“Yah,
ini rokoknya”. Aku langsung berlari ke dalam kamar,
melemparkan plastik berisi bungkusan barang-barang yang baru
aku beli ke atas kasurku dan segera masuk ke dalam toilet yang
ada di dalam kamarku. Aku sudah tak tahan menahan
kencing sejak di warung tadi. Ya, aku tadi membeli obat
nyamuk semprot untuk di rumahku, dan Ayahku pun sekalian minta
dibelikan rokok tadi. Sebelum ke warung aku sempat mampir
sejenak ke laYah DVD di perempatan jalan tak jauh dari
rumah. Beberapa keping DVD straight aku beli untuk aku
tonton malam ini.
Ketika
aku sedang kencing, aku mendengar pintu kamarku
terbuka. Ah, paling Ayah kupikir, ia akan mengambil rokoknya.
Tapi… Oh tidak! Di bungkusan itu ada kepingan DVD ! Ahh
deg-degan rasanya aku hendak keluar kamar mandi, aku
takut Ayah marah. Aku diam sejenak. Aku tidak mendengar
suara apa-apa dari dalam kamarku. Mungkinkah Ayah sudah keluar?
Aku,
Satria, adalah seorang pria berusia 17 tahun. Aku
kini duduk di kelas 3 SMA. Badanku biasa saja, tidak terlalu
berotot. Kulitku sawo matang. Aku asli Jawa Tengah, tapi aku
sekarang tinggal di Jakarta. Ya, Ayahku yang seorang
tentara dipindah tugaskan ke satuan di Jakarta. Ayahku
seorang yang tegas. Ia boleh dibilang galak dan sangat keras.
Tapi semua berubah sejak ulang tahunku yang ke-17 dua bulan
lalu. Ayah bilang, aku sudah dewasa, sudah harus bisa
menentukan nasib sendiri. Sudah harus tahu mana yang
baik dan mana yang salah. Ayah hanya bisa menasehati saja. Usia
Ayah 42 tahun. Secara fisik, Ayahku seperti kebanyakan tentara
yang lainnya, tubuhnya gempal, berotot, kulitnya sawo
matang, memiliki kumis tebal, dan tatapannya tajam.
Teman-temanku bilang tampang Ayah menyeramkan. Tapi beberapa
teman perempuanku malah menyukainya. Mereka bilang sangat macho!
Hahahaha…
Sejak
dua hari lalu, Ibuku pulang kampung ke Solo bersama
adikku satu-satunya yang masih duduk di bangku SMP, Intan.
Bulik-ku akan menikah empat hari lagi dan sebagai kakak, Ibu
merasa wajib untuk membantu persiapannya. Saat ini
bertepatan dengan liburan semester, sehingga adikku pun
bisa ikut. Tinggallah aku dan Ayah di rumah berdua. Untuk
bersih-bersih rumah aku kerjakan bersama Ayah. Sedangkan untuk
urusan perut, Ayah sangat jago masak. Cukup banyak
ilmu yang ia dapatkan selama pendidikan militernya dulu,
termasuk masak-memasak. Aku sendiri tidak ikut ke Solo karena
sedang sibuk mempersiapkan ujian akhir nasional. Jadi nanti
saja lah, aku dan Ayah datang pada H-1.
Oke,
kembali ke cerita awal. Oya, sebelumnya aku
beritahukan bahwa aku bukanlah gay, aku mempunyai pacar wanita
yang sangat kusayang. Ayah Ibuku pun tahu dan mengenal baik
pacarku itu. Dan selama berpacaran aku tidak pernah
melakukan hal-hal yang lebih dari sekedar berpegangan
tangan.
Ah,
sepertinya Ayah sudah keluar dan mengambil rokoknya.
Aku beranikan diri keluar kamar mandi. Oh tidak, aku pun
tersentak. Ayah rupanya sedang memutar DVD yang baru kubeli di
TV di kamarku. TamYah Ayah masih mengenakan seragam
tentaranya. Namun kancing bajunya sudah terbuka, gerah
mungkin.
“Yah…” aku tidak bisa melanjutkan kata-kata.
“Mas, kamu untuk apa toh beli DVD kayak gini?” tanya Ayah pelan.
“Mmmm… Nggak,yah, aku cuma… Cuma penasaran aja.” Jawabku bingung.
“Ya,
wajar sih, anak seusiamu tertarik pada hal-hal
seperti ini. Tapi ingat, sebagai orangtua, Ayah hanya titip
pesan saja, kamu jangan berbuat hal yang tidak-tidak ya.
Misalkan kamu melakukan adegan-adegan seperti di film
ini dengan pacar kamu. Nanti saja kalau sudah menikah.
Kalau sampai hamil, bahaya!” nasehat Ayah.
“Nah, kamu selama ini kalau lagi pengen ngapain toh?” lanjut Ayah.
“Aku… aku…” aku tak bisa berkata apa-apa.
“Sudahlah
Mas, Ayah ini kan Ayahmu. Dari dulu kan kita sudah
saling terbuka. Lagipula kan kita sama-sama lelaki toh? Gak
usah sungkan. Kamu bisa bebas cerita apa saja. Ayo cerita”,
Ayah melanjutkan.
“Gak ngapa-ngapain sihyah. Paling aku Cuma ngocok aja”, jawabku malu.
“Hahahaha,
kamu kok malu? Itu wajar, Ayah juga dulu waktu masih
muda sering kok ngocok gitu. Tapi ingat, jangan keseringan ya!
Nggak bagus, hehe… Eh ngomong-ngomong filmnya bagus ini. Ayah
ikut nonton ya, sudah kadung diputer, jadi Ayah nonton
disini saja lah” tegas Ayah.
“Iyayah, aku keluar dulu ya” jawabku.
“Lho, kamu mau kemana? Nonton sini saja, gabung” minta Ayah.
Aku
pun duduk di ujung kasur, sementara Ayah tiduran di
kasurku. TamYah adegan di TV, dua orang pria sedang mengerjai
seorang wanita. Satu pria itu terlihat sudah tua, dan satu pria
lainnya terlihat masih muda. Film yang diputar ini
adalah film Asia. Pria yang lebih tua sedang duduk
terlentang sambil penisnya dikulum oleh si wanita itu.
Sementara pria yang lebih muda sedang memasukkan penisnya ke
dalam vagina si wanita dengan gaya doggy style.
“Ini sepertinya Ayah dan anaknya, ya mas. Mukanya mirip, hahahaha….” Kata Ayah.
Aku
sudah tidak setakut di awal tadi, aku sudah mulai
relax dan ikut tidur di samping Ayah dengan bantal yang cukup
tinggi. Tak lama kemudian aku kaget sekali. Ayah membuka
ritsleting celananya, dan ia sedikit menurunkan
celananya.
“Ayah mau ngocok mas, sudah dua hari ibu pergi nih”
Ayah
cuek saja langsung mengocok penisnya. Aku ternganga,
penis Ayah begitu besar, keras, panjang, dan urat-uratnya
membuat terlihat lebih macho. Bulu-bulunya keriting namun tidak
begitu panjang, sangat rapi. Baru kali ini aku
melihat penis orang dewasa, dan itu adalah penis Ayahku
sendiri. Perasaanku tak karuan. Deg-degan tidak jelas. Aku
bingung dan sangat bingung. Entah kenapa aku justru penasaran
ingin melihat penis Ayah lebih dekat namun aku tidak
berani.
“Mas,
kok bengong? Kamu kalau mau ngocok juga, cuek aja.
Kita lelaki. Wajar kok kalau terangsang lihat film beginian,
hehehe” lanjut Ayah.
Dan
entah keberanian dari mana, aku pun membuka celanaku
hingga terlepas semuanya. Ahhh, sensasinya begitu nikmat
sekali. Jantungku berdebar keras. Aku memperlihatkan penisku di
depan Ayah, dan akupun melihat penis Ayah! Kulihat
muka Ayah serius sekali melihat adegan-adegan panas di
TV. Mukanya terlihat sangat menikmati. Tak lama ia melepaskan
baju seragam tentaranya, ia hanya mengenakan kaos dalam saja.
Bulu-bulu di dadanya mencuat keluar. Aku tak tahu
mengapa, aku tiba-tiba jadi suka dengan wangi badan Ayah. Ayah
pun menurunkan celananya hingga terlepas semua. “Biar adil”
Ayah bilang.
Aku
pun mulai mengocok penisku. Dan entah keberanian dari
mana lagi, aku pun membuka bajuku. Ahhh, sensasinya
benar-benar tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ayah yang
kukenal galak ini, ada di sampingku, sedangkan aku
bugil tanpa sehelai benang pun. Aku mulai mengocok
penisku. Tak lama Ayah pun membuka kaos singletnya. Astaga,
kenapa dengan pikiranku? Ayah terlihat sangat sexy sekali
ketika telanjang bulat. Pentil susunya mengeras.
Dadanya berbulu rapih, dan sangat wangi sekali. Wangi
maskulin, aku tiba-tiba suka!
“Ayo mas, kocok mas, kita keluarin mas” tak kusangka Ayah berkata seperti itu.
“Di akmil dulu Ayah dan rekan-rekan Ayah biasa ngocok bersama, mas. Jadi cuek saja” lanjut Ayah.
Aku makin terangsang melihat gaya Ayah mengocok penisnya. Tangan kirinya sibuk mengusap-usap dadanya.
“Mas, pentil susu kita ini juga sumber kenikmatan. Coba deh kamu raba-raba” jelas Ayah.
“Iyayah, geli” tukasku
Tanpa berkata apa-apa, tangan Ayah menggerayangi dadaku, mencubit-cubit putingku.
“Ahhhh,yah, geliii…” lirihku
“Enak kan mas? Nanti gantian kamu mainin putting Ayah juga ya” tegas Ayah.
Aku
tak menjawabnya, langsung saja aku meraba-raba dada
Ayah. Ohh, dadanya yang berbulu dan berotot membuatku tertarik
untuk merabanya lebih jauh lagi. Aku ingin memiliki dada
sepertinya.
“Ahhh mas, ini enak mas. Ayo mas, maenin putting Ayah.” Entah kenapa aku terangsang mendengar kata-kata Ayah.
Ayah
menurunkan lengannya dari dadaku ke penisku. Aku
kaget, tapi ini enak sekali! Baru kali ini penisku dipegang
orang lain. Penisku dikocok-kocoknya. Aku dan Ayah sudah tidak
memperhatikan DVD lagi.
“Kontol kamu gede banget mas. Sama kayak Ayah”
Tanpa
dikomandoi aku pun memegang penis Ayah, dan baru kali
ini pula aku memegang penis orang lain. Ya, penis Ayah begitu
hangat dan menggemaskan.
“Dari kontol Ayah ini lah asal kamu, mas.” Kata Ayah.
“Mas, duduk yuk” ajak Ayah.
Ayah
lalu duduk di sandaran kasurku. Ia lalu asyik
mengocok penisnya sendiri. Aku agak kesal juga karena aku masih
ingin penisku dikocok oleh Ayah. Ya sudah lah, aku kocok
sendiri saja. Ketika aku hendak mengocok penisku, Ayah
tiba-tiba menepis tanganku.
“Enak
gak mas kalau Ayah kulum gini” Ayah langsung melahap
penisku. Ahhhhhh ini sungguh nikmat sekali. Aku tak percaya
ini! Sedotannya kuat dan kumis Ayah membuatku makin geli. Ayah
menjilati kelaminku mulai dari pangkal hingga ke
ujungnya. Ahhh, precumku keluar semakin banyak.
“Yah, enak” singkatku.
“Iya
mas, asal kamu tahu ini bentuk hukuman dari senior
ketika Ayah masih duduk di akmil dulu. Ayah diminta menjilati
kontol-kontol senior Ayah sampai keluar” jawab Ayah.
Aku kaget sekali mendengarkan cerita Ayah. Ah, sudahlah, aku sedang menikmati ini.
Aku pun penasaran dengan penis Ayah.
“Yah, udah, nanti keluar. Aku boleh gantian ya?” pintaku.
“Iya
mas, nih kontol Ayah, kamu isep ya, kamu sedot-sedot,
kamu jilat, nikmati kontol Ayah, Mas. Dari sini kamu berasal”
jawab Ayah.
Aku
pun mencoba memasukkan mulutku ke penis Ayah. Baunya
aku tak suka. Tapi aku penasaran. Bentuknya yang seksi, dan aku
sadar dari penis Ayah inilah aku berasal. Aku tak ragu lagi,
segera ku masukkan mulutku ke penis Ayah. Mmmmh,
ternyata rasanya nikmat. Aku jilat-jilat penis Ayah.
Aku jilati juga dua buah bola dibawahnya.
“Mmmphh… mas, enak mas, ayo mas, sedot lagi mas” Ayahku meracau.
Entah
kenapa aku ingin merasakan tubuh Ayah seutuhnya. Aku
merasa aman dan nyaman berada di samping Ayah. Ayah masih duduk
bersandar. Akupun tiduran di paha Ayah sambil menghisap-hisap
kontol Ayah. Aku melihat muka Ayah kenikmatan. Ayah
mengusap-usap kepalaku dengan penuh kasih sayang.
“Enak mas? Kamu keasyikan kayaknya, hehe”
“Iyayah, kontol Ayah enak”
Ayah
lalu memukul-mukulkan penisnya ke mukaku. Ahh, ini
seksi sekali! Aku pun menghisap penis Ayah lagi. Ayah lalu
mengusap-ngusap dadaku, dan mencubit-cubit putingku.
“Mas, Ayah mau tiduran, coba bangun dulu” pinta Ayah.
Aku
pun membiarkan Ayah tidur terlentang, dan tanpa
diminta Ayah, aku masuk ke dalam pelukannya. Ayah mengusap-usap
kepalaku.
“Mas,
ingat, ini cuma iseng saja ya. Kamu jangan sampai di
luar sana jadi kepingin melakukan hal ini dengan orang lain.
Kalau kamu lagi mau, bilang Ayah saja, nanti kita ngocok bareng
lagi ya”
“Iyayah”
aku pun semakin erat memeluk Ayah. Ketiaknya yang
dipenuhi bulu lebat kucium-cium, lalu aku berlanjut ke dadanya,
putingnya kuhisap-hisap. Ah enak sekali.
“Mmmph, mas, aahhh, mas, owh…” Ayah meracau kembali.
Ayah lalu mengangkat kepalaku ke hadapan mukanya.
“Mas, Ayah sayang kamu” lalu Ayah mencium bibirku dengan halus. Sungguh aku merasakan kasih sayang Ayah.
“Ayo mas, kita keluarin” kata Ayah.
Ayah
lalu telungkup di atas badanku. Penisku dan penisnya
disandingkan dan ia pun mulai menggesek-gesekkan tubuh kami
berdua.
Aku
melihat Ayah di atasku begitu perkasa. Aku pun
mengusap-usap dadanya sementara Ayah menggesek-gesekkan
badannya di atas badanku. Penis kami saling beradu, dan semakin
mengeras.
“owhyah, owwh, mmmphh.. yaah” kini giliran aku yang meracau. Ini sungguh nikmat!
“Mas, Ayah mau keluar, kamu udah mau keluar blm? Kita keluarin bareng yah”
“Iyayah, aku juga mau muncrat ini”
“owhhh mmmhh… mas, Ayah ke… ke… luar… ahhhhhh”
Sperma
kami bermuncratan di dadaku, bahkan hingga ke mukaku.
Ayah mengelap sperma di mukaku dengan kaos singletnya. Ayah
lalu iseng mengambil sedikit sperma kami dengan telunjuknya,
dan memasukkannya ke dalam mulutku. Rasanya aneh, tapi
ini enak, lalu Ayah mencium bibirku dengan manis.
“Ayah sayang mas, dan Ayah ingin mas jadi lebih dewasa yah!”
Ayah
lalu membersihkan dadaku dari tumpahan sperma kami.
Setelah itu kami tidur berpelukan tanpa benang sehelai pun
hingga pagi.
Sejak
itu, aku sering mengocok bersama dengan Ayah. Kami
mempunyai kode. Kalau aku ingin, aku bilang “PCB” ke Ayah,
artinya “Pengen Coli Bareng”. Sejak saat itu aku makin sayang
kepada Ayah, dan tak ingin sedikitpun mengecewakannya.
Ayah bilang, daripada aku bermain dengan wanita dan
bisa bikin hamil, atau dengan orang lain bisa bikin tertular
penyakit, lebih baik dengan Ayah saja. Aku sendiri bingung, aku
masih menyukai wanita, tapi aku menikmati hubunganku
dengan Ayah. AYahah aku gay atau bukan? Ah, aku tak
peduli. Yang jelas, aku tidak tertarik dengan pria lain selain
Ayah.
hey semuanya, salam kenal, buat kalian-kalian yang suka serial kisah sesama yang masih original seperti Cowok Rasa Apel yang sudah sampai sesi ke 3, silahkan cicipi "Serial Pelepasan" dengan jalinan kisah sesama lelaki dewasa dengan rasa yang berbeda, terimakasih banyak :)
pelepasan remah 1 (episode 1)
Pelepasan Remah ke 2 (episode 2) Klik disini
Pelepasan Remah ke 3 (episode 3) Klik disini
Pelepasan Remah ke 4 (episode 4) Klik disini
Pelepasan remah ke 5 (episode 5) klik disini
Pelepasan Remah ke 6 (episode 6) Klik disini
Pelepasan Remah ke 7 (episode 7) Klik disini
Pelepasan Remah ke 8 (episode 8) klik disini
Pelepasan Remah ke 9 (episode 9) klik disini
Pelepasan Remah ke 10 (episode 10) klik disini