Tuesday, December 1, 2015

Om Asep


Nama Saya Rizal 18 Tahun siswa kelas 1 SMA di salah satu sekolah
negeri di kota tempat saya tinggal. Orang bilang saya cakep atau
“kasep” kebetulan saya tinggal di tanah Sunda,dengan tinggi 174 cm dan
ukuran kontol 13 – 14 cm (tidak terlalu panjang memang) saya sudah
mengetahui bahwa saya berbeda dengan lelaki lainnya, yaitu saya
menyukai sesama jenis, Keanehan ini telah muncul ketika saya berada di
sekolah dasar ketika saya melihat lelaki sexy yang telanjang saya selalu
terangsang, entah kenapa, sampai akhirnya pada saat SMP saya
engetahui bahwa saya ini Seorang GAY atau homosexual Keinginan
tahuan saya begitu kuat, sehingga membuat saya terus berexplorasi
akan dunia gay, sampai akhirnya saya mengalami kejadian yang tak pernah
saya lupakan
Bertepatan setelah idul fitri, tanah disebelah rumah saya akan dibangun
rumah oleh pemiliknya, saya merasa sangat senang karena dengan itu
saya bisa melihat kuli disana telanjang disamping itu bisa lihat kuli ngeloco
sampai MUNCRAT!! CROOT!! Setiap hari saya pura pura menyibukan diri
di halaman rumah hanya untuk melihat mereka topless, tapi saya
terkejut melihat seorang pria, Dia Tampan, putih Bodynya kekar,
maskulin, saya taksir dia berumur 30 tahun, tidak terlalu tinggi, ditambah
dengan jendolan selangkangannya yang besar Dia bersama istri dan kedua
anaknya disana, dia tersenyum ke arah saya dan saya pun membalas
senyumnya. Saya sempat berpikir bagaimana bisa saya ngedapetin
kontol tuh Om Straightnya. Ia mendekat, Ooh rasanya dag dig dug.. “De
ada mama nya?” Lho kok dia nanyain mama saya bicara saya dalam hati.
“Ooh ada, mau saya panggili pak?” “Jangan panggil saya bapak, saya
belum terlalu tua kok, panggil aja Om biar agak kekeluargaan gitu.. “ooh
iya kalau begitu, bentar nama Om siapa?” “Nama Saya Asep. “Sebentar
kalo gitu Om, saya panggilin mama saya dulu”.
Dan akhirnya saya pun tahu Om asep itu Keluarga jauh saya juga. Itu
membuat saya merasa semakin dekat saja sama si Om. Hari hari berlalu ,
dan sampailah pada suatu hari Bonyok sama kaka saya pergi ke luar kota
untuk menghadiri acara sedangkan saya memilih di rumah karena esok
harinya akan ada ujian tengah semester di sekolah. Waktu itu jam 7
malam hujan deras disertai dengan kilat, seseorang mengetuk pintu
rumah, Saya sempat berpikir tidak membukanya karena takut, tapi
saya beranikan untuk membukanya, dan alangkah terkejutnya saya
ketika tahu bahwa itu adalah om asep, saya pun langsung membukakan
pintu. “Maaf zal boleh ikut berteduh?” Wah ini kesempatan emas
pikirku , tanpa basa basi lagi aku jawab, “Oh ya silakan, ayo masuk om
entar kedinginan lo, diluar kan ujan” “Makasih ya zal, baik banget” “Aah
gak segitunya kali Om” sambil senyum.. “ooh iya mama mana zal?” “Lagi
keluar kota semuanya Om sekarang izal sendirian disini” “Lho gak ikut
kamu zal? “enggak ah Om besok ada ujian” “Gak ngapalin nih?” nadanya
nyindir “Ngapalin mulu capek Om, mending istirahat sekarang mah.”
Kami pun ngobrol ngalor ngidul, ini itu, Seperti Om dan Keponakan Sendiri.
Saya pun mulai berpikir bagaimana caranya agar bisa bersama terus
dengan Om Asep.. Saya pun dapat ide.
“Om Nginep dong disini , masih Ujan tuh, lagian udah malem Om” “Wah
Entar istri Om gimana?” “Lho gimana apanya Om”? “Om kan udah bikin
janji ama istri Om.” “Janji apa Om?” “Yaah pasti kamu tau lah.. ia
menjawab dengan senyuman mesum
Dan tak lama pembicaraan kami mulai mengarah kepada hal hal yang
berbau sex..
“Kamu udah pernah ngeloco zal?” “Hmmm Udah sih Om” jawabku malu
“Gimana tuh rasanya pertama kali Ngeloco?” “Aah Om kayak gak tau
aja” haahaha Kami pun tertawa berdua Aku melihat gerak gerik
badannya yg mulai mencurigakan dan serta OOOOOOOOoooowww
Seperti ada tongkat besar kulihat diselangkangan celananya, Aku pikir Ini
Kesempatanku.
“Kenapa Om?” Itu burungnya bangun.. “Om… Om Udah gak Kuat!! Ia
menarik badanku ke sofa dan menciumiku. aaah aaah, aku pun
membalasnya dengan sukahati Ia Menggesek gesekan kontolnya dengan
kontolku, saling beradu.. Oooooh mimpi apa aku , kataku dalam hati. Ia
Berbisik padaku “Aku ingin Memperkosa kamu zal!!” Aku jawab “Baiklah
Om Perkosa aku, Perkosa!! Perlakukanlah aku, Perawani aku!! Sengaja aku
memancingnya dengan kata kata yang merangsang..
Ia berbeda dari biasanya, Ia Sangat bringas, bagai singa jantan. Ia mulai
melepaskan bajunya dan membuka reseleting celananya dan OOOH
KONTOL yang begitu gede berurat tegang 20 cm an dilengkapi dengan
precumnya yang menggoda…. ISEP!! ISEP!!! Ia menyuruhku. Tanpa basa basi
lagiaku hisap KONTOl gedenya, saking besarnya aku hanya bisa
memasukan sebagian dari kontolnya, tapi dia tetap memaksaa… aaahh
oohh yess aah shh ahh sshh .. erangannya ketika memperkosa mulutku..
Aku membuka celanaku dan mengocok kontolku yang sedari tadi telah
tegang sepenuhnya.. Tak lama kemudian aku sadar bahwa kami telah
bertelanjang tanpa satu helai benang pun.
Ia terus menggenjot mulutku, sekitar 30 menit aku mengoral kontol dia,
dan aku merasakan dia akan segera muncrat, ia gerakan kontolnya
semakin cepat, semakin ganas, dan bringas.. AHHH SHHHH AHHH OHHH
GUEEH GUUEEH MAAUHH AAAAAAAAAAAAAHHHHHHHH
CROOOOOOOOOOOOTT CROOOOOOOT CROOOOOOT
CROOOOT CROOOOOOOOT. Ia melepaskan PEJUH Lezatnya di mulut
saya “MINUM!!” Jangan ampe ada yang keluar!!” bentak dia Dia
menyuruhku untuk minum spermanya tapi dia tidak mau melepaskan
kontolnya dari mulutku alhasil banyak pejuhnya yang keluar, aku terus
saja melamot, menyedot kontolnya dan meminum pejuhnya.. aaah aaah
shsh . dia terus mengerang.. Om Asep Ini lelaki perkasa , buktinya
meskipun Kontolnya udah ngeluarin pejuh tapi kontolnya masih tetap
tegang sepenuhnya… Dia pun mencabut kontolnya dari mulutku.
Kami berciuman kembali, lebih romantis dan gentle dari sebelumnya, aku
cium dan jilat selurh tbuhnya ooooh nikmat tak terkira. Antara sadar dan
tidak aku mengajaknya ke kamar karena aku sudah ingin dientot.. “Om
Entot aku”!! “Apa??” Beneran nih? “iya Om.. Kontol Kuda Om memang
Hebat ucapku sambil menjilat kontolnya Ia pun menyeringai mesum, dan
langsung mengangkatku dengan tangannya layaknya sepasang suami isrti,
aku ditidurkan dikasurku, lalu Om asep menikamku dengan ciuman
mesra… kiss emotikon kiss emotikon “OOmm aaah oom aaah Entot aku aah sshh” pintaku sambil
ngocok kontol.. “Apapun yang kau inginkan sayangg!!!” SREEEEEEETTT
“aaaaaaaawww” teriaku karena ia mendadak memasukan kontolnya
tanpa penetrasi ke lubang duburku yang masih perawann.. “ooom Sakit”
rintihku “Nanti juga enakan sayang” Sambil menciumku Genjotan
pertama pelan pelan, terus kencang lebih kencang lagi dan lagi…
aaahh sshh ahh sshhsaaahh… rintihku antara nikmat dan sakit bersatu
padu… “aaaah ooh sakit oom tapih enhaak” erangku… “Dasaar bocah gila”….
Karena terlalu nafsu, entah mengapa ia menggenjotku sekuat kuatnya
dan sesakitsakitnya tetapi kontolku malah ngaceng sengaceng
ngacengnya.. “oooh” Ia memang ahli dalam hal ini, titik prostatku tercapai
oleh kontolnya, maju mundur maju mundur aaah enak sekali. Beberapa
menit kemudian aku mulai mengejang merasakan terjangan lahar putih
yang akan keluar, meskipun aku tak memegang kontolku, dan
aaaaaaaaaahh aahhh ohhhh CROOOOOT CRRRRROOOOOOOOOT
CCRRRRRROOOOOOT pejuhku muncart banyak sekali, ke dadaku, ke
muka om asep dan ke seluruh tubuh kami. Oooh kontolku mulai melemas,
tapi Om asep tetap menggenjotkan kontol kudanya…. Bosan ia dengan
gaya yang biasa, ia punya ide untuk merapatkan kakiku sehingga duburku
akan jauh lebih sempit, aku menolak dengan tegas, tapi ia tak mau
mendengar, ia cengkram kedua kakiku dengan ototnya yg kekar, aku tak
bisa melawannya, dan akhirnya…
Aaaaahh pantatku benda padat itu menyakitkan sekaligus menikmatkan,
“oohh ahh shh ah ohh ” terus saja rintihnya.. Duburku mulai berdarah. Tapi
ia tak peduli, bahkan ia makin bringas mengentotiku…
Oooh uhhh ahh… Aku HAMILI KAMU OKE SAYANGGHHH ahh?? AHHHH
CROOOOOOOOOOOOOOT
CRRRRRRRRRROOOOOOOOOOOOOOOOOOOT
CCCCRRRRRRRRRROOOOOOOOOOOOOT
CRRRRRRRRRRRRRROOOOOOOOOOOOOOOOOOT dia pun
mengeluarkan pejuhnya untuk yang ke 2 kalinya, sangat banyak sekali,
bercampur darah duburku.. OOh tapi aku merasakan kenikmatan tiada
taranya. Ia terjatuh lemas dipunggungku sambil berbisik “Mandi sambi
maen yo? Nadanya mesra. dalam hati saya berkata ” gila nih orang belum
puas juga”
Ia memaksaku untuk mandi bareng dia, aku terpaksa dengan
mengangkang karena ia tak mau mencabut kontolnya dari duburku.. “Om
lepas dong!!.” “Nanti setelah kita selesai main.. Kami pun mandi , saling
menyabuni tentunya dengan kontol om asep yang tertancap di duburku.
Ia mulai beraksi, aku pasrah karena sudah terlalu lelah.. ia menggenjotku
terus dan terus, sensasi luar biasa terasa karena kami mandi dengan
shower air hangat yang sedikit panas, menyebabkan sensasi luar biasa
pada kontol kami.. OOooh aaah ohhh OMMM akuuu KELUARRR
CROOOOOT CRTOOOOOCROOOOT!!!!!!
OOoh Akuu jugaaahh ZALLLL makan nih PEJUHHHHHH
CROOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOT
CROOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOT!!!Ia
tetap menanamkan kontolnya di duburku. untuk ketigakalinya ia muncrat..
hosh hosh , kami terkulai lemas di bathtub, dan tertidur sambil dubur
saya ditanam di lubang pantatku..
Keesokan harinya aku terbangun, dan sempat kaget takut kesiangan ke
sekolah, tapi syukurlah waktu masih jam 4 pagi, aku pun membangunkan
om asep, agar dia mencabut kontolnya dari duburku, tapi apa daya dia
mengajakku lagi untuk bermain, dan aku ladeni hingga ia dan aku
NGCROOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOT!!!
OOhh AHhh..
Ia pun pamit pulang dengan memberikan ciuman padaku, “Kau memang
hebat” bisiknya. Aku beri dia nomer HP ku agar kapan ia butuh service
aku tinggal datang, toh nanti rumah saya dan dia dekat. Setelah kejadian
itu, BERCINTA sudah menjadi kegiatan rutin kami, ketika dia sedang
sendiri atau aku yang sendiri dia selalu memberiku uang jajan ketika aku
sudah memuaskan nafsunya. Pada akhirnya saya menjadi budak sexsnya,
tapi beruntungnya saya masih mendapat kenikmatan dari apa yang saya
lakukan dan saya tidak mendapat siksaan fisik pula. Mungkin inilah awal
perjalanan hidup HOMOSEXUAL saya…

hey semuanya, salam kenal, buat kalian-kalian yang suka serial kisah sesama yang masih original seperti Cowok Rasa Apel yang sudah sampai sesi ke 3, silahkan cicipi "Serial Pelepasan" dengan jalinan kisah sesama lelaki dewasa dengan rasa yang berbeda, terimakasih banyak :)
pelepasan remah 1 (episode 1)
Pelepasan Remah ke 2 (episode 2) Klik disini
Pelepasan Remah ke 3 (episode 3) Klik disini
Pelepasan Remah ke 4 (episode 4) Klik disini
Pelepasan remah ke 5 (episode 5) klik disini
Pelepasan Remah ke 6 (episode 6) Klik disini
Pelepasan Remah ke 7 (episode 7) Klik disini
Pelepasan Remah ke 8 (episode 8) klik disini
Pelepasan Remah ke 9 (episode 9) klik disini
Pelepasan Remah ke 10 (episode 10) klik disini

Gara2 Om, Aku Jadi Ketagihan


Pembaca tentu masih ingat aku bukan? Aku pernah berbagi cerita dalam kisah terdahulu yang kuberi judul "Ritual Nikmat". Aku sangat berterima kasih atas kritik dan tanggapan dari pembaca semua yang masuk ke alamat e-mailku. Di antara sekian banyak komentar dan email ada salah satu pembaca yang memintaku untuk menuliskan pengalamannya untuk berbagi dengan pencinta situs ini. Berikut ini aku mencoba menceritakan kembali apa yang telah diceritakannya padaku melalui SMS maupun email. Kali ini aku akan bercerita melalui perspektif yang berbeda, yaitu perspektif seorang wanita, bagaimana persepsinya terhadap pelecehan dan apa keinginannya akan coba kutuangkan melalui kisah yang dialaminya. Untuk itu kritik dan komentar pembaca sekalian kutunggu di e-mailku.

Bagi pembaca yang berminat untuk berbagi pengalaman bisa kirim ke emailku inyong2011@yahoo.com atau bagi mereka yang ada di Solo dan sekitarnya bisa juga ketemu langsung dan berkenalan denganku. Sekali lagi aku mohon kritik dan saran pembaca demi perbaikan di masa mendatang. Selamat membaca sambil mengkhayal tentang seks tapi awas... Jangan sambil onani lho! Memang ada pepatah yang mengatakan dibuang sayang.. Tetapi bila disimpan malah bikin meriang!! Jadi dilemma bukan? Selamat membuang atau meriang!

****

Aku adalah seorang gadis lajang. Saat ini usiaku 24 tahun, anak ke-5 dari 5 bersaudara yang semuanya perempuan. Dengan tinggi badan 168 dengan berat tubuh 56 membuat orang menganggapku sebagai gadis yang seksi dan menggiurkan. Apalagi aku selalu menjaga kebugaran tubuhku dengan berlatih fitness secara rutin. Orang bilang wajahku cantik. Padahal aku merasa biasa saja. Mungkin ini karena kulitku yang putih dan mulus. Rambutku hitam lurus sebahu. Sebut saja namaku Anna.

Kegadisanku Direnggut Pamanku

Suatu hari tiga tahun yang lalu (entah hari apa aku lupa) saat itu aku sedang tidak kuliah jadi aku sendirian di rumah. Bokap dan Nyokap seperti biasa ngantor dan baru sampai di rumah setelah jam 07.00 malam. Kakak-kakakku yang semuanya sudah menikah tinggal di rumah-masing-masing yang tersebar di Jakarta dan Bandung, jadi praktis tinggal aku saja sebagai anak bungsu yang masih ada di rumah. Oh ya Bokap dan Nyokapku selalu mendidik anak-anaknya agar mampu mandiri, dan mereka tidak pernah menggunakan jasa PRT. Jadi aku selalu membersihkan rumah, mencuci dan menyetrika pakaian sendiri jika liburan.

Karena enggak ada kuliah aku masih malas-malasan di rumah. Sehabis mandi, hanya memakai celana pendek mini dan kaos you can see aku duduk-duduk di depan TV sambil nonton acara kegemaranku sinetron telenovela. Rencananya aku mau mencuci dan memasak setelah hilang rasa malasku nanti. Lagi asyik-asyiknya nonton sinetron tiba-tiba aku dikejutkan bunyi bel pintu yang ditekan berkali-kali.

Ting-tong... Ting-tong... Ting-tong!

"Sialan juga nih orang!! Mengganggu aja! Siapa sih!" makiku dalam hati karena kesal keasyikanku terganggu.

Dengan malas aku berjalan ke pintu untuk melihat siapa yang datang. Kulihat di depan pintu ada seseorang yang berpakaian TNI sedang cengangas-cengenges.

"Siapa pula orang ini! Keren juga" kataku dalam hati.

Aku terkejut setengah mati waktu kubuka pintu. Rupanya itu adik kandung bokapku yang paling kecil!

"Ooh Oom Heru kapan sampai di Jakarta...! Kirain monyet dari mana yang nyasar ke sini" teriakku gembira sambil terus menyalaminya.

Rupanya benar itu pamanku yang sudah lama sekali tidak datang ke rumah sejak ia ditugaskan ke daerah konflik di NAD sana (hampir 1 1/2 tahun). Oh iya aku hampir lupa, aku tinggal di Jakarta bagian selatan, tepatnya di daerah Mampang.

Oomku ini seorang perwira menengah yang masih muda, ia berpangkat Kapten waktu itu. Umurnya waktu itu baru 31 tahunan dan ia duda tanpa anak karena istrinya meninggal saat melahirkan anaknya satu tahun yang lalu. Orangnya tinggi besar dan gagah seperti papaku. Tingginya mungkin sekitar 175 Cm dengan berat badan seimbang. Kulitnya agak hitam karena banyak terbakar matahari di daerah konflik sana.

"Baru aja nyampe!! Terus mampir ke sini!.. Lho Anna.. Emang.. Kamu enggak kuliah? Mana papa dan Mamamu?" kulihat matanya jelalatan melihat pakaianku yang minim ini. Jakunnya naik turun seperti tercekik.
"Brengsek juga rupanya! Mungkin di NAD sana enggak pernah lihat cewek pakai rok mini kali!" kataku dalam hati.
"Enggak Oom.. Anna enggak ada kuliah kok hari ini! Papa sama Mama kan kerja! Entar sore baru pulang!" jawabku agak jengah juga melihat tatapan mata Oomku yang jelalatan seolah-oleh hendak melumat dan menelan tubuhku.
"Memang Oom Heru sedang cuti?" tanyaku untuk mencoba menghilangkan rasa jengahku.
"Lho.. Kamu enggak tahu ya? Oom Heru kan tugasnya sudah selesai dan sekarang dikembalikan ke pasukan! Jadi mulai minggu depan Oom Heru sudah masuk barak lagi di Jakarta sini"

Matanya makin jelalatan menelusuri seluruh tubuhku, sementara tanganku yang menyalaminya masih digenggamnya erat-erat seolah ia enggan melepaskan tanganku. Aku merasakan betapa tangannya begitu kokoh dan kuat menggenggam jemariku.

"Nah daripada nunggu di mess mending Oom Heru ke sini biar ada teman" katanya.

Lalu kupersilahkan Oom Heru untuk duduk di sofa ruang tengah dan kubuatkan minuman.
"Oom Anna siapin kamar tamu dulu ya? Silahkan diminum dulu tehnya! Entar keburu dingin enggak enak lho!"

Aku pun membawa tasnya ke kamar yang depan yang biasa dipakai Oom Heru dulu kalau ia menginap di rumahku. Saat aku sedang membungkuk membenahi seprei tempat tidur yang dipakainya aku terkejut ketika tiba-tiba dua tangan kekar memelukku dari belakang. Aku tidak mampu meronta karena dekapan itu begitu kuat. Terasa ada dengusan napas hangat menerpa pipiku. Pipiku dicium sedangkan dua tangan kekar mendekapku dan kedua telapak tangannya saling menyilang di pinggang kanan-kiriku yang ramping. Aku memberontak, namun apalah dayaku. Tenaganya terlalu kuat untuk kulawan. Setelah kutengok ke belakang ternyata Oom Heru yang sedang memelukku dan mencium pipiku.

"Oom ngapain! Lepasin dong Oom!" Aku berteriak agar dilepaskannya.

Karena terus terang aku belum pernah yang namanya dipeluk laki-laki! Apalagi pakai dicium segala! Tubuhku gemetar ketika tangan kokoh Oom Heru mulai bergerak ke atas dan mulai meremas payudaraku dari luar kaos singletku. Bukannya berhenti tetapi justru Oom Heru semakin menggila!

"Diam sayang... Dari dulu Oom sangat menyayangimu" bisiknya di telingaku membuat aku geli saat ada dengusan nafas hangat menyembur bagian sensitif di belakang telingaku.

Dekapannya semakin ketat sampai aku merasakan ada semacam benda keras menempel ketat di belahan pantatku. Aku semakin menggelinjang kegelian saat bagian belakang telingaku terasa digelitik oleh benda lunak hangat dan basah! Ooh.. Rupanya Oom Heru sedang menjilati bagian belakang telingaku. Tanpa sadar aku melenguh.. Ada rasa aneh menjalar dalam diriku! Rupanya Oom Heru sangat piawai dalam menaklukkan wanita. Ini terbukti bahwa aku yang belum pernah bersentuhan dengan lelaki merasa begitu nyaman dan merasakan kenikmatan diperlakukan seperti itu.

"Ja.. Jangan Oomhh!" Aku mendesis antara menolak dan enggan melepaskan diri.

Bibir Oom Heru semakin menjalar ke depan hingga akhirnya bibirnya mulai melumat bibirku. Seprei yang tadinya kupegang terlepas sudah. Tanganku sekarang bertumpu memegang kedua punggung tangan Oom Heru yang sedang sibuk meremas dan mendekap kedua payudaraku.

Napas Oom Heru semakin menggebu seperti kerbau. Lidahnya mulai bergerak-gerak liar menyelusup ke dalam rongga mulutku. Akupun tak tahan lagi.. Tubuhku seolah mengawang hingga ke awan. Kakiku limbung seolah tanpa pijakan. Sekarang tubuhku sudah bersandar sepenuhnya bertumpu pada Oom Heru yang terus mendekapku. Mataku terpejam merasakan sensasi yang baru pertama kali ini aku alami. Tanpa terasa lidahku ikut menyambut serangan lidah Oom Heru yang bergerak-gerak liar. Selama beberapa saat lidahku dan lidah oom Heru saling bergulat bak dua ekor naga langit yang sedang bertarung.

Aku membuka mata, wajah Oom Heru sangat dekat dengan wajahku dan tangannya merangkul dan meremas kedua payudaraku. Anehnya, setelah itu aku tidak berusaha menghindar. Aku merasakan ada sesuatu yang mendesak-desak dan harus tersalurkan. Kubiarkan saja tangan Oom Heru saat mulai menyusup ke balik singletku dari bagian bawah.

Aku semakin menggelinjang saat tangannya mulai meraba perutku yang masih rata. Perlahan namun pasti tangannya mulai merayap ke atas dan ke bawah. Tangan kanan Oom Heru mulai menyentuh payudaraku yang terbungkus BH tipis itu, sementara tangan kirinya mulai menyusup ke balik celana pendek ketatku. Aku tak sadar tanganku bergerak ke belakang dan mulai meremas rambutnya.

Tubuh kami masih berhimpit berdiri menghadap searah. Oom Heru masih tetap mendekapku dari belakang. Bibirnya melumat bibirku sementara kedua tangannya mulai meraba dan meremas bagian-bagian sensitif tubuh perawanku. Akupun tak tinggal diam tanganku tetap meremas-remas rambutnya yang cepak seperti "rambutan sopiyah" (memang seperti lazimnya anggota TNI harus berambut cepak... Kalau gondrong soalnya malah dikira preman kali!!)

Untuk beberapa lama, Oom Heru masih melumat bibirku. Aku harus jujur bahwa aku juga ikut menikmatinya. Bahkan beberapa saat secara tak sadar aku juga membalas melumat bibir Oom Heru. Aku masih tetap belum menyadari atau mungkin terlena hingga tak menolak saat tangan Oom Heru mulai menyusup ke dalam BH-ku dan menyentuh apa yang seharusnya kujaga. Nafasku semakin memburu dan aku mulai merasakan bagian selangkanganku mulai basah. Apalagi saat ibujari dan telunjuk Oom Heru mulai mempermainkan puting payudaraku yang sudah semakin mengeras. Tubuhku semakin bergerak liar hingga benda keras yang menempel ketat di belahan pantatku kurasakan semakin mengeras.

Desakan aneh semakin kuat mendorong di bagian bawah. Tubuhku semakin melayang saat tangan kiri Oom Heru dengan lembut mulai memijit-mijit dan meremas gundukan bukit di selangkanganku. (Namanya Bukit Berbulu!! Kalau Uci Bing Slamet dulu nyanyinya Bukit Berbunga.. Mungkin waktu ngarang lagu itu terinspirasi saat bukit berbulunya kepegang lak-laki seperti aku ini!! Ooh indah sekali!! Lebih indah daripada bukit yang berbunga!! Tul enggak? Munafik kalau bilang enggak... ).

Tubuhku semakin liar bergerak saat jari Oom Heru mulai menyentuh belahan hangat di selangkanganku. Jari-jarinya terasa licin bergerak menyusuri belahan hangat di selangkanganku. Rupanya aku sudah begitu basah.. Dan Oom Heru tahu kalu aku sudah dalam genggamannya. Aku memang sudah menyerah dalam nikmat sedari tadi. Apalagi aku memang juga mengagumi Oomku yang keren ini.


hey semuanya, salam kenal, buat kalian-kalian yang suka serial kisah sesama yang masih original seperti Cowok Rasa Apel yang sudah sampai sesi ke 3, silahkan cicipi "Serial Pelepasan" dengan jalinan kisah sesama lelaki dewasa dengan rasa yang berbeda, terimakasih banyak :)
pelepasan remah 1 (episode 1)
Pelepasan Remah ke 2 (episode 2) Klik disini
Pelepasan Remah ke 3 (episode 3) Klik disini
Pelepasan Remah ke 4 (episode 4) Klik disini
Pelepasan remah ke 5 (episode 5) klik disini
Pelepasan Remah ke 6 (episode 6) Klik disini
Pelepasan Remah ke 7 (episode 7) Klik disini
Pelepasan Remah ke 8 (episode 8) klik disini
Pelepasan Remah ke 9 (episode 9) klik disini
Pelepasan Remah ke 10 (episode 10) klik disini

ENAK!


Om ku rumahnya besar, jadi di bagian
belakang
dibangun kamar
kos2an 2 lantai, modelnya kaya ruko berderet atas dan bawah. Aku, yang tinggal bareng om ku, mendapat kamar di deretan kamar kos itu. Kamarnua
lumayan besar dengan
peralatan
standard,
ranjang besar, lemari pakean yang ada kaca di pintunya dan meja kerja. Setiap kamar dilengkapi
dengan Ac sehingga om ku bisa charge sewanya
lumayan tinggi. Juga dilengkapi dengan kamar mandi didalem, hanya berisikan shower, wc dan wastafel dengan kaca. Salah satu penghuni kosnya
ada orang Tasik, aku amnggilnya mah akang aja. Orangnya asik banget, suka ngajakin aku ngobrol. Dia manggil aku Ii, supaya ada baunya Sunda katanya.
Keluarganya
ada di Tasik, dia
sendiri kerja di Jakarta,
katanya
istrinya gak mo diboyong ke Jakarta, jadilah tinggal misah, anaknya yang sudah smp tinggal dan sekolah di Tasik,
bareng ibunya. Aku saat itu juga gak jauh beda dengan umur anaknya, baru brangkat gede banget. Om ku si gak perhatian ma aku, mungkin dia ngerasa dah nampung aku dirumahnya dah cukuplah. Ya gak masalah aku gak diperhatiin juga, yang penting kan aku bisa sekolah, cukup makan dan pakean. Aku dah trima kasi banget bahwa om
ku mau bayarin itu semuanya. Karena aku tinggal bareng orang2 dah dewasa gitu aku jadi cepet gedenya,
memang si di dadaku sudah tumbuh
tonjolan yang membusung,
pinggangku
ramping dan pantatku
membulat.
Kayanya si akang suka nelen liur kalo dia liat aku jalan, karena pantatku
ngegeol
ngikutin
langkahku,
palagi dia misah ma istrinya. DIa suka becanda vulgar ma aku, aku si nimpalin aja. Kupikir kan cuman ngomong aja, gak apa kan. Walaupun aku tau sorot pandangan si akang suka penuh napsu kalo ngliatin aku. Aku juga dah mengenal sex dari cowokku,
walaupun gak sering ada kesempatan
ngesex ma cowokku karena dia juga ada kerjaannya
diluar kota. Aku crita soal ini ma si akang karena dia nanya2in aku terus soal ngesex. Satu malem si akang manggil aku, "In, akang gak enak badan neh, bisa ngerokin gak". "Blon perna ngerokin si kang, tapi bole dicoba deh. Kalo gak enak ya maap ya". Aku masuk
kamarnya, ac gak dinyalain sehingga agak sumuk
dikamarnya. "Ac gak dinyalain, abis akang gak enak badan. Panas ya In". "Gak apa kang". Dia ngasi aku koin dengan obat gosok, kemudian
dia membuka kaosnya, hanya bercelpen aja. Aku duduk dibelakangnya
di ranjang dan mulai
mengoleskan
obat gosoknya segaris
dipunggungnya,
aku mulai mengerok.
"kurang kenceng
In". Aku menambah
tekanan
kerokan
dipunggungnya
sehingga gak lama kemudian tampak segaris merah. Dia melihat garis merah itu di kaca, "Kurang kenceng In, makanya cuma merah muda gitu". "Dah kenceng kang, ampe tangan Iin pegel". "Ya udah deh, gak apa ngerok segitu". Aku ngerokin berapa garis saja
trus dia bilang udahan, gak asik kali kerokan aku. "Cowokmu mana In". "Biasa kang, sibuk ma kerjaannya".
"Jablay dong kamu he he". Aku cuma tersenyum. "Akang kan juga jablay, dah lama
kan gak pulang ke Tasik". "Iya neh, kerjaan lagi
banyak2nya".
"Mangnya yang di Tasik gak nagih kang". "Ya mo gimana lagi, kerjaan
menuntut
akang disini, diajak pindah kemari gak mau". "Ya gak maulah kalo tinggal di kos2an kang". "Kan akang bisa kontrak rumah, perusahaan mo bantu biayanya kok". Aku gak komentar lebi lanjut,
perhatianku
tertuju pada sekeping dvd tanpa cover. "Film baru ya kang". "Iya tu, asik deh filmnya, bule ma abege sini". "Film apaan si?" "Biasalah film ah uh, dah pernah nonton blon". "Oo, udah kang". "Ma cowoknya ya". aku ngangguk. "Dah gitu maen film ndiri ya". "Abis napsu si kang
udahannya". "Mo liat ma aku gak". "NTar kalo napsu gimana kang". "Ya disalurin ja ma akang, kan kita jablay dah lama he he". AKu senyum ja mendengar
undangan
vulgarnya. Aku suka orangnya, biar dah 40an tapi ganteng dan atletis badannya. Dia rajin ngegym kayanya
sehingga
perutnya gak gendut macem om2 pada umumnya. Tanpa menunggu
persetujuanku,
dia masang dvd bokep itu. Tak lama kemudian nampaklah
dilayar kaca bule ma abege imut banget, kayanya si orang
sini. Settingnya dikolam renang sehingga
abegenya cuma pake bikini. Mereka ciuman, trus si bule mulai ngeremes toked abege yang masi imut itu, kemudian ditelanjangin.
Pentil dan memeknya
dijilatin, baru si bule buka celananya,
kontolnya gede panjang dikocok
dan diemut si abege,
seterusnya maen deh. Aku jadi panas dingin ngeliatnya,
napsuku mulai naek. Dia tau kalo aku dah mulai napsu. Dia mencium pipiku. “In kita malem ini asik ya”, katanya merayu. “Iya kang Iin juga udah kepingin ngerasain kon tol akang keluar masuk di no nok Iin. Abis terangsang
banget liat ni film", kataku. Tangannya
mulai meremes toketku dari luar kaosku, kayanya dia udah gak tahan napsunya
sehingga gak kasi kesempatan aku mandi lagi. Kupikir, ya abis dien tot aja mandinya.
Bajuku
dibukanya
sehingga aku hanya
mengenakan bra dan celana pendek saja. Tangannya
kembali
meremas2
toketku. Aku menggelinjang,
nikmat. Dia langsung
melepas kaitan braku sehingga terbukalah
toketku, siap untuk diremas dan diemut lebih lanjut. Pentilku
langsung
menjadi
sasaran,
diemutnya
sambil meremas toketku. “In, toketmu besar dan keras, napsuin deh, sering diremes ma cowok kamu ya ampe gede gini”, katanya sambil terus meremas dan mengisep
pentilnya.
"Segini masak gede si kang". "Ya
proporsional lah ma badan kamu, tapi napsuin banget".
Ritsluiting
celpenku
dibukanya, aku mengangkat
pantatku
sedikit supaya dia bisa melepaskan
celpenku. CD ku juga langsung dilepasnya
sehingga aku sudah
bertelanjang
bulet. Jembutku menjadi
sasaran
selanjutnya,
kemudian salah satu jarinya sudah
mengelus2
nonokku.
Otomatis aku mengangkangka
n pahaku sehingga dia mudah
mengakses
nonokku lebih lanjut. Aku makin
menggelinjang
diraba2 kaya gitu, apalagi di tempat2 yang paling sensitif di badanku.
Aku melepas celpennya,
segera
kontolnya yang besar, panjang dan sangat keras aku genggam dan kocok2. “Kang, gede banget si, panjang lagi. Apa muat di non0k Iin". "Ya muatlah,
mangnya kont0l cowok kamu kecil ya. diisep dong”, pintanya. Kepalanya
kujilat2
sebentar
kemudian
kumasukkan ke mulutku. Segera kekenyot pelan2, dan kepalaku mengangguk2
memasuk
keluarkankan
kontolnya di mulutku,
kenyotannya
jalan terus sambil meremas pangkal
kontolnya. Cara ngemut kaya gitu diajarin cowokku, kalo pangkal
kontolnya aku remes,
kontolnya jadi lebi keras lagi, palagi
kepalanya
sehingga makin sensitif. . “Ah, enak Nes, baru diisep mulut atas aja udah nikmat ya, apalagi kalo yg ngisep mulut bawah”,
erangnya
keenakan.
"Kamu kok pinter ngemut si, masi abege imut gini dah pinter banget, diajarin
cowok kamu ya". Aku
menggangguk
sambil terus mengenyot
kontolnya.
Tangannya terus
saja mengelus2 nonokku yang sudah basah karena napsuku sudah
memuncak. “In kamu udah napsu banget ya, no nok kamu udah basah begini”, katanya lagi. kontolnya makin seru kuisep2nya.
Tiba2 dia mencabut nya dari mulutku dan segera menelungkup
diatas badanku. kontolnya
diarahkan ke nonokku,
ditekannya
kepalanya
masuk ke nonokku. terasa banget nonokku meregang
kemasukan
kepala yang besar, dia mulai mengenjotkan
kontolnya
pelan, keluar masuk nonokku. Tambah lama tambah cepat sehingga
akhirnya
seluruh
kontolnya yang panjang ambles di nonokku. “Enak kang, kon tol akang bikin no nok Iin sesek, dienjot yang keras kang”, rengekku
keenakan.
Enjotan nya makin cepat dan keras, aku juga makin sering melenguh
kenikmatan,
apalagi kalo dia
mengenjotkan
kontolnya
masuk dengan keras, nikmat banget rasanya. Gak lama dienjot aku udah merasa mau nyampe, “Kang lebih cepet
ngenjotnya
dong, Iin udah mau nyampe”, rengekku. “Cepat banget In, akang
belum apa2", jawabnya sambil mempercepat
lagi enjotan kontolnya.
Akhirnya aku menjerit
keenakan “Kang, Iin nyampe kang, aah”, aku menggelepar2
kenikmatan. Dia
masih terus saja mengenjotkan
kontolnya
keluar masuk dengan cepat dan keras. Tiba2 dia mencabut kontolnya dari nonokku. “Kok dicabut kang, kan belum ngecret”,
protesku. Dia diem saja tapi menyuruh aku
menungging di pinggir ranjang, rupanya dia mau
gaya guk guk. Segera
kontolnya
ambles lagi di nonokku
dengan gaya baru ini. Dia berdiri sambil memegang
pinggulku.
Karena berdiri, enjotan
kontolnya keras dan cepat, lebih cepat dari yang tadi,
gesekannya
makin kerasa di nonokku dan masuknya
rasanya lebih dalem lagi, “Kang, nikmat”, erangku lagi. Jarinya terasa mengelus2
pantatku, tiba2 salah satu jarinya
disodokkan ke lubang
pantatku, aku kaget sehingga mengejan.
Rupanya
nonokku ikut berkontraksi
meremas kon tol besar panjang yang sedang keluar masuk, “Aah In, nikmat banget, empotan no nok kamu kerasa banget kalo dari balakang gini”, erangnya sambil terus saja mengenjot
nonokku.
Sementara itu sambil
mengenjot dia agak
menelungkup di punggungku
dan tangannya meremas2
toketku,
kemudian
tangannya
menjalar lagi ke itilku, sambil dienjot itilku
dikilik2nya
dengan
tangannya.
Nikmat banget dientot dengan cara seperti itu. “Kang, nikmat banget dientot sama akang, Iin udah mau nyampe lagi. Cepetan
enjotannya
kang,” erangku saking
nikmatnya. Dia sepertinya juga udah mau ngecret, segera dia memegang pinggulku lagi dan
mempercepat
enjotan
kontolnya. Tak lama kemudian, “Kang Iin mau nyampe lagi, kang, cepetan dong
enjotannya,
aah”, akhirnya aku mengejang lagi keenakan. Gak lama kemudian dia mengenjotkan
kontolnya
dalem2 di nonokku dan terasa pejunya ngecret
cret..cret..cret.
“Aah In, nikmat banget”, diapun agak
menelungkup
diatas
punggungku.
Karena lemas, aku telungkup diranjang dan dia masih menindihku,
kontolnya
tercabut dari nonokku. “Kang, nikmat deh, sekali enjot aja Iin bisa nyampe 2 kali”, kataku. “Iya”, jawabnya sambil
berbaring
disebelahku.
Aku memeluknya dan dia mengusap2
rambutku.
“Kamu pinter banget muasin lelaki ya In”, katanya lagi. Aku hanya tersenyum,
“Kang, Iin mau ke kamar mandi, lengket badan rasanya”,
akupun bangkit dari ranjang dan menuju ke kamar mandi. Selesai
membersihkan
diri, aku keluar dari kamar mandi
telanjang
bulat, kulihat siakang masi berbaring
diranjang.
Kulihat
kontolnya dah ngaceng lagi, wah hebat banget
staminanya. "In, aku pengen lagi deh, mumpung ada kesempatan ya In kita saling ngelampiasin
napsu". "Ya adalah kang, kan kita tinggal satu kos, tapi laen kali Iin maunya kita ngent0t di hotel ya kang, gak bebas kalo dikos, ntar ketauan si om bisa brabe Iin". "Bisa diatur", jawabnya. Aku tersenyum saja dan berbaring disebelahnya.
Dia segera mencium
bibirku dengan penuh napsu. kontolnya
keelus2 lagi. Lidahku dan lidahnya saling membelit dan kecupan bibir berbunyi saking hotnya
berciuman.
Tangannya juga mengarah
kepahaku. Aku segera saja mengangkangka
n pahaku, sehingga dia bisa dengan mudah
mengobok2
nonokku. Sambil terus mencium bibirku,
tangannya
kemudian naik meremas2
toketku.
Pentilku
diplintir2nya,
“Kang enak, Iin udah napsu lagi kang”, erangku. Tanganku
segera mengocok
kontolnya yang sudah keras banget.
Kemudian
ciumannya
beralih ke toketku.
Pentilku yang sudah mengeras segera
diemutnya
dengan penuh napsu, “Kang, nikmat Kang”, erangku. Diapun menindihku
sambil terus menjilati
pentilku.
Jilatannya
turun
keperutku,
kepahaku dan akhirnya
mendarat di nonokku. “Aah kang, enak banget”,
erangku. Aku menggeliat2
keenakan,
tanganku
meremas2 sprei ketika dia mulai
menjilati
nonokku dan itilku. Pahaku tanpa sengaja mengepit
kepalanya dan rambutnya
kujambak, aku mengejang lagi, aku nyampe sebelum
dientot. Dia pinter banget merangsang
napsuku. Aku telentang
terengah2,
sementara dia terus menjilati nonokku yang basah berlendir itu. Dia bangun dan kembali mencium
bibirku, dia menarik
tanganku
minta dikocok kontolnya. Dia merebahkan
dirinya, aku bangkit menuju selangkanganny
a dan mulai mengemut nya. “In, kamu pinter banget sih”, dia memuji. Cukup lama aku mengemut
kontolnya.
Sambil
mengeluar
masukkan di mulutku,
kontolnya
kuisep kuat2. Dia
merem melek keenakan.
Kemudian aku ditelentangkan
dan dia segera menindihku.
Aku sudah mengangkangka
n pahaku lebar2. Dia
menggesek2kan
kepala
kontolnya di bibir nonokku, lalu dienjotkan masuk, “Kang, enak”, erangku. Dia mulai mengenjotkan
kontolnya
keluar masuk pelan2 sampai akhirnya blees, kontolnya
nancep semua di nonokku. “In, nonokmu sempit banget, padahal barusan
kemasukan kon tol ya”, katanya. “Tapi enak kan kang”, jawabku terengah. Dia mulai
mengenjotkan
kontolnya
keluar masuk dengan cepat, bibirku
diciumnya.
“Enak kang, aah”, erangku keenakan.
Enjotannya
makin cepat dan keras, pinggulku sampe bergetar karenanya.
Terasa nonokku mulai
berkedut2, “Kang lebih cepet kang,
enak banget, Iin udah mau nyampe kang”, erangku. “Cepet banget In, aku belum apa. Akang lama an kalo ronde kedua gini", jawabnya. “Gak papa kang. Abisnya enak banget sih gesekannya”,
jawabku lagi. Enjotannya
makin keras, setiap ditekan masuk
kontolnya
ambles dalem banget rasanya. Itu menambah nikmat buat aku “Terus kang, enak”. Toketku diremas2 sambil terus
mengenjotkan
kontolnya
keluar masuk. “Terus kang, lebih cepat kang, aah, enak kang, jangan brenti, aakh…” akhirnya aku mengejang, aku nyampe, nikmat banget rasanya. Aku memeluk pinggangnya
dengan kakiku, sehingga
rasanya makin dalem
kontolnya
nancep.
nonokku
kudenyut2kan
meremas kontolnya
sehingga dia melenguh, “Enak In, empotan no nok kamu hebat banget, aku udah mau ngecret, terus diempot In”, erangnya sambil terus mengenjot nonokku.
Akhirnya
bentengnya
jebol juga. Pejunya ngecret dalam nonokku, banyak banget kerasa
nyemburnya “In, aakh, aku ngecret In, nikmatnya no nok kamu”, erangnya. Dia menelungkup
diatas badanku, bibirku
diciumnya.
“Trima kasih ya Nes, kamu bikin aku nikmat banget”. Setelah kon tolnya mengecil,
dicabutnya dari nonokku dan dia berbaring disebelahku.
Aku lemes banget
walaupun
nikmat sekali. Tanpa terasa aku tertidur disebelahnya. Aku terbangun sudah pagi, lemes setelah semalem dien tot 2 ronde. Dia masih tertidur disebelahku.
kontolnya
kuelus2,
kuremas pelan2, dan dia terbangun.
Begitu juga kontolnya.
“Sarapan
paginya ngen tot lagi ya In”, katanya
tersenyum.
kontolnya yang sudah mengeras kukocok2 biar tambah keras, ujung
kontolnya
kujilatin,
sekali2 kugigit pelan2. Dia merem melek keenakan, “Pagi gini udah nikmat, In”. kontolnya
kumasukkan
kemulutku,
kuemut2 dengan keras sambil kuremes pangkal
kontolnya,
kepalaku
mengangguk2
mengeluar
masukkan kontolnya di mulutku. Dia merubah posisi menjadi 69 dan mulai
menjilati
pahaku bagian dalem,
kemudian
jilatannya
mengarah
kenonokku. Aku gak tahan kalo itilku mulai dijilati,
apalagi diisep2, langsung aja nonokku
menjadi basah. “In, udah napsu lagi ya, no nok kamu udah basah banget”, katanya sambil mengkilik
itilku dengan jarinya. Aku menjadi
kelojotan
keenakan,
isepan ke kontolnya
menjadi brenti. “Kang, Iin udah pengen dientot lagi kang”, rengekku. Dia bangun, pahaku
dikangkangkan,
dan dia menempelkan
kepala
kontolnya di nonokku.
Kakiku
ditekuknya
kedada dan dia mulai
menancapkan
kontolnya ke nonokku.
“Masukin
semuanya kang, biar nikmat", erangku
terengah2. Dia mulai nancep kontolnya
dalam sekali di nonokku. Dia terus
mengenjotkan
kontolnya
keluar masuk. Aku merintih2 keenakan,
“Kang, nikmat banget kang, terus kang, enjot yang keras”. Tiba2 dia menarik
kontolnya
sehingga
tinggal
kepalanya yang terjepit
dinonokku,
kontolnya
hanya
digerakkan
pelan. Aku jadi blingsatan,
“Masukin lagi dong kang, akang nakal ih, ayo dong kang dimasukin
semua lagi”, rengekku. Tiba2 dia
mengenjotkan
lagi kontolnya sehingga nancep
semua, “Aakh, enak banget kang”. Belum hilang rasa enaknya, dia sudah menarik kontolnya
sehingga
tinggal
kepalanya saja yang nancep di nonokku,
digerak2kan
pelan sampai aku mulai merengek2 dan tiba2
dienjotkan lagi sehingga nancep
semuanya di nonokku.
Berulang2 dia melakukan cara itu sehingga akhirnya aku nyerah duluan, “kang masukin semuanya kang, Iin nyampe, aakh”, aku mengejang,
nonokku terasa meremas2
kontolnya. Aku terengah2
keenakan, dia mulai lagi mengenjotkan
kontolnya
keluar masuk nonokkui. Aku menggeliat2
keenakan, tak lupa nonokku kekejang2kan
untuk
mengempot
kontolnya,. Dia pun meringis keenakan,
“Terus diempot In, nikmat banget”. Tiba2 dia berhenti
mengenjotkan
kontolnya, aku dipeluknya dan dia berguling sehingga
sekarang aku yang diatas. Segera aku yang ambil alih komando,
pantatku
kuenjotkan
keatas kebawah, mengocok
kontolnya yang masih perkasa. Gantian aku memaju
mundurkan
pantatku,
kemudian
pantat kuputer sehingga dia meringis
keeanakan
karena
kont0lnya serasa
diplirit ma nonokku.
Toketku yang berguncang2
seirama naik turunnya
pantatku
diremas2nya
dengan gemas, pentilnya
diplintir2nya
sekalian. “Ngen tot gaya apa aja sama akang, sama nikmatnya ya kang”, kataku sambil
mempercepat
enjotan
pantatku. “In, aku udah pengen ngecret In, kita berbalik lagi ya”, katanya sambil memelukku
kembali dan berguling
sehingga
sekarang dia yang diatas kembali. Dia mulai
mengenjotkan
kontolnya
keluar masuk dengan cepat dan keras, aku makin
terengah2
keenakan, “terus
kang, Iin udah mau nyampe lagi, bareng lagi ya kang”, kataku.
Akhirnya
kembali aku mengejang2
nyampe,
sehingga
nonokku
kembali
meremas2 kontolnya.
Diapun gak bisa bertahan lagi, sambil
mengejotkan
kontolnya
dalem2 dia ngecret, “In, enak In, aakh”. Pejunya kembali berhamburan
dinonokku. Aku heran juga kayanya stok pejunya gak ada batesnya, setiap ngecret selalu keluarnya
banyak. Setelah selesai
semuanya, kami kembali
membersihkan
diri dikamar mandi.


hey semuanya, salam kenal, buat kalian-kalian yang suka serial kisah sesama yang masih original seperti Cowok Rasa Apel yang sudah sampai sesi ke 3, silahkan cicipi "Serial Pelepasan" dengan jalinan kisah sesama lelaki dewasa dengan rasa yang berbeda, terimakasih banyak :)
pelepasan remah 1 (episode 1)
Pelepasan Remah ke 2 (episode 2) Klik disini
Pelepasan Remah ke 3 (episode 3) Klik disini
Pelepasan Remah ke 4 (episode 4) Klik disini
Pelepasan remah ke 5 (episode 5) klik disini
Pelepasan Remah ke 6 (episode 6) Klik disini
Pelepasan Remah ke 7 (episode 7) Klik disini
Pelepasan Remah ke 8 (episode 8) klik disini
Pelepasan Remah ke 9 (episode 9) klik disini
Pelepasan Remah ke 10 (episode 10) klik disini

Aku di Perkosa O'om Ku Sendiri


Saat itu aku berusia 16 tahun. Keluargaku tinggal di sebuah daerah
di Jawa Tengah. Kami memang bukan orang kaya raya, tapi
setidaknya kami hidup berkecukupan. Aku berkeinginan untuk
melanjutkan sekolah SMU ku di Jakarta. Pada awalnya orang tuaku
menolak, alasannya karena mereka menganggap hidup di Jakarta
sangatlah sulit. Namun tekadku sudah bulat. Akhirnya aku
berangkat dengan kereta menuju Jakarta. Perjalanan sehari
semalam ini memang membuatku pegal walaupun kereta cukup
nyaman. Aku sulit memejamkan mata karena terus-menerus
membayangkan gemerlapnya Jakarta. Namun niatku bukan untuk
bersenang-senang, aku mau belajar, menuntul ilmu setinggi-
tingginya.
Akhirnya kereta tiba di stasiun Gambir, kira-kira pukul 11 siang.
Ternyata Jakarta sangat terik! Ini memang bukan pertama kalinya
aku ke Jakarta. Pernah beberapa kali sebelumnya aku ke kota ini
untuk keperluan keluarga dan liburan. Tapi kali ini aku pergi sendiri.
Dengan berbekal catatan rute angkutan umum, aku beranikan diri
untuk mencari bus kota. Supir taksi dan ojek pun bertubi-tubi
menawarkan jasa. Aku mau irit sajalah, lagipula hanya 2 kali naik
bus, bisa lahh…
Bus melaju ke selatan Jakarta, tempat dimana tante dan om ku
tinggal. Jalanan cukup lancar siang itu, jam 1 aku sudah tiba di
rumah mereka. Tante dan om menyambut dengan ramah. Aku
langsung diantar ke kamar tamu. Mereka sudah memiliki anak
berumur 3 tahun. Rumah ini memang tidak terlalu besar, namun
cukup nyaman untukku. Hari itu kuhabiskan waktu untuk
bermain-main dengan Dipo, anak tante dan omku.
Hari-hari sekolah sudah dimulai, ini adalah tahun ajaran baru, dan
aku duduk di kelas 1 SMU. Suasana belajar disini tidak seperti di
kampung. Disini lebih ramai dan alat praktikumnya juga lebih
lengkap. Aku sangat bersemangat sekali sekolah. Uang jajan rutin
dikirim orang tuaku. Aku mengakali uang jajanku supaya bisa
tersisa banyak karena ngga mungkin aku minta uang tambahan
pada tante dan om ku. Masa' udah numpang, minta uang pula…
Setiap hari aku juga membantu pekerjaan rumah. Hal ini ngga aku
kerjakan dengan terpaksa, karena ini juga bentuk terima kasih
kepada mereka. Begitulah, setiap harinya kegiatanku, berangkat
sekolah pagi-pagi, pulang jam 4 sore, bantu-bantu pekerjaan
rumah. Bila ada keperluan diluar, aku usahakan untuk tidak pulang
terlalu malam.
Kira-kira sudah 6 bulan aku tinggal disini. Dan mulai hari itu lah
banyak kejadian yang menimpa diriku. Tanteku kini mempunyai
usaha tempat makan yang buka dari jam 5 sore sampai jam 1
malam. Hampir setiap ku pulang sekolah, aku tidak bertemu
tanteku karena dia sudah harus berada di tempat makan tsb jam
setengah 5. Jadi aku hanya akan bertemu dengan om ataupun
Dipo, itu juga kalau Dipo ngga ikut pergi dengan tanteku. Pernah
suatu ketika saat ku pulang sekolah, saat berganti baju di kamar,
omku tiba-tiba membuka pintu. Aku kaget dan reflek menutup
tubuhku yang hanya memakai bra dan cd. Dan dia langsung
bilang maaf dan pergi menutup pintu.
Hari-hari selanjutnya kadang ku memergoki om yang sedang
melihat paha ataupun toketku. Bajuku di rumah juga ngga
menggoda. Kaos dan celana pendek ataupun daster selutut. Suatu
malam, om meminta tolong memijit punggung dan kakinya,
katanya terkilir. Awalnya aku agak ragu, namun aku ngga mau
dibilang membantah. Posisi om sudah tengkurap di atas karpet.
Aku pijit bagian punggungnya walaupun aku sendiri sebenarnya
tidak tau bagaimana cara memijit yang benar.
"Aahh, enak banget pijitanmu, Vie.. Coba ditekan lebih kuat lagi
dong"
Aku menurut saja.
"Pinggang om juga pegal, Vie, tolong bagian situ lebih lama yah"
Tanganku turun ke bagian pinggannya. Ku pijat dengan 2 tangan
dan ditekan lebih keras.
"Enak banget, Vie, Kayaknya pinggang om udah ngga sakit lagi
deh, kamu emang pintar.. Sekarang pindah ke betis dan paha om
yah! Udah pegel bgt nih."
"Ya om," jawabku.
Pertama-tama ku pijat bagian pergelangan kakinya. Lalu pindah ke
betisnya, turun lagi ke bagian pergelangan kakinya, bergitu
berulang-ulang. Om memakai celana yang aga pendek setengah
paha.
"Udah, Vie, sekarang yg bagian paha yaa"
Lalu kupijat bagian paha, sesuai kata om.
"Mmmmhhh mmmhh"
Berulang-ulang om mengaluarkan suara seperti itu.
"Sakit ya, om?
"Ngga kok, Vie, justru enak banget malah! Coba keatasan dikit,
Vi.."
"Disini?"
"Naikan lagi dikit"
"Disini?"
"Iyaaa, enak bgt itu, Vi!"
Aku memijit paha bagian dalam, dekat sekali dengan
selangkangannya om.
Sejujurnya jariku sudah mulai pegal, namun om belum minta
berhenti, malah sepertinya dia keenakan.
Tiba-tiba dia membalikkan badan, lalu meminta aku memijat
pahanya yg bagian depan.
Kulihat sedikit basah di celana om. Tapi aku pura-pura ngga
melihat saja.
"Ayo pijat, kok malah bengong?"
"Ehhh ohh iya… Hehehe"
Sambil kupijat pahanya, kulihat om merem melek dan
mengeluarkan suara desahan yg pelan.
"Vi, kamu punya pacar?"
"Loh kok nanya ky gitu om?"
"Yaa nanya ajaaa, ngga mungkin kan anak seumuran kamu ngga
punya pacar. Tenang aja, om ga akan bilang sapa-sapa."
"Mmmm ya ada sih om."
"Terus kamu pernah ngapain aja sama pacar kamu?"
"Maksud om?
"Ahhh kamu pura-pura ngga ngerti! Apa pernah ciuman, atau
apa? Sejauh mana gitu lohh maksut om."
"Ehh mmm yaa biasa aja sih, om, cuma ciuman aja, sama
pegang-pegang aja."
"Hahaha om ngerti…"
Malam itu sesi pijitnya selesai sampai disitu. Begitulah hampir
setiap malam om memintaku untuk memijitnya. Kalau pulang
sekolah, kadang om suka memberi uang saku untukku, tidak
dikasi ke tanganku, tapi langsung ditaro di kantong bajuku.
Jarinyanya kadang digerakkan dengan sengaja saat didalam saku
baju, sehingga mengenai pentilku. Bagiku, uang 100ribu sangatlah
banyak.
Suatu hari, aku pulang agak malam. Jam 8 aku tiba di rumah.
Hanya ada om sedang menonton tv.
"Dari mana kamu?"
"Oh.. Aku abis dari nonton sama temen-temen, om."
"Yawda sana cepet mandi, abis ini pijitin om ya"
"Iya"
Aku menutup pintu kamar dan agak sedikit sebel karena akupun
lelah, tapi masih saja harus memijit. Kulepaskan kancing bajuku
satu persatu. Kuturunkan risleting rokku. Kini hanya bra dan cd
saja yang menempel di tubuhku. Ku tatap tubuhku di cermin
besar. Sebenarnya aku pulang malam karena tadi pacaran dulu.
Kubuka kaitan bra, dan kutekan-tekan toketku perlahan. Ahh,
toketku agak sakit karena tadi pacarku meremasnya dengan
kencang. Pentilku juga sepertinya jadi lebih mancung akibat
hisapan tadi.. Kuperhatikan bekas gigitan pacarku di samping toket
kiri. Kuremas toketku perlahan dengan kedua tangan. Ahh
nikmatnya… Andaikan pacarku bisa melakukan ini setiap hari.
Kuperhatikan ekspresi wajahku saat ku remas toket ini. Kujepit
perlahan pentilnya. Sungguh nikmatttt…
Tiba-tiba om membuka pintu! Sial!!! Aku memang lupa
menguncinya! Dengan gelagapan kurain kemeja untuk menutupi
badan.
"A.. aaa… Apaan sih om?! Kok ngga ngetok pintu dulu sihh?!"
Suaraku bergetar, aku sangat ketakutan. Terlebih lagi sekarang aku
hanya pakai cd dan om melihatku penuh napsu.
"Ngga, om cuma pengen manggil kamu aja, kirain kamu
ketiduran."
"Ngga kok om, a.. aku inget, nanti ya a.. a aku mau mandi dulu!"
Suaraku makin bergetar, om tau kalau aku sangat ketakutan.
Namun dia ngga beranjak dari pintu kamarku, malah melihatku
semakin lama dengan matanya yang penuh napsu. Senyumnya
terlihat licik!
Lalu dia melangkahkan kakinya kearahku.
"Ma mau apa?!"
"Vi, kamu terlihat cantik deh kalo ga pake baju. Om suka
ngeliatnya.."
"Ng nggak!! Sana pergiii!!!"
Aku lempar segala yang ada di atas tempat tidurku. Tas, jam
tangan, bantal, rok. Sulit sekali melempar barang-barang tersebut
sementara tangan kiriku mempertahankan kemeja seadanya yang
menutupi tubuhku.
"Sssh, Vi, jangan galak gitu doong"
Tiba-tiba dia menangkap tanganku, aku berontak sekuat tenaga,
namun tetap saja aku kalah tenaga bila dibandingkan dia. Lalu dia
memegang tanganku yg satu lagi. Kemejanya kini tersibak,
toketku menggantung bebas dan dia tertawa. Tubuhku dihempas
ke tempat tidur sementara tangannya memegang tanganku. Dia
menciumiku dengan paksa, aku berontak, kupalingkan wajahku ke
kanan kiri. Dia menggigit kupingku dan aku tetap melakukan
perlawanan.
PLAKKKKK….!!!
Sebuah temparan keras mendarat dipipiku. Perih sekali rasanya.
"Diam!!! Atau setelah ini om tampar lagi pipi kamu! Kalau masih
ngga mau diam, om sundut toket kamu ini pake rokok!!!"
Aku hanya bisa menangis.
"Ampun omm, jangannnn…. Jangan…"
Namun ngga digubrisnya, dia menciumi bibirku, memasukkan
lidahnya. Menciumi telingaku, menjilatnya sampai basah.
Ciumannya turun ke leher, digigitnya kecil-kecil. Aku ngga
sanggup meronta lagi, tanganku dibekap. Lalu dia berhenti
menciumiku.
"Toket kamu bagus banget, Vi. Om suka. Pacar kamu pasti
pernah ngemut toketmu kan? Tadi aja om liat kamu remas-remas
toketmu sendri! Sekarang om kasi yang lebih enak tapi jangan
melawan ya! Ingat, kalo kamu melawan, om sundut kamu pakai
rokok!"
Perlahan tanganku dilepasnya. Lalu dia mengelus-elus dadaku
sampai ke perut.
"Jangan, om… Plisss…"
Tangisku memang sudah berhenti, hanya tersisa sesengukan.
namun kata-kataku pun sepertinya ngga akan menghentikan om
sialan itu.
Tangannya mulai meraba-raba kedua toketku. Diremas-remasnya
dengan kencang, sambil dicium-cium. Pentilku dimainkan dengan
lidahnya, dihisap, lalu dimainkan lagi dengan lidahnya.
"Ahh…"
Aku tak sengaja mendesah.
"Tuh kan!! Om bilang juga apa, pasti enak kan!"
Lalu dia lanjutkan lagi kuluman pentilnya.
Sungguh, hisapan om memang lebih enak dibandingkan pacarku.
Pentilku dipelintir dengan kedua jarinya, dijepit, ditarik-tarik.
Walopun sedikit sakit, tapi enak.
"Nahh sekarang kamu isep punya om nih!"
"Ta tapi Vi belom pernah ngisep 'itu' om! Vi takut"
"Sini om ajarin ya"
Lalu dia turunkan celana pendeknya. Om ngga pakai celana dalam,
jadi penisnya langsung menyembul keluar. Aku kaget, dan
merasa aneh dengan bentuknya. Baru kali ini aku melihat penis
cowo secara langsung. Biasanya hanya lewat film porno.
Om menuntun tanganku untuk mengocok batang penisnya. Maju
mundur. Lalu mengarahkan ujung penisnya kebibirku.
"Emut ini, tapi jangan sampe kena gigi."
Aku emut ujung penisnya perlahan, kurasakan cairan asin keluar
dari situ.
"Ahhh ya bener, Vi, enak banget! Coba masukin lebih dalam lagi!"
Ku masukkan batang penis lebih dalam lagi ke mulut sambil
kukocok batangnya. Kulihat om merem melek saat kulakukan itu.
Kepalaku didorong maju mundur olehnya. Kadang juga badannya
yang bergerak maju mundur. Lalu om memasukkan penisnya
jauh kedalam mulutku, rasanya sampai ke kerongkongan, aku
terbatuk-batuk, ku dorong pinggulnya menjauh dari mukaku.
"Hahaha.. Keselek ya, Vi? Tapi yg barusan itu enak banget loh,
lama-lama juga kamu terbiasa!"
"Udah, om. Vi ngga mau lagi.." Aku mulai menangis lagi.
"Ngga!!! Udah tanggung nih, om mau jilat memek kamu Vi!"
"Jaa jangan…"
belom sempat kuberontak, om sudah mendorong badanku
hingga terjatuh di tempat tidur. Kakiku digeser ke pinggir tempat
tidur, dia mulai menciumi perutku, lalu menciumi celana dalamku.
Aku coba menahan kaki untuk rapat, tapi percuma saja, pahaku
ditahan oleh kedua tangannya.
Dia mulai lagi menciumi, menjilat dan menggigit vaginaku yang
masih tertutup celana dalam.
"Aaahh oohh jang jangan ommmmm…"
Tapi dia terus menggerakkan bibirnya di vaginaku.
Sekarang jarinya meraba-raba celana dalamku yang sudah basah.
"Celana kamu udah basah tuh! Enak ya? Bentar lagi om kasi yang
lebih enak!"
"Nggaaaaa!!! Jangaannn ommm!! Pliisssss!!!!"
Tapi jarinya udah menggelitik bagian klit ku. Walopun masih
tertutup cd, rasanya seperti nyata.
Klit ku ditekan-tekan, kadang digerakan seperti gerakan
menggaruk.
"Uhhh om.. Udahhhhh!!! Pliissss!"
Kakikuu dibukanya makin lebar. Kepalanya berada diantara
selangkanganku. Jarinya masih bermain di klitku. Lalu dia berhenti,
berdiri, menyuruhku bangun dengan posisi duduk. Dia pindah
duduk dibelakangku. Dadanya menempel di punggungku. Diciumi
pundakku, tangan kanannya meremas payudaraku dan tangannya
satunya memainkan klitku.
"Gimana, Vi? Enak kan? Kamu kaya gini juga ngga ke pacarmu?"
Bibir om tepat di telingaku, aku ngga tau mau jawab apa, rasanya
cuma desahan pelan yang keluar dari mulutku.
Lalu tangannya masuk kedalam celanaku.
"Wah, kamu udah becek banget, Vi. Enak nih, licin!"
Tangannya berputar-putar di vaginaku, sesekali menyentuh klit.
Aku mendesah agak keras saat jarinya menyentuh klit. Om
menyadari itu, lalu dengan sengaja, dia mainkan jarinya di klitku
sementara tangan satunya lagi memilin pentilku dengan cepat.
"Ahhh om.. U udah udahhh!!!"
Tapi gerakan jarinya makin cepat di klitku. Ku rasakan darahku
mengalir sampai ke ubun-ubun. Aku ngga tau perasaan apa ini.
Sangat aneh tapi enak sekali. Jarinya bergerak makin cepat dan
ditekan semakin dalam. Sektika aku merasakan sesuatu yang aneh
yang membuat seluruh tubuhku mengejang.
"Ahhh om!!! Apaan ini!!!"
"Nikmatin aja, Vi, ini pasti bakalan enak banget kok, percaya deh
sama om!"
Ternyata benar, seketika itu tubuhku mengejang, kurasakan
denyutan di klit dan diseluruh tubuhku.
"Ommm udah, udah!!! St stoppp!"
"Gimana? Enak kan?"
Aku ngga menjawab, seluruh tubuhku masih terasa ngilu.
Lalu om bangun dari tempat tidurku, dia berlutut diantara kedua
kakiku. Diturunkan cdku perlahan. Toketku dan pentilku diciumi
sambil melepaskan cdku.
Sekarang aku benar-benar telanjang di depan omku. Aku lihat dia
berdiri dengan penis yang tegak. Dia memuji-muji tubuhku sambil
mengocok penisnya. Vaginaku diusap-usap sambil sesekali
memainkan klitku yang masih ngilu karena orgasme tadi. Lalu dia
jilat-jilat vaginaku. Lidahnya masuk kedalam lubang vaginaku.
"Jangan!!! Jangan dimasukin om!! Plisss"
Tapi lidahnya terus masuk kedalam vaginaku, membuat sensasi
geli dan enak, tapi aku juga takut. Takut kalo selaput daraku akan
sobek karena jilatan itu. Lidah nya terus menari-nari di liang
vaginaku. Sepertinya banyak sekali cairan yang aku keluarkan, tapi
om ngga peduli, dia jilat habisss semua cairanku. Jarinya semakin
menggila memainkan klit ku. Dan aku mendapatkan orgasme
yang kedua.
"Ahh ommm, ahhhhhh uhhh"
Ngga ada lagi kata yang bisa kuucapkan selain desahan. Vaginaku
berkedut hebat seiring detak jantung. Klitku terasa ngilu sekali.
"Vi, kalo kamu orgasme kaya tadi, bikin memek kamu makin
lebar. Sini om kasi yang lebih enak lagi dibanding yang barusan!"
"Ja jangan om! Vi masih perawan, Vi ngga mauu!!! Ja jangannn
om!!!"
Aku meronta sekuat tenaga.
PLAKKKK…!!!
Tamparan mendarat di pipiku. Ini lebih perih dari yang pertama.
Aku cuma bisa menangis, saat om menggesek-gesekkan
penisnya di bibir vaginaku. Aku coba merapatkan paha namun
sia-sia. Kalah tenaga.
Perlahan-lahan kepala penisnya menerobos bibir vaginaku.
"Ssss sa sakitttt ommm!!! Sakitttt!!!"
Om ngga peduli. Dia tetap mendorong penisnya. Ku cengkram
lengannya kuat-kuat. Sedangkan tanga satunya lagi mencengkram
sperei yang sudah berantakan.
Perih dan sakit sekali saat ujung penis itu masuk walaupun
perlahan.
"Liat nih, Vi, kepala ****** om udah masuk!"
Aku ngga mempedulikannya. Aku cuma meringis menahan sakit.
Om masih berusaha memasukan penisnya, kulihat batang
penisnya berlumuran darah namun ngga begitu banyak. Aku tau,
itu darah perawanku. Air mataku mengalir karena ku menyesali
kenapa harus kehilangan keperawananku dengan cara seperti ini.
Penis om masuk semaik dalam. Kurasakan penisnya berhimpitan
dengan tulang-tulang dalam vaginaku. Lalu penisnya digerakkan
mundur perlahan, lalu bergerak maju, begitu seterusnya.
Sungguh, aku ngga merasakan nikmat. Hanya sakit yang
kurasakan.
"Uhh.. Sssaakittt ommm!! Pe pelannn pelllannn..."
Penisnya bergerak maju mundur, dan sesekali dia tegangkan
penisnya sehingga membuatku mendesah lebih kencang. Kedua
pentilku sambil dipelintir dengan tangannya dan penisnya bergerak
maju mundur. Kali ini sedikit lebih cepat. Kulihat om mengeluarkan
desahan yang semakin kencang. Dagunya terangkat dan matanya
terpejam.
"Aaahh, Vi… Om mau keluar nih… Ahhhhh"
Aku mengerti kalau om sudah akan ejakulasi.
Dia cabut penisnya dan air mani bermuncratan ke perutku.
Rasanya hangat. Om masih mengocok batang penisnya yang
berlumuran darah.
"Aahhh Vi, memek kamu eennnnakkkk banget, peju om sampe
keluar benyak banget kan tuhh… Coba kamu jilat peju om dehâ
€¦"
Lalu om menuntun jariku, mencolek peju yang berlumuran diatas
perutku.
"Coba buka mulutnya"
Jari ber-peju itu ditempel ke lidahku.
"Gimana rasanya?"
"Anehh om, ngga enak ah"
"Hahaha kamu nanti lama-lama bakal ketagihan loh! Dah sana
kamu mandi. Sepreinya dicuci, tuh darah perawan kamu tumpah-
tumpah. Inget ya, Vi, jangan bilang siapa-siapa. Kalo ngga, badan
kamu yg bagus ini bakalan kena sundut rokok, mungkin juga lebih
dari itu."
Aku cuma diam.
Saat itu cuma ada dendam terhadap om ku.
Begitulah setiap harinya, hampir setiap malam kalau tante dan
Dipo ngga ada dirumah, aku jadi budak napsu om bejat itu.
Permintaannya pun semakin aneh-aneh. Kadang dia ikat tangan ku
dan menyumpal mulutku dengan celana dalam yg kupakai lalu
badanku dilumuri lelehan coklat dan dia jilat seluruh badanku.
Pernah pentilku dijepit dengan jepitan jemuran dan lubang
vaginaku dimasukkan vibrator selama 3 jam, lalu aku disuruh
melakukan tarian erotis.
Salah satunya kejadiannya seperti ini...
Suatu hari tante ada keperluan di luar kota selama 3 hari. Di rumah
hanya tinggal aku, om dan Dipo. Setiap malam selama 3 hari itu,
om selalu menyelinap ke kamarku. Aku yang sedang tertidur tiba-
tiba merasakan ada tangan yang menyelinap kebawah dasterku.
Jari-jarinya masuk, dikocoknya g-spotku sampai aku orgasme.
Aku memang ngga pernah memakai bra dan cd saat tidur jadi
membuatnya semakin mudah saja. Ternyata om sudah
menyiapkan 'peralatan' untuk menyiksaku. Dia telanjangi aku dan
menyumpal mulutku dengan celana dalamnya. Lalu tanganku
diikat ke teralis jendela. Kaki ku diikat ke ujung kaki tempat tidur
sehingga tubuhku membentuk huruf X. Lalu om keluar kamar dan
kembali dengan membawa plastik hitam. Dia mengeluarkan
jepitan jemuran. Jepitan jemuran diarahkan ke pentilku.
"Jaangan om! Itu pasti sakit!! Ja….."
Suaraku terdengar tidak jelas karena disumpal
Jlepppp!!!!
Jepitan jemuran itu kini sudah menjepit pentil kiriku.
"Ahhhhhhh.. sakiiittt! Ampunn omm!!!!"
Jlepppp!!!
Kini pentil kananku juga dijepit dengan jepitan jemuran.
Dia tersenyum melihat ekspresiku yang kesakitan.
Rambutku dijambak dan diciumi sambil meremas-remas toketku
yang menegang.
"Kamu udah jadi budakku! Kamu harus nurut!"
Sekarang dia meraih tas plastik hitam yang tadi dibawa.
Ada kain panjang berwarna hitam lalu dia lilitkan dikepalaku,
menutupi mata.
Sekarang aku ngga bisa lihat apapun.
Lalu terdengar bunyi sesuatu yang dikeluarkan dari tas plastik. Aku
ngga tau apa itu. Om cuma tertawa pelan.
Benda itu mengeluarkan suara getaran.
Zzzzzz zzzzz zzzzz
Ahh! Tidaaakk!! Itu pasti vibrator!
Kukerahkan tenaga ku untuk melepaskan tali yang mengikat dan
tiba-tiba vibrator itu berada di bibir vagina. Bergetar di klitorisku,
ditekan dengan kuat disitu dan akhirnya aku orgasme.
Om tertawa melihatku orgasme karena vibrator itu. Lalu dia
masukkan kedalam vaginaku. Speednya pun bertambah makin
cepat. Vaginaku dikocok dengan vibrator. Sensasinya memang
luar biasa apalagi kalau dilakukan dengan cepat.
"Mmmmhhh!!! Mmmhhh!!"
Eranganku tidak terdengar jelas saat vibrator itu dicopot dan
diletakkan di penjepit jemuran yang kini menjepit pentilku. Lalu
dimasukkan lagi ke vaginaku.
Tak lama kemudian aku pun orgasme. Kakiku mengejang dan
tubuhku ahirnya terkulai lemas. Namun om tetap membiarkan
vibratornya didalam vaginaku
"Tenang Vi sayang, aku akan menaruh vibrator ini selama 5 jam
di dalam memek kamu."
"Aahh!!! Ngga!!! Ngga mau!!! Dasar bajingan!!! Sialan!!!"
Walau suaraku tidak terdengar jelas, aku yakin om tau
perkataanku.
Namun dia diam saja disampingku sambil meraba toketku.
Terdengar suara plastik diambil, sepertinya om mengambil
sesuatu lagi didalam situ.
"Vi, aku masih punya 1 lagi nih!"
Ternyata masih ada 1 lagi vibrator. Lalu dia nyalakan dan dia
tempelkan vibrator itu di penjepit jemuran yang kini menjepit
pentilku.
Aku rasakan sensai geli dan sakit secara bersamaan.
"Gimana, Vi? Yang ini pasti lebih enak."
Tak lama kemudian aku orgasme hebat karena vibrator dalam
vaginaku. Dan itu berlangsung selama 5 jam. Entah berapa
orgasme yang kudapatkan, pastinya lebih dari 10 kali.
Sudah jam 5 subuh. Om melepaskan penutup mataku. Kulihat dia
telanjang dengan penis yang tegak.
"Vi, om udah napsu banget dari 5 jam lalu waktu om siksa kamu.
Sekarang gantian ****** om yang masuk situ yah."
Kontolnya dimasukkan maju mundur dengan gerakan cepat,
dihentakkan dalam-dalam dan jarinya memainkan klitorisku. Aku
pasrah karena tak ada lagi tenaga yang tersisa.
"Aahhh, Viiiii, om mau keluar nihhhh… Aaaahh…"
Lalu buru-buru dia cabut penisnya dan dilepaskan celana dalam
yang menyumpal mulutku. Dia masukkan dalam-dalam penisnya
yang berdenyut itu. Cairan hangat menyembur ke dalam
kerongkonganku. Aku sampai tersedak karena banyak sekali peju
yang dikeluarkan.
Ngga semuanya aku telan, ada yang aku keluarkan karena aku
mual. Lalu om membasuh mukaku dengan pejunya yang tumpah
dari mulutku.
Penisnya yang masih belepotan peju dilap ke toketku. Dia
tersenyum puas. Puas karena sudah semalaman mengerjai aku.
"Makasih ya, Vi sayang…"
Lalu dilepaskan tali yang mengikat tangan dan kakiku. Setelah
vibrator tsb diambil, dia pergi begitu saja dari kamar.
Dan kini sudah 3 tahun aku tinggal bersama mereka. Aku pun
memutuskan untuk kuliah di Bandung. Kelakuan bejat om ku
selama ini sepertinya tidak diketahui oleh tanteku. Om
menyayangkan keputusanku untuk kuliah di Bandung. Dia bilang
kalau aku memutuskan untuk kuliah di Jakarta, dia mau
membantu biaya kuliahku. Cih! Aku tau betul maksud kata-katanya
itu. Tapi keputusanku sudah bulat.
Kini aku kuliah di Bandung, di kampus incaranku. Kebetulan juga
aku mendapat beasiswa disini. Hal-hal yang terjadi di masa lalu
membuatku tegar dan menjadikan ku orang yang berbeda. Kini
aku menjadi liar untuk urusan seks. Aku suka sekali menyiksa
pasangan seksku. Mendengarkan jeritan dan melihat ekspresi
ketakutan mereka membuatku semakin bergairah. Jadi, inilah aku
yang sekarang.