Sunday, June 12, 2016

Kasih Sayang Ayah

“Yah, ini rokoknya”. Aku langsung berlari ke dalam kamar, melemparkan plastik berisi bungkusan barang-barang yang baru aku beli ke atas kasurku dan segera masuk ke dalam toilet yang ada di dalam kamarku. Aku sudah tak tahan menahan kencing sejak di warung tadi. Ya, aku tadi membeli obat nyamuk semprot untuk di rumahku, dan Ayahku pun sekalian minta dibelikan rokok tadi. Sebelum ke warung aku sempat mampir sejenak ke laYah DVD di perempatan jalan tak jauh dari rumah. Beberapa keping DVD straight aku beli untuk aku tonton malam ini.


Ketika aku sedang kencing, aku mendengar pintu kamarku terbuka. Ah, paling Ayah kupikir, ia akan mengambil rokoknya. Tapi… Oh tidak! Di bungkusan itu ada kepingan DVD ! Ahh deg-degan rasanya aku hendak keluar kamar mandi, aku takut Ayah marah. Aku diam sejenak. Aku tidak mendengar suara apa-apa dari dalam kamarku. Mungkinkah Ayah sudah keluar?


Aku, Satria, adalah seorang pria berusia 17 tahun. Aku kini duduk di kelas 3 SMA. Badanku biasa saja, tidak terlalu berotot. Kulitku sawo matang. Aku asli Jawa Tengah, tapi aku sekarang tinggal di Jakarta. Ya, Ayahku yang seorang tentara dipindah tugaskan ke satuan di Jakarta. Ayahku seorang yang tegas. Ia boleh dibilang galak dan sangat keras. Tapi semua berubah sejak ulang tahunku yang ke-17 dua bulan lalu. Ayah bilang, aku sudah dewasa, sudah harus bisa menentukan nasib sendiri. Sudah harus tahu mana yang baik dan mana yang salah. Ayah hanya bisa menasehati saja. Usia Ayah 42 tahun. Secara fisik, Ayahku seperti kebanyakan tentara yang lainnya, tubuhnya gempal, berotot, kulitnya sawo matang, memiliki kumis tebal, dan tatapannya tajam. Teman-temanku bilang tampang Ayah menyeramkan. Tapi beberapa teman perempuanku malah menyukainya. Mereka bilang sangat macho! Hahahaha…


Sejak dua hari lalu, Ibuku pulang kampung ke Solo bersama adikku satu-satunya yang masih duduk di bangku SMP, Intan. Bulik-ku akan menikah empat hari lagi dan sebagai kakak, Ibu merasa wajib untuk membantu persiapannya. Saat ini bertepatan dengan liburan semester, sehingga adikku pun bisa ikut. Tinggallah aku dan Ayah di rumah berdua. Untuk bersih-bersih rumah aku kerjakan bersama Ayah. Sedangkan untuk urusan perut, Ayah sangat jago masak. Cukup banyak ilmu yang ia dapatkan selama pendidikan militernya dulu, termasuk masak-memasak. Aku sendiri tidak ikut ke Solo karena sedang sibuk mempersiapkan ujian akhir nasional. Jadi nanti saja lah, aku dan Ayah datang pada H-1.


Oke, kembali ke cerita awal. Oya, sebelumnya aku beritahukan bahwa aku bukanlah gay, aku mempunyai pacar wanita yang sangat kusayang. Ayah Ibuku pun tahu dan mengenal baik pacarku itu. Dan selama berpacaran aku tidak pernah melakukan hal-hal yang lebih dari sekedar berpegangan tangan.


Ah, sepertinya Ayah sudah keluar dan mengambil rokoknya. Aku beranikan diri keluar kamar mandi. Oh tidak, aku pun tersentak. Ayah rupanya sedang memutar DVD yang baru kubeli di TV di kamarku. TamYah Ayah masih mengenakan seragam tentaranya. Namun kancing bajunya sudah terbuka, gerah mungkin.


“Yah…” aku tidak bisa melanjutkan kata-kata.


“Mas, kamu untuk apa toh beli DVD kayak gini?” tanya Ayah pelan.


“Mmmm… Nggak,yah, aku cuma… Cuma penasaran aja.” Jawabku bingung.


“Ya, wajar sih, anak seusiamu tertarik pada hal-hal seperti ini. Tapi ingat, sebagai orangtua, Ayah hanya titip pesan saja, kamu jangan berbuat hal yang tidak-tidak ya. Misalkan kamu melakukan adegan-adegan seperti di film ini dengan pacar kamu. Nanti saja kalau sudah menikah. Kalau sampai hamil, bahaya!” nasehat Ayah.


“Nah, kamu selama ini kalau lagi pengen ngapain toh?” lanjut Ayah.


“Aku… aku…” aku tak bisa berkata apa-apa.


“Sudahlah Mas, Ayah ini kan Ayahmu. Dari dulu kan kita sudah saling terbuka. Lagipula kan kita sama-sama lelaki toh? Gak usah sungkan. Kamu bisa bebas cerita apa saja. Ayo cerita”, Ayah melanjutkan.


“Gak ngapa-ngapain sihyah. Paling aku Cuma ngocok aja”, jawabku malu.


“Hahahaha, kamu kok malu? Itu wajar, Ayah juga dulu waktu masih muda sering kok ngocok gitu. Tapi ingat, jangan keseringan ya! Nggak bagus, hehe… Eh ngomong-ngomong filmnya bagus ini. Ayah ikut nonton ya, sudah kadung diputer, jadi Ayah nonton disini saja lah” tegas Ayah.


“Iyayah, aku keluar dulu ya” jawabku.


“Lho, kamu mau kemana? Nonton sini saja, gabung” minta Ayah.


Aku pun duduk di ujung kasur, sementara Ayah tiduran di kasurku. TamYah adegan di TV, dua orang pria sedang mengerjai seorang wanita. Satu pria itu terlihat sudah tua, dan satu pria lainnya terlihat masih muda. Film yang diputar ini adalah film Asia. Pria yang lebih tua sedang duduk terlentang sambil penisnya dikulum oleh si wanita itu. Sementara pria yang lebih muda sedang memasukkan penisnya ke dalam vagina si wanita dengan gaya doggy style.


“Ini sepertinya Ayah dan anaknya, ya mas. Mukanya mirip, hahahaha….” Kata Ayah.


Aku sudah tidak setakut di awal tadi, aku sudah mulai relax dan ikut tidur di samping Ayah dengan bantal yang cukup tinggi. Tak lama kemudian aku kaget sekali. Ayah membuka ritsleting celananya, dan ia sedikit menurunkan celananya.


“Ayah mau ngocok mas, sudah dua hari ibu pergi nih”


Ayah cuek saja langsung mengocok penisnya. Aku ternganga, penis Ayah begitu besar, keras, panjang, dan urat-uratnya membuat terlihat lebih macho. Bulu-bulunya keriting namun tidak begitu panjang, sangat rapi. Baru kali ini aku melihat penis orang dewasa, dan itu adalah penis Ayahku sendiri. Perasaanku tak karuan. Deg-degan tidak jelas. Aku bingung dan sangat bingung. Entah kenapa aku justru penasaran ingin melihat penis Ayah lebih dekat namun aku tidak berani.


“Mas, kok bengong? Kamu kalau mau ngocok juga, cuek aja. Kita lelaki. Wajar kok kalau terangsang lihat film beginian, hehehe” lanjut Ayah.


Dan entah keberanian dari mana, aku pun membuka celanaku hingga terlepas semuanya. Ahhh, sensasinya begitu nikmat sekali. Jantungku berdebar keras. Aku memperlihatkan penisku di depan Ayah, dan akupun melihat penis Ayah! Kulihat muka Ayah serius sekali melihat adegan-adegan panas di TV. Mukanya terlihat sangat menikmati. Tak lama ia melepaskan baju seragam tentaranya, ia hanya mengenakan kaos dalam saja. Bulu-bulu di dadanya mencuat keluar. Aku tak tahu mengapa, aku tiba-tiba jadi suka dengan wangi badan Ayah. Ayah pun menurunkan celananya hingga terlepas semua. “Biar adil” Ayah bilang.


Aku pun mulai mengocok penisku. Dan entah keberanian dari mana lagi, aku pun membuka bajuku. Ahhh, sensasinya benar-benar tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ayah yang kukenal galak ini, ada di sampingku, sedangkan aku bugil tanpa sehelai benang pun. Aku mulai mengocok penisku. Tak lama Ayah pun membuka kaos singletnya. Astaga, kenapa dengan pikiranku? Ayah terlihat sangat sexy sekali ketika telanjang bulat. Pentil susunya mengeras. Dadanya berbulu rapih, dan sangat wangi sekali. Wangi maskulin, aku tiba-tiba suka!


“Ayo mas, kocok mas, kita keluarin mas” tak kusangka Ayah berkata seperti itu.


“Di akmil dulu Ayah dan rekan-rekan Ayah biasa ngocok bersama, mas. Jadi cuek saja” lanjut Ayah.


Aku makin terangsang melihat gaya Ayah mengocok penisnya. Tangan kirinya sibuk mengusap-usap dadanya.


“Mas, pentil susu kita ini juga sumber kenikmatan. Coba deh kamu raba-raba” jelas Ayah.


“Iyayah, geli” tukasku


Tanpa berkata apa-apa, tangan Ayah menggerayangi dadaku, mencubit-cubit putingku.


“Ahhhh,yah, geliii…” lirihku


“Enak kan mas? Nanti gantian kamu mainin putting Ayah juga ya” tegas Ayah.


Aku tak menjawabnya, langsung saja aku meraba-raba dada Ayah. Ohh, dadanya yang berbulu dan berotot membuatku tertarik untuk merabanya lebih jauh lagi. Aku ingin memiliki dada sepertinya.


“Ahhh mas, ini enak mas. Ayo mas, maenin putting Ayah.” Entah kenapa aku terangsang mendengar kata-kata Ayah.


Ayah menurunkan lengannya dari dadaku ke penisku. Aku kaget, tapi ini enak sekali! Baru kali ini penisku dipegang orang lain. Penisku dikocok-kocoknya. Aku dan Ayah sudah tidak memperhatikan DVD lagi.


“Kontol kamu gede banget mas. Sama kayak Ayah”


Tanpa dikomandoi aku pun memegang penis Ayah, dan baru kali ini pula aku memegang penis orang lain. Ya, penis Ayah begitu hangat dan menggemaskan.


“Dari kontol Ayah ini lah asal kamu, mas.” Kata Ayah.


“Mas, duduk yuk” ajak Ayah.


Ayah lalu duduk di sandaran kasurku. Ia lalu asyik mengocok penisnya sendiri. Aku agak kesal juga karena aku masih ingin penisku dikocok oleh Ayah. Ya sudah lah, aku kocok sendiri saja. Ketika aku hendak mengocok penisku, Ayah tiba-tiba menepis tanganku.


“Enak gak mas kalau Ayah kulum gini” Ayah langsung melahap penisku. Ahhhhhh ini sungguh nikmat sekali. Aku tak percaya ini! Sedotannya kuat dan kumis Ayah membuatku makin geli. Ayah menjilati kelaminku mulai dari pangkal hingga ke ujungnya. Ahhh, precumku keluar semakin banyak.


“Yah, enak” singkatku.


“Iya mas, asal kamu tahu ini bentuk hukuman dari senior ketika Ayah masih duduk di akmil dulu. Ayah diminta menjilati kontol-kontol senior Ayah sampai keluar” jawab Ayah.


Aku kaget sekali mendengarkan cerita Ayah. Ah, sudahlah, aku sedang menikmati ini.


Aku pun penasaran dengan penis Ayah.


“Yah, udah, nanti keluar. Aku boleh gantian ya?” pintaku.


“Iya mas, nih kontol Ayah, kamu isep ya, kamu sedot-sedot, kamu jilat, nikmati kontol Ayah, Mas. Dari sini kamu berasal” jawab Ayah.


Aku pun mencoba memasukkan mulutku ke penis Ayah. Baunya aku tak suka. Tapi aku penasaran. Bentuknya yang seksi, dan aku sadar dari penis Ayah inilah aku berasal. Aku tak ragu lagi, segera ku masukkan mulutku ke penis Ayah. Mmmmh, ternyata rasanya nikmat. Aku jilat-jilat penis Ayah. Aku jilati juga dua buah bola dibawahnya.


“Mmmphh… mas, enak mas, ayo mas, sedot lagi mas” Ayahku meracau.


Entah kenapa aku ingin merasakan tubuh Ayah seutuhnya. Aku merasa aman dan nyaman berada di samping Ayah. Ayah masih duduk bersandar. Akupun tiduran di paha Ayah sambil menghisap-hisap kontol Ayah. Aku melihat muka Ayah kenikmatan. Ayah mengusap-usap kepalaku dengan penuh kasih sayang.


“Enak mas? Kamu keasyikan kayaknya, hehe”


“Iyayah, kontol Ayah enak”


Ayah lalu memukul-mukulkan penisnya ke mukaku. Ahh, ini seksi sekali! Aku pun menghisap penis Ayah lagi. Ayah lalu mengusap-ngusap dadaku, dan mencubit-cubit putingku.


“Mas, Ayah mau tiduran, coba bangun dulu” pinta Ayah.


Aku pun membiarkan Ayah tidur terlentang, dan tanpa diminta Ayah, aku masuk ke dalam pelukannya. Ayah mengusap-usap kepalaku.


“Mas, ingat, ini cuma iseng saja ya. Kamu jangan sampai di luar sana jadi kepingin melakukan hal ini dengan orang lain. Kalau kamu lagi mau, bilang Ayah saja, nanti kita ngocok bareng lagi ya”


“Iyayah” aku pun semakin erat memeluk Ayah. Ketiaknya yang dipenuhi bulu lebat kucium-cium, lalu aku berlanjut ke dadanya, putingnya kuhisap-hisap. Ah enak sekali.


“Mmmph, mas, aahhh, mas, owh…” Ayah meracau kembali.


Ayah lalu mengangkat kepalaku ke hadapan mukanya.


“Mas, Ayah sayang kamu” lalu Ayah mencium bibirku dengan halus. Sungguh aku merasakan kasih sayang Ayah.


“Ayo mas, kita keluarin” kata Ayah.


Ayah lalu telungkup di atas badanku. Penisku dan penisnya disandingkan dan ia pun mulai menggesek-gesekkan tubuh kami berdua.


Aku melihat Ayah di atasku begitu perkasa. Aku pun mengusap-usap dadanya sementara Ayah menggesek-gesekkan badannya di atas badanku. Penis kami saling beradu, dan semakin mengeras.


“owhyah, owwh, mmmphh.. yaah” kini giliran aku yang meracau. Ini sungguh nikmat!


“Mas, Ayah mau keluar, kamu udah mau keluar blm? Kita keluarin bareng yah”


“Iyayah, aku juga mau muncrat ini”


“owhhh mmmhh… mas, Ayah ke… ke… luar… ahhhhhh”


Sperma kami bermuncratan di dadaku, bahkan hingga ke mukaku. Ayah mengelap sperma di mukaku dengan kaos singletnya. Ayah lalu iseng mengambil sedikit sperma kami dengan telunjuknya, dan memasukkannya ke dalam mulutku. Rasanya aneh, tapi ini enak, lalu Ayah mencium bibirku dengan manis.


“Ayah sayang mas, dan Ayah ingin mas jadi lebih dewasa yah!”


Ayah lalu membersihkan dadaku dari tumpahan sperma kami. Setelah itu kami tidur berpelukan tanpa benang sehelai pun hingga pagi.


Sejak itu, aku sering mengocok bersama dengan Ayah. Kami mempunyai kode. Kalau aku ingin, aku bilang “PCB” ke Ayah, artinya “Pengen Coli Bareng”. Sejak saat itu aku makin sayang kepada Ayah, dan tak ingin sedikitpun mengecewakannya. Ayah bilang, daripada aku bermain dengan wanita dan bisa bikin hamil, atau dengan orang lain bisa bikin tertular penyakit, lebih baik dengan Ayah saja. Aku sendiri bingung, aku masih menyukai wanita, tapi aku menikmati hubunganku dengan Ayah. AYahah aku gay atau bukan? Ah, aku tak peduli. Yang jelas, aku tidak tertarik dengan pria lain selain Ayah.


hey semuanya, salam kenal, buat kalian-kalian yang suka serial kisah sesama yang masih original seperti Cowok Rasa Apel yang sudah sampai sesi ke 3, silahkan cicipi "Serial Pelepasan" dengan jalinan kisah sesama lelaki dewasa dengan rasa yang berbeda, terimakasih banyak :)
pelepasan remah 1 (episode 1)
Pelepasan Remah ke 2 (episode 2) Klik disini
Pelepasan Remah ke 3 (episode 3) Klik disini
Pelepasan Remah ke 4 (episode 4) Klik disini
Pelepasan remah ke 5 (episode 5) klik disini
Pelepasan Remah ke 6 (episode 6) Klik disini
Pelepasan Remah ke 7 (episode 7) Klik disini
Pelepasan Remah ke 8 (episode 8) klik disini
Pelepasan Remah ke 9 (episode 9) klik disini
Pelepasan Remah ke 10 (episode 10) klik disini

Saturday, June 11, 2016

Hadiah Ulang Tahun Ayahku,,,

Saya adalah anak tunggal Ayahku. Sejak dulu, kami hanya hidup berdua saja. Mamaku telah lama bercerai dari Ayahku sejak saya masih SD kelas 1. Saya tak pernah mau tahu kenapa mereka bercerai. Sejak saat itu, saya tinggal dengan Ayahku. Ayahku itu ganteng sekali. Meskipun usianya sekarang hampir mencapai 50, dia masih nampak awet muda. Rambutnya memang agak beruban, tapi tak terlalu menonjol. Kerutan memang mulai nampak di wajah tampannya itu namun tak sebanyak kerutan di wajah kebanyakkan pria berusia 50an. Tubuhnya memang tidak atletis, dengan sedikit lemak di bagian perut. Namun, secara keseluruhan, dia tak nampak gemuk sama sekali.

Kami dekat sekali, selalu berbagi kegembiraan dan kesedihan. Singkat kata, Ayahku itu Ayah yang terbaik sedunia. Saya amat menyayanginya, sampai-sampai terkadang saya mengira saya telah jatuh cintaYahdanya. Saya sendiri tak tahu bagaimana perasaan Ayahku terhadapku. Yang kutahu adalah bahwa dia amat sangat menyayangiku seperti seorang ayah menyayangi anaknya. Walaupun kami dekat sekali, norma-norma kesopanan tetap kami jaga. Saya tak pernah sekalipun melihat kontolnya, hanya sering melihat dadanya saja sebab dia suka berjalan telanjang memakai celana dalam saja. Saya sendiri sangat pemalu, saya tak mau Ayahku melihat tubuhku. Mungkin karena saya tak percaya diri dengan bentuk tubuhku yang agak terlalu langsing. Tapi semuanya akan segera berubah, tepat di malam ulang tahunku yang ke-18.

Malam itu, saya memutuskan untuk tidur lebih awal. Sekujur tubuhku letih sekali setelah latihan fisik di sekolahYahgi tadi. Saya selalu benci pelajaran olahraga, karena saya tak terlalu suka capek. Tapi sisi baiknya, saya menjadi cepat mengantuk dan ingin tidur lebihYahgi. Seperti biasa, saya telah melolosi semuaYahkaianku, dan berbaring telanjang bulat dengan nyaman. Bahkan saya tak ingin sehelai selimut pun menutupi tubuhku. Rasanya nyaman sekali dapat bebas dari belengguYahkaian yang harus kukenakan dariYahgi sampai malam.

Dengan cepat, saya terlelap, tak menyadari bahwa sesosok bayangan pelan-pelan memasuki kamarku dan berdiri di sisi ranjangku. Tubuh telanjangku menjadi menu utama matanya. Saya baru tersadar ketika dia menepuk-nepuk pipiku dan membangunkanku. Begitu kedua matau terbuka, kulihat Ayahku berdiri menatap ketelanjanganku. Meskipun keadaan di kamarku remang-remang, namun cukup jelas untuk melihat segala sesuatu. Malu sekali, cepat-cepat kututupi kontolku yang setengah ngaceng dengan tanganku. 'Astaga, sudah berapa lama dia melihat tubuh telanjangku?' pikirku, wajahku memerah seperti kepiting rebus.

"Tak perlu malu, anakku," katanya, duduk di sisi ranjang.

Satu-satunyaYahkaian yang melekat di tubuhnya hanya celana dalamnya yang agak terlihat usang. Bercak kekuningan nampak di bagian depan celana dalamnya di mana kontolnya mulai mendesak ingin keluar. Astaga, Ayahku ereksi melihat tubuhku!

"Kamu cakep sekali, anakku," katanya lagi, tangannya mulai membelai-belai bahuku.
"Ayolah, jangan kau tutupi kemaluanmu. Biarkan Ayah melihatnya. Ayo."

Dengan lembut, dia berusaha menyingkirkan tanganku agar kontolku terekspos. Saya tak tahu harus berbuat apa selain membiarkannya.

"Anak Ayah sudah besar, yah," komentarnya saat melihat kontolku mulai ngaceng.
"Bulu-bulunya lebat sekali," tambahnya lagi saat melihat bahwa dasar kontolku ditutupi bulu jembut yang rindang seperti hutan Amazon.

Saya tahu apa yang sedang Ayahku lakukan. Dia ingin merayuku. Dia ingin mengajakku untuk tidur dengnnya. Dia ingin bersetubuh denganku!! Agak ragu, saya berkata,

"Pa, jangan,Yah." Kurasakan tangannya yang kasar membelai-belai kontolku.
"Kumohon,Yah. Jangan," mohonku lagi.

Sebagian diriku memang ingin sekali bercinta dengannya, tapi sebagian lagi melarang. Incest itu salah dan dosa, apalagi incest yang satu ini melibatkan hubungan sesama jenis. Insting moralku memaksaku untuk menolak rayuan Ayahku.

"Jangan takut, anakku. Ayah takkan menyakitimu. Ayah hanya ingin bersamamu. Andai saja kau tahu betapa sendirinya Ayah selama bertahun-tahun." Sahutnya dengan nada sedih yang mendalam.
"Alasan Ayah tak menikahi wanita lain karena Ayah sayangYahdamu. Ayah sengaja menunggu, sampai kamu cukup umur. Sekarang kamu sudah berumur 18 tahun, anakku."

Kulihat jam weker di meja kecil yang terletak tepat di samping ranjangku. Jam itu menunjukkan pukul 12 lewat 45. Itu berarti, sudah 45 menit lamanya saya berumur 18tahun. Saya sudah dewasa!

"Ayah punya sebuah hadiah ulang tahun untukmu, anakku."

Dengan itu, dia berdiri. Kemudian, tanpa malu, Ayahku mulai melepaskan celana dalamnya. Saya hanya dapat menatap kontolnya denganYahndangan tak berkedip, takjub sekali. Kontol Ayahku indah sekali.Yahnjangnya nyaris 20 cm, keras seperti baja, dan ukuran kepala kontolnya besar sekali. Bulu jembutnya tak selebat punyaku, mungkin kebanyakkan rontok.

"Pa, kenapa Ayah menunjukkan batang AyahYahdaku?" tanyaku keheranan.

Seharusnya saya memalingkan mukaku, namun tak kulakukan. Mataku terpakuYahda kontolnya yang menjulang tingi di depanku. Saya ingin melihat kontol Ayahku! Entah kenapa, kurasakan gairah yang bergelora di dalam diriku. Tanpa sadar, tanganku meraih ke depan dan menggenggam kontolnya. Aaahh.. Rasanya hangat dan keras. Kontol itu terasa amat hidup, berdenyut-denyut dengan nafsu birahi.

"Ayo, pegang saja, anakku. Ini hadiah Ayah untukmu. Kamu sekarang sudah dewasa. Ayah tak ingin kamu terjerumus dalam seks bebas. Ayah tahu kamu mungkin ingin tahu banyak tentang seks. Ayah akan ajarkan semua yang Ayah tahu. Oh anakku, Ayah sayang sekaliYahdamu."

Kedua tangannya yang besar dan kasar meraba-raba punggungku. Kemudian, mereka beralihYahda dadaku. Mulanya, Ayahku meremas-remasnya secara perlahan, namun makin lama, remasannya menjadi makin kuat. Tanganku ynag tadinya sibuk mengusap-ngusap kontol Ayahku, kini mulai mengocok-ngocoknya, berharap Ayahku akan 'keluar' sesegera mungkin. Nafsu mulai menguasai kami berdua. Desahan napas yang memburu-buru memenuhi kamarku. Kami saling bertatapan, saling mengetahui pikiran kami masing-masing.

Tiba-tiba, Ayahku memelukku. Tubuhnya sangat besar dibandingkan tubuhku. Sebenarnya jika dia ingin fitness, tubuhnya takkan kalah dengan tubuh Owen McKibbin, salah satu cover Men's Health yang hampir seumur dengan Ayahku. Dengan tubuhnya, Ayahku menindihku dan kami terjatuh ke atas ranjangku yang empuk. Kami saling bertatapan, mencari persetujuan dari masing-masing pihak.

"Anakku, apakah kamu menginginka Ayah mengajarkanmu seks?" tanyanya, matanya menatapku penuh harapan, berharap saya mengatakan 'ya'.
"Ya, Ayah. Ajari saya. Saya ingin tahu bagaimana caranya untuk memuaskanmu,Yah. Ajari saya. Saya siap,Yah," jawabku.

Benteng pertahananku runtuh. Sungguh tak mudah menolak rayuan ayah sendiri! Ditindih seperti itu, saya dapat merasakan degup jantung Ayahku. Rasanya kencang sekali. Kontolnya sendiri menempelYahda anusku, berhubung Ayahku sedikit lebih tinggi dariku.

Ayahku bangkit dan melepaskan tindihannya. Kemudian dia berdiri di sisi ranjangku sambil menyodorkan kontolnya yang kini mulai basah dengan cairan precum. Dalam jarak sedekat itu, akhirnya saya dapat melihat kontol Ayahku dengan jelas. Kontolnya sama seperti kontolku, belum disunat. Tapi karena tegang luar biasa, kepala kontolnya sudah keburu menyembul keluar dari kungkungan kulit khitannya. Dengan bangga, kepala kontol itu berdenyut-denyut di depanku, berkilauan dengan precum.

"Pelajaran pertama," kata Ayahku, "Oral seks. Sekarang coba kamu kulum kontol Ayahmu ini. Pelan-pelan saja. Angap kontol ini seperti permen. Kulum dalam mulutmu dan jauhi gigimu. Kemudian hisap terus sambil menjilat-jilat. Terus lakukan itu sampai Ayah ngecret."
"Baik,Yah."

DenganYahtuh, saya duduk, memegang kontolnya dan kemudian memasukkannya ke dalam mulutku. Sayup-sayup terdengar desahan nikmatnya saat mulutku yang hangat menyelimuti kepala kontolnya. Meskipun baru pertama kali sebatang kontol bersarang di dalam mulutku, namun instingku mengajariku bagaimana cara memuaskan kontol. Kuikuti saran Ayahku; kuhisap-hisap kepala kontolnya dan kujilati kepala itu. Ayahku mengerang-ngerang seperti orang kesakitan. Saya malah semakin bersemangat. Pertama kali, sejujurnya, rasa kontol itu agak aneh, sulit untuk melukiskannya. Rasanya agak asin bercampur manis. Baunya pun sedikit pesing dan tajam. Saya jadi teringat bau celana dalamku sendiri. Tapi lama-kelaman, semuanya terasa enak.

Tanpa ampun, kusedot kontol Ayahku sekuat-kuatnya. Mulutku telah berubah fungsi menjadi vacum cleaner. Kubayangkan saya sedang menyedot sari buah kelapa dengan menggunakan sedotan ajaib. Tiba-tiba rasa asin menyerang lidahku. Cairan licin mulai membanjiri lidahku, mengalir keluar dari dalam lubang kontolnya. Saya tahu cairan apa itu. Itu adalah precum. Saya sering melihatnya ketika saya asyik mencoli kontolku sendiri. Ayahku semakin bergairah, tubuhnya sedikit terguncang karena nikmatnya hisapanku. Tangannya kembali meraba-raba punggung dan dadaku. Ayahku memang tahu benar cara merangsang sesama pria.

".. Hhhoohh.. Hisap terus, nak.. Ooohh.. Yyyeess.. Hisap kontol Ayah.. Aaahh.. Kontol yang dulu membuatmu.. Uuugghh.. Ayah sayang kamu.. Hhoohh.."

Erangan-erangannya semakin lama semakin tak jelas terdengar. Yang lebih terdengar adalah suara deruan napasnya yang berat.

".. Hhoohh.. Uuugghh.. Hhhoosshh.. Aaahh.."

Terlalu asyik dihisap oleh muluku, Ayah rupanya ingin mengambil kendali. Bagikan sedang mengentot, kontolnya didorong-dorong masuk ke dalam mulutku. Terkadang kontol Ayahku masuk terlalu dalam sampai hampir menutup kerongkonganku. Berkali-kali saya hampir tersedak namun selalu dapat kutahan. Seiring dnegan waktu, nafsu menjadi smeakin besar, mendorong spermanya keluar. Dengan lolongan keras, Ayahku menekankan kontolnya dalam-dalam, tangannya mengcengkeram kepalaku kuat-kuat. Berikutnya, kontolnya jebol. CCROOTT!! CCROOTT!! CCRROTT!!

".. AaaAARRGGHH..!!"

Bagaikan air bah, pejuhnya menerjang masuk dan turun ke kerongkonganku. Tak ada waktu untuk menghindar, apalgi Ayahku memegang kepalaku. Tak ada pilihan lain. Terpaksa kutelan semua air maninya. Rasanya asin dan aneh. Saya tak pernah mencicipi apapun dengan rasa aneh seperti itu. Tapi bairpun aneh, menurutku rasanya lumayan enak. Jadi, tanpa protes, saya menelan semua, habis tak bersisa. Sementara itu tubuh Ayahku masih mengejang-ngejang, menuntaskan orgasmenya.

"AARRGHH!! UUGGHH!! OOHH!! AAHH.. UUHH.." begitu semuanya usai, Ayahku menarik kontolnya keluar.

Saya agak kecewa sebab saya masih ingin lagi. Ayahku nampak letih sekali, keringat bermunculan dari pori-porinya.

"Pa, saya suka nyedot kontol Ayah. Enak, sih," sahutku, tersenyum mesum. Setetes pejuh nampak mengalir keluar dari sudut bibirku.
"Baguslah. Ayah harap kamu suka dengan hadiah Ayah," jawab Ayahku, memelukku.

Ah, pelukannya hangat sekali dan penuh cinta. Saya merasa aman sekali dalam pelukannya. Ingin rasanya waktu berhenti selamanya agar Ayahku dan saya dapat tetap berpelukkan seperti itu.

"Ayah masih punya hadiah lain untukmu, anakku," katanya sambil melepaskan pelukannya.

Dengan penuh cinta, Ayahku membaringkanku di atas ranjangku. Bantalku diletakkan tepat di bawah pinggulku. Dengan demikian,Yahntatku terekspos, sangat rawan untuk dikerjain. Ayahku yang perkasa itu lalu naik ke atas ranjang dan berlutut di depan kakiku.

"Ayah mau memberimu hadiah yang terbaik, nak.Yahntatmu akan Ayah isi dengan cairan kelaki-lakian Ayah. Kamu mau, 'kan?" Saya menganguk-ngangguk, tanda setuju.

"Mulanya akan sakit, tapi kamu tahan, yah. Kamu 'kan sudah berusia 18 tahun sekarang. Sebentar lagi kamu akan kuliah. Kamu harus belajar untuk menerima penderitaan dalam hidupmu agar kamu kuat menjalani hidup ini. Jadi, kamu harus sanggup menahan rasa sakit ini, oke?"

Saya kembali mengangguk, mempersiapkan diriku untuk menerima kontolnya. Ayahku merentangkan kedua kakiku dan membukanya lebar-lebar.

"Aaahh.. LubangYahntatmu seksi sekali, nak. Ayah tusuk, ya?" Kembali saya mengangguk.

Setelah mendapat izinku, Ayahku langsung menancapkan kepala kontolnyaYahda anusku. Mulanya agak susah, yapi dia tetap memaksa dan mendorong.

"Ooohh..Yah, tusukYahntatku,Yah.. Ooohh.. Ayo,Yah.. Saya sudah tak tahan lagi.. Ooohh.."

Saya kemudian diperintahkan untuk 'ngeden' agar anusku terbuka. Meski bingung, saya menurut saja. Begitu saya 'ngeden', tiba-tiba kontol Ayah yang besar langsung menancap masuk.

"AARRGGHH..!!" teriakku, sakitnya sungguh tak terkira.

Anusku serasa terbuka lebar-lebar, terasa jelas gesekan antara kontolnya dengan dinding dalamYahntatku. Begitu kepala kontol Ayah masuk dengan suara PLUP! lubangku menutup dan mencekik batang kontol Ayah. Saya langsung merasa penuh sekali; kontol Ayah terasa besar sekali di dalam perutku. Anusku masih berkedut-kedut dengan rasa sakit seperti luka bakar, tapi sampai sejauh itu saya masih sanggup bertahan.

"Ini baru anak Ayah. Ayah banggaYahdamu, nak. Kamu sanggup menerima kontol Ayah yang besar ini. Sekarang Ayah genjot, ya. Kamu harus bertahan, ok?"

Ayah menciumiku lalu kembali berkonsentrasiYahda kontolnya. Begitu Ayah mulai menggerak-gerakkan pinggulnya, saya mulai mengerang kesakitan. Rasanya anusku akan robek, tak sanggup menampung kontol Ayah.

".. Ooohh..Yah, sakit sekali rasanya.. Aaahh.. Saya tak kuat.."

Mataku berlinang air mata, saya menangis terisak-isak sambil menahan perih. Tapi Ayahku tak mengindahkanku. Dia tetap menggenjotYahntatku. Kasihan sekali anusku. Sementara itu, erangan kesakitanku semakin menjadi-jadi. Saya mencoba untuk meronta-ronta, namun tak berhasil. Saya juga mencoba untuk menjauhi kontol Ayahku, namun kedua tangannya memegang kakiku erat-erat. Sementara itu, melihat perlawananku, Ayahku malah menjadi makin bernafsu.

Kontolnya didorong masuk sekeras mungkin sampai-sampai saya mengira dia akan melubangi perutku. Terasa sekali kontolnya meraba-raba ususku. Lalu tiba-tiba semua mulai berubah nikmat. Saya tak tahu kenapa, tapi ada sebuah gelombang nikmat yang menguras tenagaku. Tubuhku menggelinjang keenakkan seolah-olah saya sedang orgasme. Rasa sakit masih tetap ada, namun tertutupi oleh rasa nikmat yang berlipat ganda itu.

Napas Ayahku semakin memburu-buru. Keringat mulai berjatuhan dari wajahnya dan membasahi perutku.Yahndangannya serius sekali, terkesan sedikit garang.

".. Hhhooh.. Hhoohh..Yahntatmu sempit sekali.. Aaahh.. Enak.. Aaarrgghh.. Ayah genjot lebih kuat lagi ya? Uuugghh.. Hhoosshh.." Tubuh kami terguncang-guncang sampai-sampai ranjangku berderak-derak. Saya khawatir ranjangku akan rubuh, berhubung tenaga Ayahku besar sekali.
".. Ooohh.. Nak, Ayah hampir sampai.. Hhhoohh.. Aaahh.."

SayaYahham benar apa yang akan terjadi selanjutnya. Ayahku akan ngecret! Untuk merangsangnya, saya mulai berkata-kata kotor.

".. Uugghh.. Ayo,Yah.. NgentotinYahntat anakmu ini.. Hhhohh.. Kontol Ayah gede banget.. Ooohh.. Ngentotin saya,Yah.. Uuuhh.."

Usahaku berhasil sebab Ayah semakin bersemangat. Ritme ngentotnya begitu cepat dan bertenaga. Anusku dihajar habis-habisan, tanpa ampun sedikit pun. Saya tak menyangka bahwa Ayahku jantan sekali. Saya membayangkan betapa repotnya Mamaku dulu karena harus melayani nafsu kuda pejantan ini. Siapa yang mengira bahwa Ayahku akan mengentotinku seperti saat ini.

".. AARRGGHH..!! Ayah is.. CccCCUUMMINNGG!!" teriaknya, sok memakai bahasa Inggris.

CCRROTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!!

Pejuhnya yang sepanas lava menerjang masuk, 'menghanguskan' isiYahntatku. Setiap kali kontolnya menembakkan sperma, Ayahku melenguh seperti kerbau.

"UUGGHH..!! UUGGHH!! UUGGHH!! HHOOHH.."

Tubuhnya kelojotan, tetap berpegangan eratYahda kedua kakiku yang terentang lebar-lebar.

"Uugghh.." desahnya saat tetes pejuh terakhir menetes keluar dari lubang kontolnya.

Ayahku terbaring lemas, menimpa tubuhku. Napasnya yangYahnas mendera wajahku. Sebelum saya sempat ebrkata apa-apa, Ayah tiba-tiba membalikkan badannya sambil memelukku. Jadi kini Ayah berbaring di bawah sementara saya berada di atas tubuhnya yang bersimbah keringat.

"Giliranmu, anakku. Duduk di atas perut Ayah dan kocok kontolmu. Ayah ingin melihat pejuhmu tersembur keluar. Ayo, nak. Demi Ayah. Mau 'kan?" bujuknya, membelai-belai rambutku.
"Tentu saja,Yah."

Saya duduk sementara kontol Ayah masih bersarang di dalamYahntatku. Ayah memang hebat. Meskipun sudah ngecret dua kali, kontolnya masih saja tegang. Saya menunduk dan menyaksikan betapa ngacengnya kontolku itu. Kepala kontolku yang berwarna agak keungu-unguan itu berdenyut-denyut, dilumuri precum. Tanpa malu-malu, saya menggenggam kontolku dan mulai mengocoknya. Kontolku terus kukocok, naik-turun, naik-turun, naik-turun..

"Ooohh.. Hhhoohh.. Hhhoosshh.. Aaahh.. Uuuhh.."

Detak jantungku semakin cepat dan napasku semakin memburu. Sebentar saja, kontolku pun memuntahkan pejuhnya.

"Hhoohh..Yah, saya ngecret.. Ooohh.."

CCRROOTT!! CCRROTT!! CCRROOTT!!

"AARRGGH..!! PPAAPPAA..!!" erangku, tubuhku mengejang-ngejang.

Untung saja kedua tangan Ayahku yang kuat memegangku sehingga saya tak terjatuh. Orgasme menguasaiku dan membutakan semuanya. Yang saya pikirkan hanyalah orgasme dan ejakulasi. Pejuhku terpancar jauh mengenai wajah Ayahku. Semakin ditembakkan, jaraknya semakin berkurang. Sekujur tubuh Ayahku penuh dengan noda-noda spermaku.

".. Aaarrgghh.." desahku ketika semuanya berakhir.
"Oh, anakku yang manis," Ayahku berbicara.

Tangannya menarik tubuhku sehingga saya pun jatuh menindih tubuh ayahku yang besar. Putingnya yang selalu kencang mengosok-gosok dadaku. Spermaku menempelYahda tubuh kami berdua. Dari jauh, kami lebih mirip dua roti tawar yang diolesi dengan mayones.

"Selamat ulang tahun yang ke-18, anakku," sambungnya, "Ini hadiah Ayah untukmu."
"Terima kasih,Yah," balasku, "Saya suka sekali dengan hadiah ini." Kucium Ayahku dengan mesra.
"Ayah cintaYahdamu, anakku. Ayah ingin agar kita selalu bersama, tak terpisahkan. Ayah akan menjagamu selamanya, nak. Ayah hanya minta cintamu sebagai balasannya."
"Ayah tak perlu meminta hal itu. Saya juga cinta Ayah. Saya terharu Ayah pun memikirkan hal yang sama. Saya sayang Ayah," kataku, merangkulnya erat-erat.

Air mata bahagia mengalir, membasahi pipiku. Saya tak peduli apaYahndangan masyarakat, moral dan agama tentang hubungan incest homoseks ini. Yang kutahu adalah Ayahku dan saya saling mencintai. Takkan ada yang dapat menghalangi kami. Hari-hari kami selanjutnya selalu diisi dengan seks, seks, dan skes. Kami seakan tak pernah puas. Sayang sekali tak semua ayah dan anak memikirkan hal yang sama dengan yang kami pikirkan. Mereka tak tahu apa yang telah mereka lewatkan!

Tamat

isi celana tukang becak

Aku anak semata wayang dari keluarga keturunan cina, masa kecilku sebenarnya sangat bahagia. Walau kesPrimahan datang tiba-tiba. Ketika usiaku 9 tahun, ayahku meninggal karena sakit. Tinggal ibu yang kemudian merawatku. Selain itu, ibu jadi sendirian mengelola toko bangunan sepeninggalan ayah.
Secara fisik, aku boleh dibilang sempurna, wajah ku tampan khas keturunan cina. Tak sPrimakit orang yang memujiku. Ketika berusia 10 tahun, aku ikut klub bela diri wushu di kotaku. Fisiku yang memang lebih besar dibanding anak lain, menjadi keliatan lebih bagus saat aku mulai ikut klub tersebut.
Aku berkembang sebagai manusia normal pada umunya, walau sosok ayah tak lagi ada untuku. Paman, adik ibuku, biasanya yang kadang menggantikan ayah. Ibuku memang dekat dengan keluarga paman. Pamanku seorang ahli bangunan, beliau tak jarang mengambil barang dari toko ibuku. Kerja sama itu memang telah dirintis semenjak ayahku ada. Selain beliau kake nenek dari ibu juga sangat dekat, begitu juga dengan keluarga ayah, hanya saja dengan mereka aku jarang ketemu karena berada diluar kota.
Di akhir kelas 6 aku mengalami mimpi basah, usiaku saat itu padahal baru jalan 11 tahun lebih. Lambat laun hal itulah yang menjadi penggangu fikiranku. Perubahan fisik yang datang perlahan diusiaku yang masih sangat belia, membuat aku menjadi galau. Tak ada tempat untuk bertanya. Kepada ibu, aku sama sekali tidak bisa bertanya, karena beliau perempuan. Selain itu,aku sering gusar melihat alat vitalku. Ukuranya menurutku terlalu kecil. Bahkan dibanding temanku yang mempunyai badan lebih kecil dariku. Meski secara fisik luar aku boleh dibilang tak kurang satu apapun.
Saat kelas 6 SD, tak sengaja aku melihat Rohim, salah satu pegawai ibu, ketika buang air kecil. Pria hitam berbadan sPrimakit kurus itu membuatku iri. Ukuran alat vitalnya sungguh luar biasa. Jauh sekali dibanding aku, walau kulihat tinngi badanya hampir sama meski usianya jauh diatas aku. Hal kecil itulah yang kadang mengangguku, tapi akhirnya aku berusaha tak begitu peduli lagi.
Sampai akhirnya,saat aku diakhir kelas satu smp,ibuku membangun bagian belakang rumahku. Sekaligus memperbaiki kamar ibu yang sudah rusak. Ibu meminta bantuan paman. Diantara pegawai paman, ada satu orang, sebut saja Aping, pemuda berusia sekitar 20tahunan, yang kemudian menginap ditempatku. Sebelumnya,aku memang sudah mengenal dia, walau tidak begitu akrab. Beliau awalnya diminta menjaga saat kami tidak ada, tapi kemudian daripada pulang jauh, ibu menyuruhnya untuk tidur di rumah saja. Pemuda berbadan kekar itu pembawaanya tak banyak bicara.
Hanya senyum yang selalu menghias wajahnya. Tapi tiap hari ketika dia ada dirumah, aku selalu bertegur sapa, bahkan ketika sore hari ibu belum juga pulang, dan si mbo yang bekerja sudah pulang ke rumah. Kami kadang ngobrol kesana kemari. Bahkan pembicaraan kita kadang menjurus ke hal-hal yang berbau porno. Dari obrolan,aku jadi tahu,bahwa terkadang Aping juga suka minum2.
Dipertengahan perbaikan rumah, ibu mendapat kabar nenek dari ayah sakit. Karena aku belum libur, Ibu asalnya menyuruhku tidur di tempat paman, aku setuju, tapi setelah ibu pergi. Aku merasa malas. Akhirnya aku tak jadi ke rumah paman.
Sampai kemudian, hari itu hari sabtu,saat semua pegawai sudah pulang. Matahari sudah terbenam. Kulihat Aping beres2 tas. “mau kemana mas?" kataku. “besok kan libur, aku mau ke tempat teman dulu ya, kalau bisa nanti malam pulang, tapi kayaknya besok” katanya.
”kamu nginap dipaman kamu aja”katanya lagi. “ya, malas mas, mang mau apa mas” kataku. ”mau ini, mau nyetel bokep” katanya. ”punya siapa mas?" tanyaku.
“Rif, tadi kasih pinjam” katanya menyebut anak yang kerja ditempatku juga. ”liat mas” kataku.
Mas Aping mengambil tas ranselnya,dia kemudian mengeluarkan 3 keping vcd bergambar menantang. ”mas setel disini aja” kataku. “ya,gimana, mas dah janji ma temen kemarin” katanya.
“mas juga mau ini” kata dia memperlihatkan botol minuman. “gpp, mas disini aja, besok kan gak da siapa2 ini” kataku. Akhirnya entah,Apingun setuju untuk tidak pergi. Kami akhirnya makan dulu setelah yakin mengunci semua pintu. Selesai makan, aku langsung membawa mas Aping ke kamarku, sambil membawa vcd player.
Film pun diputar, adegan demi adegan keluar, saat itu, aku malah mengingatkan mas Aping tentang minumanya. “gpp mas, asal jangan muntah” kataku. “gak kok, mas minum dikit aja buat ngangetin, jarang sampi muntah2" katanya.
Seiring film diputar,kami hany diam. ”mas enak gak minumanya” kataku. “gak, pahit, coba aja” katanya. ”biasanya kalau minum, suka nambah tegang” katanya. “mas sih” kataku.
Aku kemudian mencicipinya, dan benar pahit, tapi badanku merasa hangat. “mas tegang dong?" tanyaku. “dari tadi, gak kuat nih” katanya.
“mana liat?" kataku.
Tanpa malu Aping langsung menurunkan sPrimakit celana trainingnya. Benda hitam yang tak begitu besar tapi sudah tegang itu nongol. ”bucatin aja mas” kataku. ”gak ah malu” katanya.
“kamu liat” katanya.
Aku asalnya malu, tapi mas Aping menarik boxerku. “ih merah amat” katanya. “kecil ya mas” kataku. “gak lah, cukup,kamu kan masih numbuh” katanya. “paha kamu sexy banget ih, kayak cewe” kata mas Aping sambil tiba-tiba meraba-raba pahaku.
Aku hanya senyum. ”kamu bucatin juga, mau?" katanya. Entah,tiba-tiba aku mengangguk,akupun akhirnya mengambiil lotion. Kulihat mas Aping menegak minumanya saat melihat aku menurunkan celanaku, matanya terus menatapku, diapun menurunkan celanaya. Paha kekarnya nampak legam selegam kontolnya. Dia kemudian menyender di tembok, ditepi kasur. Tanganya kemudian menengadah saat aku menumpahkan lotion. Perlahan dia membaluri ujung kontolnya.
”sini, ini kebayakan” katanya. Akupun mengeser dudukku mendekat, perlahan dia membalurkan lotion itu ke kontolku. Sambil memijat-mijat kontolku pelan. Kontolku makin memerah. Tiba-tiba Aping meraba pahaku,
”mas gesek2 di sini ya” katanya, aku asalnya ragu, tapi entah, akhirnya aku menurut. Aping membalurkan lotion keselangkanganku, perlahan aku sPrimakit berbaring dan menyamping. Diapun berbaring menyamping. Kurasakan kontolnya bergerak diantara selankanganku. Kurasakan samar- samar bau minuman, dan mata Aping sudah sPrimakit merah. Sesaat kurasakan tanganya membaluri pantatku dengan lotion, sambil memijat, setelah itu kurasakan jarinya menyentuh lubang pantatku dan menggosoknya.
“mas, jangan dimasukin, takut sakit” kataku. “gpp, pelan-pelan, gak sakit kok” katanya. Perlahan kurasakan tanganya mulai menekan-nekan,dan lama-lama sepertinya semakin dalam, rasa geli menjalar, walau sesekali tak enak. Sesekali tangan lain yang telah masuk dibawah pinggangku, meremas- remas kontolku, dan itu mengurangi rasa sakit di pantatku. Sampai akhirnya kurasakan ujung benda tumpul menyentuh lubang pantatku.
”mas jangan" kataku. “gak, cuma di temple aja,g ak kan dimasukin kok” katanya, sesaat kurasakan jarinya telah mengangtikan kontolnya. Nafas mas Aping makin tak karuan, saat itu kurasakan kontolnya kembali berusaha menempel lebih dalam. “mas jangan” kataku.
Tapi entah saat itu Aping tidak berhenti,malah makin berusaha menekan, aku berusaha meronta, tapi malah dia makin menekan hingga tubuhku makin tertelungkup, perlahan benda itu makin dalam masuk kedalam lubang pantatku.
“mas" hanya itu yang keluar dari mulutku, sebelum akhirnya kurasakan kontol mas Aping, pelan tapi pasti, sudah maju mundur dipantatku. Dia terus melakukan itu,bahkan makin lama genjotanya makin kencang.
”kamu tuh sexy, mas gak kuat nahannya” katanya sambil terus mengenjotku. Aku jadi teringat wanita difilm yang sedang kutonton. Sakit 
masih terasa walau lama-lama makin bercampur dengan rasa geli. ”mas udah ah, sakit” kataku. “sebentar lagi, tahan, gpp kok” katanya,dia terus menggengotku, satu tanganya kemudian berusaha meraba kontolku dan kemudian mengocoknya. Saat itu rasa mual diperutku perlahan hilang. Samapi akhirnya Aping mendekapku erat dan.
Ahh..ahh...ahhh desahnya, kurasakan hangat mengalir dilubang pantatku. Aping tak langsung mencabut kontolnya, dia kemudian mengocok kontolku, sambil sesekali menamcapkan lebih dalam lagi kontolnya, akhirnya akupun tak kuasa, setelah cairan bening yang terus keluar, akupun kemudian mengejang seiring dengan cairan kental keluat dari ujung kontolku. Perlahan kurasakan kontol Aping keluar dari pantatku. "aduh..aduh..enak kan” katanya.
Matanya kulihat makin merah, aku tahu itu akibat pengaruh minuman. Aku hanya terbaring saat Aping bergerak ke lantai, dan kemudian terlelap di karpet.
Aku terus memutar kaset. Perlahan rasa sakit hilang. Entah,sesekali aku malah melihat kearah Aping. Berharap dia bangun. Tapi hingga pagi hari,kulihat dia tetap tidur dikarpet itu. Saat bangun, dia keliatan diam sekali. Bahkan sepertinya tak mau menatapku. Tapi akhirnya dia mengajaku bicara.
"maaf semalam ya,mas ga sadar” katanya. Aku hanya diam. Sejak itu dia jadi menghindariku. Bahkan hingga rumahku selesai diperbaiki,d ia tak pernah menyapaku. Hanya senyum jika kebetulan beretemu.
Sejak peristiwa itu,aku jadi selalu teringat akan kelakuan Aping. Bahkan kadang aku berharap mengulanginya. Sesekali jika birahiku tak tertahankan, aku melakukan onani. Bahkan kadang, aku sengaja menusuk-nusukan jariku ke lubang kemaluanku. Sesekali jika main kerumah paman, aku kadang melihat Aping, tapi aku tak berani menyapanya. Hanya senyum yang biasa kami lakukan. Kira-kira 4 bulan setelah peristiwa pertama. Aku akhirnya memberanikan diri menyapa Aping, saat itu aku sedang bermain ke rumah pamanku.
“mas, pinjam kasetnya dong” kataku. “ada sih, tapi di temen, nanti dipinjamin” katanya. “mang mau nyetel dimana, kan ada si mbok” kata Aping. “hari minggu si mbok sekarang datanya suka siang” kataku. “oh, ya dah, nanti dipinjamin” katanya. Entah setelah bercakap-cakap, Aping akhirnya setuju mengantarkanya kerumahku hari minggu pagi.
Akhirnya setelah ibuku berangkat ke toko sekitar jam 8, tak lama setelah itu Aping datang memakai motor. Asalnya dia akan terus pulang. “mas,tunggu aja, nanti langsung bawa aja lagi, aku gak berani simpan” kataku.
Dia akhirnya setuju. Di tengah rumahku, akupun memutar kaset yang dibawa Aping. Kami hanya diam ketika adegan-demi adegan berjalan, bahkan ketika keping ke dua selesai dan berganti judul baru. Aping sesekali hanya meliriku dan senyum. Akhirnya aku beranikan diri bertanya.
”mas bangun gak?" kataku. “ya bangunlah, dari tadi"katanya sambil melirik, aku juga,jawabku. ”keluarin yuk” kataku, Aping melirik dan tersenyum.
”sok aja kamu” katanya. “barengan” kataku.
Aping akhirnya setuju, perlahan dia membuka celana jeansnya,akupun menurunkan celana pendeku. Saat itu, dia langsung merba-raba pahaku, akupun dengan berani meraba-raba kontol Aping yang sudah mengeras. Sesaat aku beranjak dan mengambil lotion dikamar ibu. Setelah itu, kubasuhkan sPrimakit ditanganku, lalu aku mengocok pelan kontol Aping. Perlahan Apingun mulai meraba-raba kontolku. Tapi kemudian dia menundukan mukanya dan mencium pantatku.
"Duh, putih banget, sexy" katanya, aku hanya senyum. Aku hanya senyum dan membiarkanya. Tapi perlahan ciuman Aping mengarah kelubang pantatku, aku akhirnya sPrimakit menunduk. Tanpa geli, kurasakan lidahnya menjilat lubang pantatku. Kurasakan geli yang amat sangat. Hingga badanku makin mendekati sofa yang kami duduki.
”naik aja, lurusin kakinya” kata Aping. Aku akhirnya menaikkan kakiku dan tertelungkup diatas sofa. Aping berjongkok disamping sofa, tepat disebelah pantatku. Dia kemudian melanjutkan lagi jilatanya,bahkan denag membuka bibir pantaku lebar-lebar. Setelah itu dia menuyuruhku berbalik dan kemudian menganjalakan bantal kecil di pantatku. Akhirnya dia kembali menjilati pantatku. Sambil akhirnya tanganya mengambil lotion dan membalurkanya di jarinnya, lalu perlahan dia mulai mengusap-usap lubang pantatku denga jari telunjuknya.
“sakit ga?" katanya, aku mengeleng, Aping melakukanya pelan-pelan. ”mau dimasukin ini gak?" kata Aping sambil mengusap-usap kontolnya. Aku menganguk ”tapi pelan2 ya mas” kataku.
Kulihat muka Aping langsung berubah sumeringah,perlahan dia mulai bergerak naik keatas sofa, setelah melumuri kontolnya dengan lotion, dia mulai merapatkan ujung kontolnya ke lubang pantatku, Aping melakukanya hati-hati sekali, kadang dia berhenti ketika melihat wajahku meringis, aku sendiri merasa sakit, tapi entah, aku ingin sesuatu yang pernah aku rasakan dulu. Lama-lama kontol Aping makin dalam dan makin lancer masuk ke lubang pantatku. Akhirnya perlahan-lahan, dia mulai memaju mundurkan kontolnya.
Kupenjamkan mataku sambil kurasakan persaan yang campur aduk. Antara mual, geli, gatal, nikmat, semua bercampur jadi satu, hingga akhirnya hanya desahan kecil yang bisa keluar dari mulutku. Akhirnya kubuka mataku, kulihat ekpresi wajah Aping yang penuh kegembiraan, perlahan aku memegang pergelangan tangan Aping yang nampak mengeluarkan otot2nya. Sesekali aku mengusap dadanya yang penuh peluh. Semua kuperhatikan dengan sangat seksama, sungguh, otot2 kelam Aping, memberiku kekaguman lain. Perlahan Aping merpatakan tubuhnya, kemudian dia mengulum teteku. Tindakanya yang tiba-tiba, menyentakan dadaku, hingga jantungku berdegup makin kencang. Akhirnya kupeluk badan Aping kuat-kuat, sambil kurasakan otot2nya yang keras.
Gesekan perut Aping dikontolku memberikan kenikmatan luar biasa, cairan bening kurasakan terus mengalir dari ujung kontolku, sampai akhirnya kudekap Aping erat-erat supaya perutnya menekan kontolku yang memberiku nikmat, sampai akhirnya aku tak kuasa dan kontolku akhirnya berdenyut kencang hingga cairan kental kurasakan telah tumpah dari 
kontolku. Saat itu gerakan Aping makin cepat samapi akhirnya dia pun mengejang-ngejang diatas perutku. Saat itu cairan mulai terasa membanjiri pantatku.
”duh, nikmat, nikmat” desah Aping sambil terus menekankan kontolnya walau kurasa kontol Aping mulai mengecil. Aku terus mendekap Aping, pelunya yang banyak membanjiri tubuhku. Perlahan Aping bangkit dari atas tubuhku. Aku meraba pantatku dan kurasakan basah. Aping mengelapnya dengan celana dalamku.
“nanti jongkok aja, kayak mau buang air besar, kalau mau mani yang didalam keluar” katanya, aku mengangguk. Aku langsung mengenakan boxerku, begitu juga dengan Aping. Setelah itu, aku langsung merapikan kaset dan mengembalikanya ke Aping.
“nanti kalau mau pinjam2 lagi boleh gak?" kataku. “boleh, nanti kalau ada yang baru aku kasih tahu” kata Aping.
Tak sampai sebulan, Aping memberi tahuku kalau ada kaset baru, akhirnya kami mengulang perbuatan kami, kali ini aku diajak kerumahnya. Tentu saja dengan sPrimakit berbohong kepada ibuku. Sore itu, dengan leluasa Aping kembali mengaguliku dengan penuh nafsu. Sesekali kami mengulang, walau tidak sering karena Aping harus bekerja. Sampai akhirnya suatu hari kami bercakap.
”tahu Prima kan pegawai paman kamu juga” katanya. Aku mengangguk ”dia juga sama, suka cewek ,suka pantat juga” katanya. ”masa?" kataku. “iya” katanya.
”yang bener mas” kataku. “iya, tititnya juga gede” katanya. “mas ngasih tahu ya tentang aku” kataku. “gak, sumpah, tapi dia pernah bilang gini, gila paha kamu putih amat” kata mas Aping. “kalau kamu kasih, pasti dia kaget” katanya.
Entah akhirnya aku setuju. Atas saran Aping. Aping mau datang kerumah Prima, bawa temen, pinjam kaset, tapi Aping tak memberi tahu Prima, bahwa temanya itu aku. Supaya dia kaget, katanya. Benar saja, saat kami tiba dirumahnya, Prima seolah tak percaya. Dia bahkan grogi saat memberiku minum. Pria berusia sekitar 27 tahun itu keliatan gugup sekali.
“dah nontonya aja disini, nanti mas Prima yang antar kamu pulang” kata Aping, mas Prima setuju, walau wajahnya masih kelihatan bingung. Akhirnya Aping pergi, kamipun menonton tv. Kulihat mas Prima sopan dan tidak bertanya macam2, hanya matanya sesekali melihat kearah pahaku. Sampi akhirnya dia kaget dengan pertanyaanku.
“mas, katanya punya mas gede ya?" kataku. mas Prima sempat bengong, sampi akhirnya tersenyum. “ah, kata siapa, biasa aja” katanya. ”kata Aping” kataku.
”mas liat dong” kataku. ”liat apa?" katanya. ”liat kontolnya” akhirnya dengan sPrimakit rayuan, mas Prima mau memperlihatkan kontolnya setelah aku setuju meperlihatkan kontolku juga. Dia diam saja ketika aku mengusap-usapnya.
“mas disini aman gak, takut ada orang” kataku. ”gpp, aman, dijamin” katanya. “atau mau dikamar aja” katanya, aku menganguk, kulihat wajahnya seperti kaget. Tapi kemudian kamipun masuk kekamarnya. Awalnya mas Prima hanya mengesek-gesekan kontolnya dipahaku, persis seperti Aping dulu, tapi akhirnya aku memintanya untuk diamsukan kedalam pantatku pelan- pelan.
”kamu serius” kata mas Prima, aku menganguk. Akhirnya denga penuh birahi mas Prima memasukan kontolnya kepantatku. Tangan-tangan kekarnya terus mendekap tubuhku erat sampai akhirnya air kenikmatan tumpah dari ujung kontolnya.
Sejak itu sesekali mas Prima kujadikan pelampiasan birahiku. Tapi kelakuanku tidak hanya sampai disitu. Tukang becak yang mangkal didepan komplekku juga kadang menjadikan birahiku bergolak, salah satunya bang Rif. Lelaki berstatus duda berusia 30 tahun itu, bagiku memiliki keindahan luar biasa. Keringat dan otot2 yang keluar saat mengayuh becak, membuat bulu kuduku terkadang berdiri. Setelah mengenal Aping, bang Rif menjadi perhatianku. Bahkan, lebaran dan perayaan lain ibu kadang membagikan makanan, bang Rif selalu aku beri.
Sampai akhirnya, suatu hari dia mengantarku ke rumah. Seperti biasa,sesekali aku menyuruhnya masuk dan memberinya minum. ”si mbok kemana" katanya. “pulang kali. Eh bang, gak kesepian menduda” tanyaku. ”kesepian sih, tapi gimana lagi” katanya.
“trus kalau mau gituan gmana?" kataku. ”ya paling kekamar mandi” katanya tertawa. ”bang Rif kontolnya gede ya?" tanyaku. “ih, tahu dari mana?" katanya. ”kamarin, waktu kencing aku intip” kataku tertawa. ”walah, nanti gak ikut numpang kencing lagi ah” katanya.
Entahlah, kami akhirnya ngobrol ngalor ngidul, sampai ke hal porno, akhirnya saat aku meminta melihat kelaminya, dia setuju, bahkan ketika aku remas-remas dia hanya diam saja. Sampai akhirnya aku membisikan sesuatu yang membuatnya sPrimakit kaget.
”bang, masukin ke pantaku mau ga?" kataku. “ih, mana bisa” katanya. ”bisa, di coba” kataku. Entah akhirnya dia setuju, bahkan saat aku menyuruhnya mandi dulu, dia setuju. Sore itu akhirnya kerasakan kenikmatan kontol bang Rif, dia masih tak percaya apa yang terjadi, tapi kemudian dia tersenyum saat aku memberinya uang untuk rokok.
Sungguh, aku sendiri tak menyangka, waktu itu aku masih SMP, tapi kelakuanku sudah sangat tidak wajar bagi anak seusiaku. Tapi entah, dalam diriku selalu ada gejolak ketika melihat orang2 berkulit gelap dan berbadan kekar. Bahkan akhirnya, kontol Rohim pegawai ibu yang besar itupun akhirnya dapat aku nikmati setelah aku iming-imingi uang. Dan setelah itu, saat kontolnya aku hisap, dia tak pernah menolak walau tak diberi uang.
Dan petualanganku tak hanya sampai disitu, suatu hari, aku mendengar mas Prima punya kaset baru, aku minta diajak menonton. “jangan Jim, soalnya nontonya sama temen” kata mas Prima.
"gpp, nanti aku pulang sendiri” kataku. Akhirnya mas Prima setuju, dan saat aku tiba ditempat mas Prima, sudah ada dua kawan mas Prima, sesama kuli bangunan juga. Badan mereka tak kalah kekar dan gelap dibanding mas Prima. Awalnya mereka agak kikuk dengan kehadiranku. Tapi kemudian, film biru mencairkan suasana. Dan saat itu, mas Prima berkata.
“Jim tau gak, diantara kami siapa yang paling gede?" aku menggeleng. “tuh, dia sama teh botol aja gedean dia” katanya. “masa” kataku. “iya, liatin aja No” kata mas Prima.
“ora ah, malu” katanya. Tapi berkat bujukanku akhirnya Tarno mau memperlihatkanya, aku begitu terkesiap, Udin, teman mas Prima yang lain, akhirnya memperlihatkanya juga, walau tak sebesar yang lain, tapi masih besar dia dibanding aku. Dan entah, karena pengaruh film, atau minuman yang mereka teguk, dengan sPrimakit memaksa Tarno memintaku membuka celanaku, awalnya dia hanya ingin melihat kontolku. Tapi saat celana jeansku telah turun selutut, mereka sepertinya telah dirasuki birahi. Perlahan tak hanya Tarno, Udin juga malah meraba-raba pahaku, bahkan dengan bantuanya, Tarno dapat melepas semua celanaku. Mas Prima hanya tersenyum pura-pura tak peduli. Hingga akhirnya dia merangkulku juga saat udin menciumi dadaku.
Kejadian itu tak dapat aku kira, tapi perlahan aku hanya pasrah, ketika akhirnya mereka membopongku kedalam kamar setelah seluruh pakaianku mereka lucuti. Aku sPrimakit kewalahan, Udin yang nampaknya tak kuasa menahan gejolak, langsung menjilati lubang pantaku, dan kemudian mengarahkan kontolnya ke lubang pantatku setelah dia lumuri lotion. Tarno dengan paksa berusaha memasukan kontolnya kemulutku, yang akhirnya aku terima dan aku hisap dalam-dalam. Mas Prima menghisap putingku, sambil satu tanganya memegang jariku yang dia rapatkan dikontolnya.
Kupejamkam mataku dan kunikmatai semua perlakukan mereka. Saat kontol Udin mulai cepat maju mundur bahkan akhirnya terlepas setelah memuntahkan cairan kenikmatan, dengan penuh antusias, kuterima sodokan kontol mas Tarno kemudian, dan sungguh, aku tak menyangka, bahwa kontolnya bisa memberiku kenikmatan luar biasa hingga kepalaku seperti melayang diawan. Hentakan2 kerasnya membuatku terkulai tak berdaya didera rasa nikmat luar biasa. Akhirnya mas Prima yang terakhir memberiku sodokan kontolnya. Walau tak seenak sebelumnya, tapi tetap aku nikmati, kocokan tangan mas Tarno dikontolku,memberi nilai tambah,disaat kurakan kontol mas Prima sepertinya terlalu mudah untuk keluar masuk. Dan akhirnya berbarengan dengan muntahnya cairan kental dari kontol mas Prima, akupun menumpahkan cairan kenikmatan diatas perutku.
Tak teras hampir 2 jam aku dikamar bersama mereka, hari sudah hampir gelap, mereka berebutan ingin mengantarku pulang. Dan akhirnya aku setuju mas Tarno yang mengatarkanku pulang. Bukan tanpa alasan, karena setelah itu, aku berusaha menikmati kembali hentakan-hentakan kontol besarnya, dan dengan senang hati dia melakukanya.
Sejak itu,terkadang aku melayani banyak lelaki secara bersamaan, mereka adalah kuli2 yang aku kenal, baik pegawai paman, atau lainya. Tidak hanya itu, setiap tukang becak yang aku pakai jasanya, atau aku jumpai disekolah atau diempat latihan, aku berusaha mengakrabkan diri kepada mereka. Dengan begitu, aku bisa memuaskan keinginan birahiku terhadap
mereka.

hey semuanya, salam kenal, buat kalian-kalian yang suka serial kisah sesama yang masih original seperti Cowok Rasa Apel yang sudah sampai sesi ke 3, silahkan cicipi "Serial Pelepasan" dengan jalinan kisah sesama lelaki dewasa dengan rasa yang berbeda, terimakasih banyak :)
pelepasan remah 1 (episode 1)
Pelepasan Remah ke 2 (episode 2) Klik disini
Pelepasan Remah ke 3 (episode 3) Klik disini
Pelepasan Remah ke 4 (episode 4) Klik disini
Pelepasan remah ke 5 (episode 5) klik disini
Pelepasan Remah ke 6 (episode 6) Klik disini
Pelepasan Remah ke 7 (episode 7) Klik disini
Pelepasan Remah ke 8 (episode 8) klik disini
Pelepasan Remah ke 9 (episode 9) klik disini
Pelepasan Remah ke 10 (episode 10) klik disini