Monday, January 11, 2016

Diperkosa Ayahku Sendiri


Namaku Teguh. Baru saja aku pulang dari makan-makan bersama teman-teman SMP merayakan
ulang tahunku yang ke 25. Tiba-tiba teringat satu kisah. Ini ceritaku dan
terjadi sepuluh tahun yang lampau. Waktu itu aku masih bocah yang ingin tahu
segalanya.


Ibuku adalah pengurus dharma wanita yang sibuk ditambah sebagai pejabat di
beberapa yayasan. Ayahku adalah ayah tiri yang menikahi Ibu saat aku berumur 5
tahun. Aku memanggilnya Papa. Ayahku orang yang ganteng dan berwibawa. Meskipun
dengan Ibu tidak memiliki keturunan, namun beliau tidak menceraikan Ibu. Sadar
diri kalau dia yang mandul. Aku anak bungsu dari 4 bersaudara. Kakakku wanita
semua dan pada saat itu kakakku sudah tidak tinggal di rumah. Dua orang sudah
menikah sedang kakakku tepat di atas sedang kuliah di Jawa.


Menjadi anak tunggal di rumah ada enak dan tidak. Ayahku sangat sayang dan
memanjakanku. Kalau dia mendapat rejeki dia selalu membelikan apa saja yang
kuminta. Aku mendapat TV dan VCD di kamarku sendiri. Justru ibu kandungku yang
sering protes. Memang efeknya aku jadi jarang belajar dan agak bandel. Meskipun
demikian ibuku tidak bisa berkutik karena tiap semester aku selalu berada dalam
10 besar terbaik meskipun bukan yang nomer 1.


Aku sering mendapat pinjaman VCD bokep dari teman-teman SMP kadang bahkan anak
SMA kenalanku.  Aku menonton di komputer di kamarku. Alasanku lebih mudah
diklik dan aman. Orangtuaku jarang  di rumah.


Namun hari itu aku benar-benar ceroboh atau mungkin sial. Hari itu aku
tidak  menonton bokep di komputer tetapi di VCD. Aku ingin gambar yang
lebih lebar, pikirku.


"AlGuh!!" tiba-tiba ayahku sudah di dalam.


Mati aku! Kok bisa masuk? Padahal... ah aku lupa mengunci pintu. Untung saja
aku tidak sedang onani. Tapi tetap saja gambar orang yang sedang bersanggama
tidak bisa hilang sekali klik. Mana remote entah kemana lagi... Aku panik. Aku
tidak cepat menemukan remotku.


"Sudah, sudah. Kalau mau nonton ya nonton saja. Kamu kan sudah
besar..."


Aku masih menduga-duga kemana keinginan Ayah. Walau Ayah sangat memanjakan dan
tak pernah marah namun ini mungkin akan lain.


Ayah masuk dan menutup pintu lalu menguncinya. Dia duduk di kasurku dan ikut
menonton. Ayah diam akupun diam. Terkadang aku melirik mata ayah yang seakan
sedang menonton film biasa. Kucoba tenang seperti Ayah. Namun aku tetap saja
tidak tenang karena ada Ayah waktu itu. Setelah beberapa lama kami dalam diam,
aku merasa bosan dan makin gelisah saja.


"Guh, kamu tahu tidak, kontol Papa lebih besar dari itu..."
katanya dengan muka serius.


Aku memandang tidak percaya dengan perkataan yang baru saja kudengar. Aktor
porno yang di VCD sebesar kontolku 17 cm 4 cm. Aku sudah bangga karena di
antara teman-temanku, kontolku tampak paling besar. Aku sering sombong bahwa
ukuran kontol menentukan kepandaian. Tentu saja itu sangat tidak berdasar.


"Owh ya?" kataku asal saja tidak tertarik.


Aku sama sekali tidak melirik ke gundukan di selakangan. Aku lebih tertarik
milik wanita. Ayah membiarkanku mengira-ngira dan tampaknya memang besar. Kontol
Ayah kandungku juga pasti besar buktinya aku keturunannya. Ayah tiriku tidak
ada pertalian keluarga dengan almarhum ayah. Tetapi entah bagaimana Ibu begitu
beruntung selalu mendapat pria dengan kemaluan yang besar. Ah pemikiranku
terlalu jauh sampai ke asal-usulku.


Waktu itu aku yakin aku normal. Aku lebih suka menonton payudara dan vagina
yang memerah. Aku suka lihat lekuk tubuh perempuan. Sekarang pun begitu. Namun
peristiwa berikut ini telah mengubahku. Mengubah hidupku.


Wajah Ayah tiba-tiba mendekat lalu mencium pipiku. Kurasakan pipinya yang kasar
dan aroma foam bercukur yang begitu maskulin. Bukan ciuman singkat tapi lebih
ke .... ah aku tidak mengerti cara untuk menggambarkannya. Dia memelukku dengan
erat dengan lengan yang kekar dan bisep yang menonjol. Aku meronta minta
dilepas.


Meski sewaktu kecil Ayah tiriku sering memeluk dan memangkuku namun aku tidak
suka dipeluk sekarang. Aku sudah besar bukan anak kecil lagi. Pelukannya juga
lain. Nafasnya mendengus dan agak memaksa. Aku meronta namun apa daya badan
kekar Ayah menelikungku sehingga aku yang kurus ini tak bergerak. Ayah semakin
bernafsu dia menyedot dan mengulumi bibirku. Rasanya manis terasa nikotin
Ayahku di mulutku.


"Papa jangan. Jangan yo..." pintaku sambil terus meronta.


Entah bagaimana aku sudah telanjang bulat. Bahkan dengan badan yang masih
ditindih begitu.  Kontolku yang sedari tadi menegang karena rangsangan
video bokep menjadi lemas.  Namun Ayah tidak peduli dan tetap menciumi
tubuhku. Menjilati leherku. Bahkan menggigit putingku.


Aku terus meronta sampai berkeringat. Rasa takut mulai menjalariku. Rambutku
basah. Matakupun terasa mulai basah. Aku merasa sangat benci dengan Ayah. Aku
sangat jijik dengan ciuman-ciuman itu. Geli saja rasanya.


"Jangan ya Papa...." antara takut tetapi mulai penasaran.


Ayah membuka resleting dan memelorotkan celana. Segera tampaklah kontol Ayah
yang superbesar  itu. Suatu kali di lain waktu aku pernah mengukurnya, 20
cm panjang dan hampir 4,5 cm tebal nya. Aku kalah besar. Di sekitar kontolnya
tampak rambut yang lebat.


"Aaahhh..." Ayahku melenguh pelan dan tersenyum tampak menikmati.


Kini badan Ayah yang kekar menindihku. Badan Ayah berotot dan perutnya sixpack.
Dia memang rajin ke gym dan renang. Di perutku terasa kontolnya yang keras mengganjal
digesekkan dengan keras. Aku merasa takut dengan yang Ayah akan
lakukan.Tiba-tiba saja ayah mulai mengelusi  badanku. Pungggungku, dadaku,
lalu pantatku. Aku tidak menyangka sama sekali kalau ayah  menginginkan
menusuk aku. Duh!


Aku mengalihkan badanku menjauh dari jangkauan Ayah. Terutama anusku yang dia
inginkan. Aku membalik badanku dan menutupi kontolku dan mataku. Aku merasa
malu melihat Ayahku telanjang bulat begitu di depanku. Dia menciumi bibirku.
Lidahnya mencoba menerobos deretan gigiku. Ludahnya terasa membasahi
bibirku.  Aku merasa sesuatu yang enak tapi sama sekali tak terpikir
olehku untuk merespon.


Nafas Ayah mendengus-dengus keras tanda nafsunya sudah terbakar. Dia menciumiku
berkali-kali lalu berbalik menindihku. Dia memegang kedua lenganku lalu
menggosok-gosokkan kontolnya ke kontolku. Entah mengapa kontolku menegang lagi.
Namun tak lama Ayah merobah posisinya jadi agak berdiri. Lalu turun ke lubang
kontolku.


"Pa'ceeeekk.. jangan. Tolong..." kataku meronta tapi tidak menjerit.


Terus terang tiba-tiba aku menjadi ketakutan. Aku tidak mau jadi wanita yang
disanggama. Aku kan bukan wanita. Tetapi di pihak lain aku tak mampu melawan
tubuh Ayah yang kekar. Tubuhku yang kerempeng begini tak sanggup melawan
cengkeraman Ayah. Di sisi lain aku juga bertambah penasaran apakah nikmatnya
kontol sehingga wanita di vcd itu mengerang-erang keenakan.


Aku mulai merasakan ada suatu benda keras menusuk anusku perlahan.


"Aa Papa jangan lakukan ...yaahhh..."


"Sudah kamu menurut saja Guh... " Ayah meludah lalu membasahi ujung
kontolnya dan lubang anusku.


Ayah menusukkan kontolnya ke tubuhku kembali. Aku mengejan memaksa menutup
lubangku. Namun  desakan kontol Ayah tak dapat kulawan. Benda keras itu
sangat memaksa menembus masuk ke tubuhku. Tubuhku bergetar namun menjadi
pasrah. Air mataku mengalir entah mengapa. Bahagia atau sedih atau kecewa aku
tak mengerti. Seakan setengah nyawaku melayang dari tubuhku dan aku menjadi
rileks. Bukan pingsan hanya begitu pasrah. Kurasakan ada yang mengganjal di
anusku.


[Sebagian pembaca mungkin akan menanyakan mengapa aku tidak meronta dan
melakukan perlawanan dengan keras. Aku sudah mencobanya dengan melarang Ayah.
Namun aku yang tahu sifat Ayah dan ada sebagian peristiwa yang tak akan
kuceritakan, yang membuat aku tak melawan. Tambah lagi ada rasa penasaran yang
membuatku tak menyakiti Ayah. Aku tak menyesalinya. Pembaca akan tahu kalau
mengikuti ceritaku]


Sementara Ayah bergerak-gerak di atas tubuhku. Kesadaranku benar-benar turun.
Aku menjadi setengah sadar. Aku tak merasa apapun di sana. Sebelum tak sadar
aku merasa ada gempa bumi hebat di kamarku.


"Ohh asssshhhhh..." Ayah mengkspresikan nikmatnya.


Ayah benar-benar dikuasai nafsu waktu itu. Aku menjadi sangat jijik sekaligus
terpenuhi rasa dipuaskan rinduku. Aku sangat kesal dan sangat ternoda.


"Ooooaaahhhh.... " lenguh ayah dan rambut kemaluannya tepat ada di
kemaluanku yang lunglai.


Aku tau kontol Ayah memasuki anusku tapi setelah beberapa waktu aku baru sadar
kalau sedalam itu ayah sudah memasukiku. Ayah menciumiku lagi. Badannya yang
kekar berkilat karena keringat.


Sementara di layar televisi sudah masuk adegan berikutnya. Aku kapok dan tak
tertarik lagi dengan tayangan bokep itu.


Ayah mencabut kontolnya. Sesuatu yang kosong dan pegal aku rasakan di sana. Di
bawah sana tepat di anusku. Pegal dan perih. Aku lihat ke sana ada darah
mengalir di pahaku.


"Pa'ceeek sakit...."


Ayahku mengambil air hangat setelah mengenakan celananya. lalu dia membersihkan
luka di anusku dengan penuh kasih sayang. Dia mengenakan kembali celana
pendekku lalu menidurkan aku di kasurku. Persis seperti yang dia lakukan waktu
aku masih kecil.


"Maafkan Papa, Guh. Papa khilaf!" ujarnya sambil mencium
keningku. Tetes airmata yang panas jatuh di keningku.


Ayah berdiri mendekat ke televisi lalu mengambil keping vcdku. Ayah keluar
kamar lalu  menutup pintu kamarku.


Aku merasa lelah dan sakit baik secara fisik maupun psikologis. Aku tertidur
dan baru terbangun malam saat Ayah memberikan obat untuk diminum dan satu obat
ambien yang disumpalkan  pada lubang anusku. Semua berlangsung tanpa
kata-kata. Walau masih benci tapi aku tahu kalau Ayahku tidak berniat
menyiksaku apalagi menyakitiku. Aku tahu ada sesal yang dalam di wajahnya.


Keesokan paginya aku tidak berangkat sekolah. Ayah sempat berdebat dengan ibuku
yang mengatakan kalau aku baik-baik saja. Sedang Ayah bersikeras kalau aku
sedikit demam. Akhirnya Ayah memenangkan perdebatan dan aku diijinkan tidak
sekolah hari ini. Ah, apa kata dunia kalau aku sekolah dengan jalan seperti
anak habis disunat? Akan banyak pertanyaan. Bisa sih aku beralasan kena bisul
di pantat atau di selakangan. Ah, tetapi tidur di rumah seperti saran Ayah
lebih enak dan nyaman.


Hari itu aku merasa jenuh alias bete bin sebete-betenya. Ayah pergi karena ada
urusan. Keping VCD disita. TV membosankan acaranya. Tidur bosan. Di rumah
sendiri, baru setelah  makan siang nanti Ayah kembali. Sedang Ibu mungkin
sampai malam karena harus kunjungan keluar daerah.


Dengan langkah yang masih tertatih-tatih dan terkangkang-kangkang aku mencoba
mencari  makanan di meja makan atau kulkas. Jalan ke belakang dan depan.
Lalu terbersit ide mencari VCDku yang disita ayah kemarin. Aku tahu kunci kamar
ayah dan ibu.


Tak perlu lama aku mencari-cari. Aku menemukan laci penyimpanan kondom. Aku
mengambilnya satu. Aku ingin mencobanya. Aku mencari di kolong lalu mencoba
membuka lemari pakaian. Namun tidak kutemukan VCD itu. Sekilas aku melihat ada
bayangan pantulan plastik di atas lemari pakaian. Aku mengambil bangku dan
menaikinya.


Ini dia!


Bukan cuma satu yang aku temukan. Sepuluh keping vcd termasuk milikku salah
satu yang disita Ayah kemarin. Kuambil semua dan aku mau coba semua sebelum
Ayahku kembali nanti. Segera saja adegan sanggama berbagai versi melintasi
mataku masuk ke otakku. Koleksi ayah lengkap tidak hanya pria dan wanita
berbagai bangsa namun juga wanita dengan wanita. Bagian lesbi selalu kulewati
aku merasa jijik melihatnya. Sebaliknya bagian pria dengan pria selalu aku
nikmati lebih lama. Bahkan aku terkadang mengulangnya.


Tak terasa jam-jam membosankan menjadi jam-jam menggairahkan. Lapar pun tak
kurasa lagi yang ada aku menikmati rasa tegang di kontolku karena adegan-adegan
di atas.

Aku sudah lulus SMP namun nilaiku tidak memuaskan. Lagi-lagi ini juga jadi
salah satu tema pertengkaran Ibu dan Ayahku. Untuk masuk SMA favorit juga gagal
meskipun ibu sudah melobi istri kepala sekolah. Akhirnya aku hanya masuk SMEA.
Sama sekali bukan yang aku inginkan. Aku hobi di bidang teknologi tetapi
masuk SMEA. Tetapi ini lebih baik daripada tidak sekolah sama sekali. Agar aku
mau masuk SMEA Ayahku menggadaikan motornya untuk membelikanku komputer baru
dan sebuah laptop.


Kenakalanku bertambah-tambah. Sekarang memang aku tidak lagi meminjam VCD bokep
karena aku bisa mengunduhnya dari internet dengan gratis. Beberapa kali aku
ketahuan Ayah menonton dan Ayah sudah tidak bisa lagi melarangku. Bahkan sering
Ayah yang meminjamkan VCD bokep untuk kami tonton bersama-sama.


"Yaaahhh...." kataku manja pada Ayah suatu kali acara nonton bokep bersama.


Oh ya semua kulakukan saat ibu pergi. Dan tahulah kalian kalau ibuku semakin
sibuk. Apalagi beliau ikut partai politik yang mengangkat dirinya sebagai
sekjen untuk wilayah propinsi. Sepak terjang ibu membuat dia semakin sering
pergi bersama teman-temannya. Aku dan Ayah juga menikmati kalau ibu pergi.


Sore itu di rumah hanya berdua karena tadi siang Ibu berangkat ke Jakarta untuk
konsolidasi pemenangan pemilu. Aku senang dan berdebar-debar karena malam ini
aku akan tidur dengan Ayah menggantikan posisi Ibu jadi istri. Ayahku pun
tampak sangat ganteng sore itu. Ayah bukan seorang yang suka jajan kalau ibu
pergi. Tapi entah kalau di luar mungkin dia punya simpanan brondong.


Waktu adzan maghrib baru saja lewat. Rumah terasa sepi tanpa Ibu.


"Guh, Papa ngantuk. Nanti kalau mau tidur jangan lupa matikan lampu
dan periksa pintu" ujar Ayahku sambil berlalu ke kamar.


Aku menonton TV sebentar namun semua acara membuat aku bete saja. Tiba-tiba
terbersit  pikiran nakalku lebih baik memanfaatkan waktu untuk nonton
bokep sambil bermain kontol Ayah saja daripada ga ada kerjaan.


Setelah selesai memeriksa semua pintu dan mematikan lampu, aku masuk kamar
orang tuaku yang sudah remang-remang lampunya. Ayah tampaknya sudah nyenyak
terbawa ke alam mimpi.Tak lupa kubawa VCD bokep yang tadi siang dipinjamkan
Ayahku. Aku suka VCD pilihan Ayah, bintangnya bagus-bagus juga variasinya.
Segera saja kunyalakan DVD di kamar dan kumasukkan keping cakram tanpa
kuperiksa lagi judulnya.


Terdengar musik yang keras.. ah lalu kukecilkan dengan segera. Ayahku terbangun
kaget.


"Aaahh ck..." terdengar Ayahku kesal.


"Nonton Pakcek... " aku menawarinya tetapi tampaknya dia begitu
mengantuk.


Segera saja suara ah, ouh, yess, dan erangan-erangan kenikmatan lain menghiasi
frame demi frame film. Bintang filmnya lelaki semua, tumben. Biasa Ayah selalu
meminjam yang campuran, maksimalnya film bisex. Meskipun begitu kontolku tetap
tegang juga.


Lama kelamaan aku tidak tahan sendiri. Sedang di sampingku ada Pakcek aku yang
suka kontol juga. Kurendahkan badanku dan kutempelkan pipiku di dada Ayah.
Sambil menonton tanganku meraba-raba perut Ayah yang sixpack. Ada bulu-bulu
sexy di bawah pusar yang menunjukkan jalan untuk terus ke bawah. Tapi ada
sarung di sana... Ah rupanya kontol Ayahku juga sedang tegang.


"Kenapa Guh... ingin ya..." kata Ayahku tenang tanpa mengenyahkan
tanganku yang meremas-remas kontol besarnya.


"Kalau iya Papa?" kataku.


Kontol Ayah tiriku yang ganteng semakin mengeras. Terasa hangat dan
berdenyut-denyut. Sangat berasa karena Ayah tidak mengenakan celana dalam di
bawah sarung.


Aku mendekatkan bibirku ke bibir Pakcek dan segera kami berciuman. Sebuah
ciuman dalam dan sungguh nikmat ciuman Papa ini. Aku yakin ciuman dengan
wanita tak akan mengalahkan dahsyatnya ciuman Papa. Kutindih Ayahku sambil
aku tetap menikmati bibirnya. Lidahku bermain liar di dalam mulut Ayah. Lidah
Ayah juga tak kalah garang mengeksplorasi semua sudut mulutku. Nafas kami
memburu. Saat kami berpandangan kulihat nafsu membara yang mengatakan 'kamu
kekasihku malam ini Guh'.


Tangan Ayah menggerayangi punggungku hingga pantatku. 'Ayah aku juga
menginginkanmu malam ini' pikirku. Sangat hangat dan nyaman bergulat bersama
Ayahku. Cukup berciuman aku tidur di pelukan lengan Papa yang kekar.


"Guh, kamu tahu tidak, aku sayang kau..." ujarnya dengan
sungguh-sungguh.


"Sayang apa neh Papa?" tanyaku menggoda sambil sesekali mengelus
dada, perut, dan juga kontol Papa.


"Kamu ini ya anak Papa dan juga kekasih Papa. Pokoknya sayang
lah" ujarnya


Lalu kami ciuman lagi, ciuman yang tak mungkin dilakukan oleh Ayah dan anak
yang normal bahkan Ayah tiri sekalipun. Kupelorotkan sarung Ayah dan
kubelai-belai kontolnya yang sudah menegang. Besar 20 cm diameter 4,5 cm. Ini
bukan ukuran rekayasa karena ini cerita sungguhan. Ayahku juga bukan bule .
Kontol Ayah bentuknya bagus kepalanya besar. Ah pantas saja anusku
berdarah-darah dahulu.


Kulepas ciuman bibirnya aku turun menciumi kontol Ayahku.


"Sssshhh ooowwhh isap Guh..." Ayahku mengerang tak tahan.


Kumainkan lidahku di lubang kencingnya. Gerakan ini membuat Ayahku
menggelinjang. Lalu berputar-putar di kepala kontolnya yang sensitif. Lidahku
yang kuat dan basah menjelajah jalan panjang batang kontol Ayah hingga
pangkalnya. Kontol Ayah berurat-urat sexy seperti badan binaragawan saja. Ayah
sering menggunakannya mungkin.


"Oooooowwhhhhh...."


Kupermainkan dua bola kembar sambil kupegangi tongkat sakti Ayah. Jembut Ayah
lebat kini basah dengan liurku. Kulit bolanya juga berkilatan ditimpa cahaya
layar televisi yang berganti-ganti menayangkan adegan lucah.


"Fonndd ahhh kamu pandai sekali ooohhh"


Ayah mengerang keenakan saat lidahku mulai naik lagi ke batang atasnya. Hmmm
kugigit bekas sunatan Ayah dengan lembut. Kulingkarkan lidahku di daerah
sensitif penis yaitu di perbatasan batang dan kepala kontol. Ini membuat Ayahku
menahan kepalaku.


"Aaahhhh isap Guh aaahhh Pakcek tak tahan ooouuuhhhh...." Nafas
Ayahku benar-benar tidak teratur. Tersengal-sengal karena birahi.


Ayah benar-benar dikuasai nafsu birahi sekarang. Tak peduli kalau aku anak
tirinya. Kumainkan lagi lidahku di lubang kencingnya. Lendir bening meluber
asin rasanya di lidahku. Ayahku meracau karena nikmat tiada ampun. Kuhisap
saja. Aku berciuman dengan lubang kencing Ayah yang biasa mengobok-obok vagina
ibuku. Kucucup lubangnya. Ayahku bergelinjang.


"Setan! Isap Guh. Masukkan kontolku ke mulutmu!" Ayahku mengamuk
karena tak tahan kupermainkan lagi. Kali ini dia benar-benar marah.


Aku senang bisa membuat Ayah belingsatan seperti ini. Aku tersenyum. Namun tak
mau membuat dia menderita birahi, kumasukkan batang kontol yang besar itu
melalui bibirku yang rapat tapi lembut.


"Oooouuuuhhhhhhhh..... shhhhh... Aaawwww.."


Batangnya yang keras terasa berdenyut-denyut di antara bibirku. Hangat sekali.
Kumasuk dan keluarkan dari mulutku. Enak sekali rasanya. Clop clop clop
suaranya... Meski kucoba memasukkan sedalam mungkin, namun bibirku tidak mampu
menyentuh pangkal. Terlalu panjang buat  tenggorokanku.


"Aaahhh enak sekaali Fonnnd..." erangnya menikmati servisku.


Kulakukan cukup lama sampai bibirku mulai terasa baal. Kulepaskan kontol Ayah
yang merah berkilat basah lalu aku pindah untuk menindih dan menikmati bibir
Ayahku. Kuhisap dan kusesap bibir bawah Ayah.


"Papa, gantian isap punyaku.." pintaku.


Ayah menidurkanku lalu menciumiku dengan lembut dahi dan pipiku. Lalu dada dan
turun ke perutku. Geli rasanya tapi enak. Kutahan kepala Ayahku saat menjilati
pusarku. Aku terkikik kegelian. Lalu dia tiba di kontolku dan langsung
menghisapnya.


"Ooooaaahhhh ..."


Enak sekali. Bibir basah Ayah hangat menyelimuti batang kontolku yang
panjangnya 17cm. Kalian harus merasakan yang ini ... ini baru namanya sex.
Oooohhhhh sampai ubun-ubun rasanya air maniku mau nyemprot. Apalagi saat Ayah
mengisap sambil menarik mulutnya ke ujung kepala kontolku.


"Aaaaahhhhhh ..." aku menjerit tak tertahankan.


Kontolku benar-benar tegang. Kepala kontolku berdenyut-denyut menambah
sensitifitas rasa karena gesekan. Rasanya tambah besar saja kontolku keluar
masuk di antara bibir Ayah.


Benar-benar kenikmatan dunia yang tiada tara. Ayah melakukannya berulang-ulang.
Begini mungkin rasanya kalau bersetubuh dengan si sexy jupe hahaha.... Ayah
memujiku pintar tapi dia lebih pintar. Duniaku serasa melayang. Nyawaku terasa
ikut terhisap saja.


"Paaakcek akuuu aaaahhhhh.... " tak tertahankan lagi tiba-tiba saja
aku muncrat.


Crot crot crot...! Tak terkendali cairan lelaki muda ini muntah dalam mulut
Ayah berkali-kali. Banyak sekali. Sudah tiga hari tidak kukeluarkan.


Pakcek tidak melepas kontolku dari mulutnya. Padahal dia tahu aku sudah
memuntahkan maniku dalam mulutnya. Aku yakin itu banyak sekali. Ayah tetap
mengisap senjata saktiku. Seakan tak  ingin ada mani yang tersisa dari
batang kontolku. Bahkan dia membersihkan ujung kontolku dengan lidahnya.


Walaupun sudah keluar tapi kontolku tetap saja perkasa. Darah di batang tidak
mau beralih. Ayah menciumku. Rasa asin berpindah ke mulutku. Dan menguarlah bau
mani. Ya maniku sendiri.


Ayah mengambil kondom di laci samping tempat tidur. Lalu membuka dan siap
memakainya di kontol besarnya. Aku tahu Ayah akan menusuk anusku. Tapi aku
sekarang inginkan sebaliknya. Kurebut karet kondom dari tangan Ayah. Lalu
kupakaikan di kontolku sendiri.


"Terbalik itu, Guh" kata Ayahku yang melihat aku kesulitan
memakainya.


Kubalik dan kubuka gulungan kondom hingga terbuka semua di pangkal kontolku.
Bentuknya jadi agak aneh tapi seksi. Bau kondom tercium harum. Ini memang
pertama kali aku memakai kondom. Entah apa maksudnya aku juga tidak tahu. Aku
hanya ingin memakainya sebelum menusukkan kontolku ke lubang pembuangan.


"Papa tiduran saja.." kataku mendorong dadanya.


Ayah mengangkat pahanya.


"Tetapi hati-hati dan pelan io..." pesan Ayah.


Kini aku ingin memperkosa pantat Ayah. Membalas apa yang dia lakukan beberapa
bulan yang lalu. Kuarahkan batang kontolku yang tetap tegang ke arah lubang
kecil yang merah dan berkerut itu. Tampak kecil sekali dibandingkan batang
kontolku yang menginginkan pelampiasan. Ibarat tongkat satpam yang akan
ditusukkan lubang di gasper saja. Tampak tidak mungkin


Saat kutempelkan kepala kontolku disana, lubang itu belum juga terbuka. Ayah
menggenggam kontolku dan mengarahkan tepat di pusat kerutan lalu memaksa
menusukkan ke sana. Aku menuruti dan mendorongkan pantatku ke sana.


"Aaaaakkkkkkkhhhhh.... Guh pelan... sakiiitt" Ayahku yang perkasa
itu meringis menahan sakit.


Baru tahu dia rasanya. Aku paksa saja kontolku masuk sambil menikmati wajah
Ayah yang  meringis menahan kontolku. Sementara itu kontol Ayah mengkerut
dan lemas dengan segera. Mungkin saja ini efek dari menahan sakit tadi. Aku
yakin itu.


Keringat menetes dari dahi Ayah. Badannya memerah dan berkilat. Nafasnya
mendengus menahan sakit yang memusat di lubang anusnya. Kutarik kontolku lalu
kumasukkan lagi. Kutarik lagi lalu kumasukkan lagi.


"Oooowwwhhh aaahhhhh ahhhh" jerit Ayahku


Kalian ingin tahu rasanya? Dua kali lebih nikmat dari dihisap Ayah tadi. Lubang
anus Ayah begitu licin dan sempit. Memang hari ini aku beruntung menikmati dua
kenikmatan sex yang tiada tara anus dan oral. Hmm mungkin kalau kontol besarku
masuk vagina jupe akan 3 kali  lebih nikmat dari ini, aku cuma bisa
membayangkan.


"Ganti posisi Guh..." pakcek memerintahku lalu dia membungkuk.


Ah inilah posisi yang dinamakan doggy style. Lututnya menekuk badan depannya
membungkuk ditahan siku lengannya. Kutekuk lututku lalau kuarahkan kontolku di
lubang merah yang kembali mengkerut kecil. Ajaib! sekarang lebih mudah. Sekali
bless kontolku mendapat kenikmatan lubang anus Ayah.


Segera saja aku melakukan gerakan maju mundur. Otot pinggangku yang semakin
liat dan menampakkan otot-otot pria dewasa. Meski belum sejelas Ayah tapi
sixpacku juga sudah memperlihatkan semua modal seorang pria. Saat kontol maju
ada nikmat. Saat kontol mundur juga nikmat. Jadi yang ada hanya nikmat dari
nikmat. Semakin cepat aku masuk dan keluar, semakin nikmat.


Satu yang tak kuperhatikan adalah kontol Ayah menegang dan berayun-ayun
memukul-mukul perutnya sendiri. Ayah benar-benar tegang disodomi begini. Bahkan
tanpa tangan Ayah menyentuh kontolnya.


"Ahhh ahhh ahh..." Ayah rupanya sudah mendapat kenikmatan disodomi
begini.


Setengah jam berlalu.


"Foonnnd Ayah hampir niiihhhh...." erang Ayah


"Terus Fonnnndd lebih cepat lagiiiihhhh...."


Kupercepat gerakanku. Tubuh kami berdua sudah basah oleh keringat. Dari rambut
kepalaku pun menetes keringat. Seperti sehabis main bola saja. Kami memang main
bola, namanya bola sodok. Bola kami menyodok tongkat yaitu kontol kami.


Aku hampir saja orgasme saat Ayah melepaskan diri dari kontolku. Ayah lalu
tiduran dan mulai mengocok kontolnya. Crot crot crot...! Sungguh jauh
muncratnya. Bahkan menempel di dinding belakang kasur. Muka Ayah juga
terkena maninya, namun paling banyak ada di dada dan perutnya.


Kubuka kondomku, kukocok kontolku di atas dada Ayahku. Tak lama maniku dan mani
Ayah bercampur jadi satu di dada dan perut Ayah.


"Ooooohhhhhhhh..." erangku menikmati orgasme kedua.


Ayah mengambil sarungnya dan membersihkan mani kami. Lalu Ayah menciumiku pipi
dan dahiku.


"Ayah suka ini. Ayah sayang kamu Guh..."


Lalu Ayahku pergi ke kamar mandi. Tanpa terasa aku terlelap tidur. Aku sadar
ketika Ayah membangunkanku. Ayah masih telanjang tanpa risih di hadapanku.


"Guh, lagi yuk... minum ini dulu... Ayah buatkan jamu biar kamu
kuat" ujar Ayah menyodorkan cangkir putih.


Aku dicium Ayah lagi sebelum sempat meminumnya. Ah Ayahku kekasihku memang. Jam
sudah menunjukkan jam 00.30 pagi. Tak mau sia-siakan waktu rupanya


Nb : Hey semuanya salam kenal... saya adalah penggemar cerita serial gay di indonesia. jika kalian pernah mengikuti serial seperti Cowok Rasa Apel yang sekarang sudah sampai ke sesi ke tiga... saya ingin menyarankan sebuah serial berjudul pelepasan yang mungkin lebih terkesan dewasa dan apa adanya, saya memang baru membaca sampai ke episode ke 8 (atau remah ke 8- jika mengambil istilah dari blog tersebut) tapi menurut saya kisah yang ditulis di sana cukup mengesankan dan menjanjikan untuk diikuti kelanjutannya.
salam. lelaki Jogja. http://triztanfamous.blogspot.co.id/2016/05/pelepasan-bab-1.html 

No comments:

Post a Comment