banyak dan klimaks. Rasanya asin di mulut licin dan aromanya menyeruak mengaduk isi perutku namun harus segera kutelan karena tak bisa kumuntahkan karena kepala kontol Pak Lik masih nancep dimulutku.  Sementara mulutku dibungkam kuat oleh tangan kokoh Lik Bambang. kutelan semua pejuh  yang penuh di mulut. Mungkin jika kumuntahkan gelas kecil air zam-zam akan luber.  Hingga aku menelan mutuh tiga kali telanan hingga habis. Kontol Pak Lik tak akan pernah keluar kalau aku belum melimati sisa pejuh di kepala kontolnya sambai habis sampai kesat.  Dia bangga sekali denganku yang berhasil menelan tanpa memuntahkan kembali pejuhnya. Aku dipeluknya sambil tiduran dielus-elus perutku yang cungkring dari belakang. lalu kontolnya yang masih menegang ditancapkan kembali ke pantatku dari belakang yang kebetulan pantatku masih becek berlumuran Viva lotions. Ternyata tadi adalah ronde terakhir permainanku dengan Lik Bambang karena dia hanya ingin tidur dengan menancapkan kontolnya di pantatku. Kubiarkan saja ulah nakalnya karena aku tak kuasa menghalaunya. Aku sudah diantara hilang kesadaran karena sangat ngantuk, yang kuingat hanya dengkuran lirih Lik Bambang di belakang telingaku. Aku tidur dengan aman dalam pelukan Lik Bambang walaupun dengan kontol besar yang nancap di pantatku. Semoga tak terlepas hingga besok bagi.
Itulah pengalaman pertamaku saat digagahi oleh duda usia 38 tahun. kini aku sudah duduk di bangku SMA dan tinggal di salah satu pesantren panti asuhan  di Banyuwangi. Karena sekarang aku sudah tak bisa tinggal bersama Pak Lik yang ku sayangi karena Pak Lik kedapatan memperkosa Ayu anak kandungnya sendiri saat Ayu kembali pulang kepadanya hingga Ayu hamil. Dan sekarang Pak Lik berada di balik jeruji besi. Entahlah apakah Pak Lik akan menyebarkan virus-virus gay di balik jeruji besi?
Jujur aku begitu rindu sama Lik Bambang bahkan sudah kuanggap seperti kekasihku sendiri. Bahkan aku pernah cemburu berat dengan Pak Lik yang sering membawa teman fitness laki-lakinya, janda-janda genit, bahkan bencong ngamen sudah pernah dibawanya pulang untuk digagahi di depan mata kepalaku sendiri. Sedangkan aku hanya bisa ngintip sambil ngocok karena iri. Pernah aku minta jatah padanya tapi Lik menolak karena tak ingin mencelakakanku,  kamu gak boleh seperti lik begitu katanya. Namun aku sudah terlanjur kena virus gay yang Lik tularkan. Malah ini menjadi beban buatku seharusnya aku minta jatah namun Lik menolaknya. Padahal pada awalnya aku suka kepada perempuan, kini orientasi seksku condong ke laki-laki gara-gara Pak Lik. Namun aku tak menuntutnya. Tak apalah aku jadi gay.
Dari awal aku yang badel kayak preman kini aku semakin mengurung diri, menjadi pendiam dan tak mau berteman dengan siapapun. Yang bisa kulakukan hanya curhat dalam blog ini.

hey semuanya, salam kenal, buat kalian-kalian yang suka serial kisah sesama yang masih original seperti Cowok Rasa Apel yang sudah sampai sesi ke 3, silahkan cicipi "Serial Pelepasan" dengan jalinan kisah sesama lelaki dewasa dengan rasa yang berbeda, terimakasih banyak :)
pelepasan remah 1 (episode 1)
Pelepasan Remah ke 2 (episode 2) Klik disini
Pelepasan Remah ke 3 (episode 3) Klik disini
Pelepasan Remah ke 4 (episode 4) Klik disini
Pelepasan remah ke 5 (episode 5) klik disini
Pelepasan Remah ke 6 (episode 6) Klik disini
Pelepasan Remah ke 7 (episode 7) Klik disini
Pelepasan Remah ke 8 (episode 8) klik disini
Pelepasan Remah ke 9 (episode 9) klik disini
Pelepasan Remah ke 10 (episode 10) klik disini