Friday, January 15, 2016

Usai Nonton Film Porno, Ayah ke Kamar Saya lalu…



Tubuhnya kurus. Kulitnya sawo matang. Wajahnya manis. Itulah Bunga (nama samaran), 14. Enam tahun ia menjadi budak nafsu seksual ayah kandungnya, Misdianto, 40. Berikut penuturan warga Polehan ini, kepada Radar yang ditulis dalam bahasa saya.
Lahir sebagai anak bungsu memang menjadi beban bagi saya. Selain saya dituntut tanggung jawab pada adik, juga harus menyadari permasalahan yang sedang dihadapi oleh orang tuanya.
(Pandangan mata Bunga menerawang. Ia duduk berhadapan dengan Radar di ruang unit pelayanan perempuan dan anak/ PPA Polresta Malang, Rabu 11/6).
Terlebih saat menghadapi masalah keterbatasan ekonomi. Keadaan itu membuat roda kehidupan keluarga saya cepat berputar.
Ya…., cepat senang, ya juga cepat sedih. Jika punya uang semua urusan seakan lancar, mulai kebutuhan makan hingga kebutuhan sekolah. Semuanya beres bisa tercukupi.
Demikian pula sebaliknya. Apabila tak punya uang, rasanya semuanya terasa sulit.
Ayah saya, Misdianto, hanyalah warga biasa yang kesehariannya bekerja sebagai pengrajin kulit. Penghasilannya tak menentu. Kondisi keterbatasan itulah yang membuat ibu saya, Astintin, 40, memutuskan utuk meninggalkan kami sekeluarga menjadi TKW ke luar negeri.
Saya ingat saat ditinggal ibu. (Bunga, menghentikan pembicaraanya. Matanya berkaca-kaca. Ia cepat mengusapnya dengan kain jaket warna abu-abu yang dipakainya).
Saya masih duduk di bangku kelas III SD dan adik belum lahir. Saat itu saya bisa menduga perjalanan keluarga kami tak akan mulus layaknya keluarga teman-teman saya di sekolah.
Uang hasil jerih payah ibu setiap tahunnya yang dikirim ke Malang kadang habis untuk memenui kebutuhan operasional rumah. Mulai belanja bulanan hingga semua tetek bengeknya. Ya bayar listrik atau bayar air. Sementara hasil kerja ayahku habis untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Kadang dibagi dengan keluarga dari istri pertamanya.
Oh ya…, istri ayahku ada dua. Ibuku, adalah istri kedua ayahku dan dikaruniai dua anak. Yakni saya dan adikku laki-laki bernama Chandra yang sekarang masih berusia 5 tahun. Dengan istri pertama, ayahkku memiliki dua anak laki-laki yang kini tinggal di Surabaya.
Jadi dari dua istrinya, hanya saya yang perempuan. Tak heran apabila ayah sangat sayang kepada saya.
Sejak ibu pergi bekerja ke luar negeri, semua masalah rumah tangga hampir ayah yang mengurusi. Mulai dari memandikan, ngurusi makan saya dan adik. Melihat posisi ayah saya sebagai single parent, membuat saya cepat berpikiran dewasa. Saya cepat mengerti tentang pekerjaan rumah. Hal terkecil, misalnya membuatkan ayah minuman hangat, bersih-bersih rumah, dan mencuci pakaian sudah bisa saya lakukan sendiri. Karena itu, kasih sayang ayah terus tercurah kepada saya.
Bahkan, terkadang kasih sayang yang diberikan terlalu berlebihan. Misalnya saat saya sedang ganti baju di kamar, mendadak ayah masuk kamar saya dengan dalih tak sengaja. Atau mengaku terpaksa masuk karena ada keperluan yang tak bisa ditunda. Rasanya, tentang masalah pribadi saya, dihadapan ayah tak ada batasannya. Kadang saya merasa rikuh.
Tak terasa setahun telah berlalu, ibu telah meninggalkan kami. Waktu itu, tahun 2001. Saya sudah duduk di kelas IV SD. Bertambahnya usia juga membuat perubahan postur tubuh saya. Saya kelihatan lebih besar. Dan ternyata, perubahan fisik itu adalah awal mula petaka hancurnya masa depan saya. Waktu itulah awal ayah memperkosa saya.
Saya lupa hari apa ayah melakukan perbuatan bejatnya kepadaku. Namun itu dilakukan sekitar pukul 20.00. Ketika itu ayah sedang nonton film porno dari kepingan VCD milik temannya di ruang tengah rumah. Sementara saya ada di ruang tamu sedang belajar. Tak ingin tahu cerita apa dibalik film yang ditonton ayah, mendadak dia memanggil saya. Ketika berhadapan dengan ayah, samar-sama saya melihat adegan pria dewasa sedang berhubungan badan.
Tahu saya melihat gambar di layar TV, ayah tak melarang. Namun malah membiarkannya. Mungkin tahu saya malu menyaksikan adegan itu, ayah menyuruh saya beranjak. Katanya disuruh menutup pintu dan lekas beranjak pergi tidur. Meski berusaha membantah karena belum mengantuk, namun ayah memaksa. Terpaksa, akhirnya saya menuruti kehendak ayah.
Ketika saya sudah di dalam kamar, mendadak pintu kamar terbuka pelahan. Ternyata yang masuk adalah ayah. Raut wajahnya memerah, tangan kanannya memegangi organ vitalnya. Dia langsung duduk di sebelahku dan memegang-megang rambutku. Awalnya saya tak curiga, namun tangan kanan ayah pindah turun ke kaki, hingga menyentuh organ vital saya. Saya lekas menghindar dan berusaha menepis tangan-tangan nakal ayah. Namun apa yang saya peroleh atas penolakan itu, ayah malah murka.
Katanya, dipegang sama ayahnya sendiri saja tak mau tapi orang lain mau. Mendengar itu, saya pun diam. Takut dan tak mampu menolak. Waktu itulah ayah langsung memaksakan alat vitalnya masuk ke kelamin saya. Saya kesakitan luar biasa. Saya mengalami pendarahan. Saya tidak tahu, apa yang terjadi. Saya bingung. Saya hanya tahu, bahwa wanita memang mengalami menstruasi. Tapi, saat itu saya belum menstruasi. Makanya, saya hanya menangis. Sedih, malu, takut, dan kesakitan campur menjadi satu.
Malam sungguh menyakitkan terlewatkan sudah. Esok paginya saya keramas dan pilih berlama-lama di kamar mandi sambil merenung apakah seperti ini kasih sayang seorang bapak kepada anak. Penyesalan saat itu jelas sangat dalam. Namun karena usia masih dini dan kurang mengerti, saya tak terlalu berpikir dalam.
Saya sekadar merenung dan menangis karena merasakan sakit secara fisik pada organ kewanitaan saya. Kesakitan itu saya alami berhari-hari. Tapi saya tak tahu harus mengadu kepada siapa. Saya cuma takut.
Pengalaman pertama itu ternyata membuat ayah ketagihan. Ia melakukannya berulang-ulang hingga saya beranjak remaja dan mengalami menstruasi.
Karena melihat kebiasaan ayah memperkosa saya setiap usai melihat film porno pada malam hari, setiap malam saya pilih pamitan tidur di rumah teman atau tetangga. Saya baru pulang ketika malam telah larut.
Sampai pada tahun 2002, ibu pulang dari luar negeri. Ia tinggal di rumah lagi bersama kami selama 1,6 tahun. Meski ibu ada, saya tak berani menceritakan perbuatan bejat ayah kepadanya.
Saya tetap berusaha menyembunyikan aib ini. Saya takut ayah marah dan meninggalkan saya, ibu, juga adik.
Selama pulang, ibu sempat hamil. Ia pun melahirkan adik saya Chandra. Saya berharap setelah ibu pulang dan ada Chandra, ayah tak lagi berbuat kurang ajar.
Sayangnya, yang terjadi malah sebaliknya. Bahkan, saat ibu pergi ke rumah kerabat, ayah berusaha tetap memperkosa saya.
Kondisi itu kian parah, setelah ibu memutuskan kembali lagi bekerja jadi TKW ke luar negeri.
Hingga saya duduk di bangku kelas III SMP salah satu SMPN di Kota Malang, ayah makin “gila” dengan perbuatannya. Misalnya kejadian terakhir yang menimpa saya pada Maret 2008 lalu.
Saat itu ayahnya usai nonton film porno di rumah dan adik sudah tidur. Tak kuat menahan rangsangan dari film yang dilihat, ayah menyuruh saya menuruti fantasi seksualnya.
Caranya, saya diajak mandi bersama dan melihat saya berendam di bak besar. Saya heran, karena saat itu jam sudah menunjukkan pukul 20.00.
Usai mandi, saya tak boleh berpakaian namun hanya cukup dengan melingkarkan kain handuk lebar ke tubuh saya. Setibanya di kamar, ayah memperkosa saya. Yang kurasakan, hati ini menangis dan menjerit menyaksikan ayah menindihku.
Satu alasan kenapa setiap kali diperkosa ayah, saya tak hamil. Karena saat orgasme, (maaf) sperma selalu dibuang di luar alat kelamin saya.
Di tengah persoalan yang menghimpit kehidupan saya itu, Februari 2008, saya berkenalan dengan Andre, 17, saat ke Pasar Besar. Andre bekerja di Pasar Besar. Perkenalan itu membuat saya dan Andre kian akrab. Andre baik. Akhirnya kami memutuskan pacaran. Nah, kepada Andrealah saya mencurahkan persoalan yang menekan saya selama enam tahun itu. Dan, atas dukungan Andrelah, saya berani melaporkan perbuatan ayah saya ke polresta, Rabu (11/6) lalu. (*/ing/Mardi Sampurno/jawapos)
K

hey semuanya, salam kenal, buat kalian-kalian yang suka serial kisah sesama yang masih original seperti Cowok Rasa Apel yang sudah sampai sesi ke 3, silahkan cicipi "Serial Pelepasan" dengan jalinan kisah sesama lelaki dewasa dengan rasa yang berbeda, terimakasih banyak :)
pelepasan remah 1 (episode 1)
Pelepasan Remah ke 2 (episode 2) Klik disini
Pelepasan Remah ke 3 (episode 3) Klik disini
Pelepasan Remah ke 4 (episode 4) Klik disini
Pelepasan remah ke 5 (episode 5) klik disini
Pelepasan Remah ke 6 (episode 6) Klik disini
Pelepasan Remah ke 7 (episode 7) Klik disini
Pelepasan Remah ke 8 (episode 8) klik disini
Pelepasan Remah ke 9 (episode 9) klik disini
Pelepasan Remah ke 10 (episode 10) klik disini

Om Asep


Nama Saya Rizal 18 Tahun siswa kelas 1 SMA di salah satu sekolah
negeri di kota tempat saya tinggal. Orang bilang saya cakep atau
“kasep” kebetulan saya tinggal di tanah Sunda,dengan tinggi 174 cm dan
ukuran kontol 13 – 14 cm (tidak terlalu panjang memang) saya sudah
mengetahui bahwa saya berbeda dengan lelaki lainnya, yaitu saya
menyukai sesama jenis, Keanehan ini telah muncul ketika saya berada di
sekolah dasar ketika saya melihat lelaki sexy yang telanjang saya selalu
terangsang, entah kenapa, sampai akhirnya pada saat SMP saya
engetahui bahwa saya ini Seorang GAY atau homosexual Keinginan
tahuan saya begitu kuat, sehingga membuat saya terus berexplorasi
akan dunia gay, sampai akhirnya saya mengalami kejadian yang tak pernah
saya lupakan
Bertepatan setelah idul fitri, tanah disebelah rumah saya akan dibangun
rumah oleh pemiliknya, saya merasa sangat senang karena dengan itu
saya bisa melihat kuli disana telanjang disamping itu bisa lihat kuli ngeloco
sampai MUNCRAT!! CROOT!! Setiap hari saya pura pura menyibukan diri
di halaman rumah hanya untuk melihat mereka topless, tapi saya
terkejut melihat seorang pria, Dia Tampan, putih Bodynya kekar,
maskulin, saya taksir dia berumur 30 tahun, tidak terlalu tinggi, ditambah
dengan jendolan selangkangannya yang besar Dia bersama istri dan kedua
anaknya disana, dia tersenyum ke arah saya dan saya pun membalas
senyumnya. Saya sempat berpikir bagaimana bisa saya ngedapetin
kontol tuh Om Straightnya. Ia mendekat, Ooh rasanya dag dig dug.. “De
ada mama nya?” Lho kok dia nanyain mama saya bicara saya dalam hati.
“Ooh ada, mau saya panggili pak?” “Jangan panggil saya bapak, saya
belum terlalu tua kok, panggil aja Om biar agak kekeluargaan gitu.. “ooh
iya kalau begitu, bentar nama Om siapa?” “Nama Saya Asep. “Sebentar
kalo gitu Om, saya panggilin mama saya dulu”.
Dan akhirnya saya pun tahu Om asep itu Keluarga jauh saya juga. Itu
membuat saya merasa semakin dekat saja sama si Om. Hari hari berlalu ,
dan sampailah pada suatu hari Bonyok sama kaka saya pergi ke luar kota
untuk menghadiri acara sedangkan saya memilih di rumah karena esok
harinya akan ada ujian tengah semester di sekolah. Waktu itu jam 7
malam hujan deras disertai dengan kilat, seseorang mengetuk pintu
rumah, Saya sempat berpikir tidak membukanya karena takut, tapi
saya beranikan untuk membukanya, dan alangkah terkejutnya saya
ketika tahu bahwa itu adalah om asep, saya pun langsung membukakan
pintu. “Maaf zal boleh ikut berteduh?” Wah ini kesempatan emas
pikirku , tanpa basa basi lagi aku jawab, “Oh ya silakan, ayo masuk om
entar kedinginan lo, diluar kan ujan” “Makasih ya zal, baik banget” “Aah
gak segitunya kali Om” sambil senyum.. “ooh iya mama mana zal?” “Lagi
keluar kota semuanya Om sekarang izal sendirian disini” “Lho gak ikut
kamu zal? “enggak ah Om besok ada ujian” “Gak ngapalin nih?” nadanya
nyindir “Ngapalin mulu capek Om, mending istirahat sekarang mah.”
Kami pun ngobrol ngalor ngidul, ini itu, Seperti Om dan Keponakan Sendiri.
Saya pun mulai berpikir bagaimana caranya agar bisa bersama terus
dengan Om Asep.. Saya pun dapat ide.
“Om Nginep dong disini , masih Ujan tuh, lagian udah malem Om” “Wah
Entar istri Om gimana?” “Lho gimana apanya Om”? “Om kan udah bikin
janji ama istri Om.” “Janji apa Om?” “Yaah pasti kamu tau lah.. ia
menjawab dengan senyuman mesum
Dan tak lama pembicaraan kami mulai mengarah kepada hal hal yang
berbau sex..
“Kamu udah pernah ngeloco zal?” “Hmmm Udah sih Om” jawabku malu
“Gimana tuh rasanya pertama kali Ngeloco?” “Aah Om kayak gak tau
aja” haahaha Kami pun tertawa berdua Aku melihat gerak gerik
badannya yg mulai mencurigakan dan serta OOOOOOOOoooowww
Seperti ada tongkat besar kulihat diselangkangan celananya, Aku pikir Ini
Kesempatanku.
“Kenapa Om?” Itu burungnya bangun.. “Om… Om Udah gak Kuat!! Ia
menarik badanku ke sofa dan menciumiku. aaah aaah, aku pun
membalasnya dengan sukahati Ia Menggesek gesekan kontolnya dengan
kontolku, saling beradu.. Oooooh mimpi apa aku , kataku dalam hati. Ia
Berbisik padaku “Aku ingin Memperkosa kamu zal!!” Aku jawab “Baiklah
Om Perkosa aku, Perkosa!! Perlakukanlah aku, Perawani aku!! Sengaja aku
memancingnya dengan kata kata yang merangsang..
Ia berbeda dari biasanya, Ia Sangat bringas, bagai singa jantan. Ia mulai
melepaskan bajunya dan membuka reseleting celananya dan OOOH
KONTOL yang begitu gede berurat tegang 20 cm an dilengkapi dengan
precumnya yang menggoda…. ISEP!! ISEP!!! Ia menyuruhku. Tanpa basa basi
lagiaku hisap KONTOl gedenya, saking besarnya aku hanya bisa
memasukan sebagian dari kontolnya, tapi dia tetap memaksaa… aaahh
oohh yess aah shh ahh sshh .. erangannya ketika memperkosa mulutku..
Aku membuka celanaku dan mengocok kontolku yang sedari tadi telah
tegang sepenuhnya.. Tak lama kemudian aku sadar bahwa kami telah
bertelanjang tanpa satu helai benang pun.
Ia terus menggenjot mulutku, sekitar 30 menit aku mengoral kontol dia,
dan aku merasakan dia akan segera muncrat, ia gerakan kontolnya
semakin cepat, semakin ganas, dan bringas.. AHHH SHHHH AHHH OHHH
GUEEH GUUEEH MAAUHH AAAAAAAAAAAAAHHHHHHHH
CROOOOOOOOOOOOTT CROOOOOOOT CROOOOOOT
CROOOOT CROOOOOOOOT. Ia melepaskan PEJUH Lezatnya di mulut
saya “MINUM!!” Jangan ampe ada yang keluar!!” bentak dia Dia
menyuruhku untuk minum spermanya tapi dia tidak mau melepaskan
kontolnya dari mulutku alhasil banyak pejuhnya yang keluar, aku terus
saja melamot, menyedot kontolnya dan meminum pejuhnya.. aaah aaah
shsh . dia terus mengerang.. Om Asep Ini lelaki perkasa , buktinya
meskipun Kontolnya udah ngeluarin pejuh tapi kontolnya masih tetap
tegang sepenuhnya… Dia pun mencabut kontolnya dari mulutku.
Kami berciuman kembali, lebih romantis dan gentle dari sebelumnya, aku
cium dan jilat selurh tbuhnya ooooh nikmat tak terkira. Antara sadar dan
tidak aku mengajaknya ke kamar karena aku sudah ingin dientot.. “Om
Entot aku”!! “Apa??” Beneran nih? “iya Om.. Kontol Kuda Om memang
Hebat ucapku sambil menjilat kontolnya Ia pun menyeringai mesum, dan
langsung mengangkatku dengan tangannya layaknya sepasang suami isrti,
aku ditidurkan dikasurku, lalu Om asep menikamku dengan ciuman
mesra… kiss emotikon kiss emotikon “OOmm aaah oom aaah Entot aku aah sshh” pintaku sambil
ngocok kontol.. “Apapun yang kau inginkan sayangg!!!” SREEEEEEETTT
“aaaaaaaawww” teriaku karena ia mendadak memasukan kontolnya
tanpa penetrasi ke lubang duburku yang masih perawann.. “ooom Sakit”
rintihku “Nanti juga enakan sayang” Sambil menciumku Genjotan
pertama pelan pelan, terus kencang lebih kencang lagi dan lagi…
aaahh sshh ahh sshhsaaahh… rintihku antara nikmat dan sakit bersatu
padu… “aaaah ooh sakit oom tapih enhaak” erangku… “Dasaar bocah gila”….
Karena terlalu nafsu, entah mengapa ia menggenjotku sekuat kuatnya
dan sesakitsakitnya tetapi kontolku malah ngaceng sengaceng
ngacengnya.. “oooh” Ia memang ahli dalam hal ini, titik prostatku tercapai
oleh kontolnya, maju mundur maju mundur aaah enak sekali. Beberapa
menit kemudian aku mulai mengejang merasakan terjangan lahar putih
yang akan keluar, meskipun aku tak memegang kontolku, dan
aaaaaaaaaahh aahhh ohhhh CROOOOOT CRRRRROOOOOOOOOT
CCRRRRRROOOOOOT pejuhku muncart banyak sekali, ke dadaku, ke
muka om asep dan ke seluruh tubuh kami. Oooh kontolku mulai melemas,
tapi Om asep tetap menggenjotkan kontol kudanya…. Bosan ia dengan
gaya yang biasa, ia punya ide untuk merapatkan kakiku sehingga duburku
akan jauh lebih sempit, aku menolak dengan tegas, tapi ia tak mau
mendengar, ia cengkram kedua kakiku dengan ototnya yg kekar, aku tak
bisa melawannya, dan akhirnya…
Aaaaahh pantatku benda padat itu menyakitkan sekaligus menikmatkan,
“oohh ahh shh ah ohh ” terus saja rintihnya.. Duburku mulai berdarah. Tapi
ia tak peduli, bahkan ia makin bringas mengentotiku…
Oooh uhhh ahh… Aku HAMILI KAMU OKE SAYANGGHHH ahh?? AHHHH
CROOOOOOOOOOOOOOT
CRRRRRRRRRROOOOOOOOOOOOOOOOOOOT
CCCCRRRRRRRRRROOOOOOOOOOOOOT
CRRRRRRRRRRRRRROOOOOOOOOOOOOOOOOOT dia pun
mengeluarkan pejuhnya untuk yang ke 2 kalinya, sangat banyak sekali,
bercampur darah duburku.. OOh tapi aku merasakan kenikmatan tiada
taranya. Ia terjatuh lemas dipunggungku sambil berbisik “Mandi sambi
maen yo? Nadanya mesra. dalam hati saya berkata ” gila nih orang belum
puas juga”
Ia memaksaku untuk mandi bareng dia, aku terpaksa dengan
mengangkang karena ia tak mau mencabut kontolnya dari duburku.. “Om
lepas dong!!.” “Nanti setelah kita selesai main.. Kami pun mandi , saling
menyabuni tentunya dengan kontol om asep yang tertancap di duburku.
Ia mulai beraksi, aku pasrah karena sudah terlalu lelah.. ia menggenjotku
terus dan terus, sensasi luar biasa terasa karena kami mandi dengan
shower air hangat yang sedikit panas, menyebabkan sensasi luar biasa
pada kontol kami.. OOooh aaah ohhh OMMM akuuu KELUARRR
CROOOOOT CRTOOOOOCROOOOT!!!!!!
OOoh Akuu jugaaahh ZALLLL makan nih PEJUHHHHHH
CROOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOT
CROOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOT!!!Ia
tetap menanamkan kontolnya di duburku. untuk ketigakalinya ia muncrat..
hosh hosh , kami terkulai lemas di bathtub, dan tertidur sambil dubur
saya ditanam di lubang pantatku..
Keesokan harinya aku terbangun, dan sempat kaget takut kesiangan ke
sekolah, tapi syukurlah waktu masih jam 4 pagi, aku pun membangunkan
om asep, agar dia mencabut kontolnya dari duburku, tapi apa daya dia
mengajakku lagi untuk bermain, dan aku ladeni hingga ia dan aku
NGCROOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOT!!!
OOhh AHhh..
Ia pun pamit pulang dengan memberikan ciuman padaku, “Kau memang
hebat” bisiknya. Aku beri dia nomer HP ku agar kapan ia butuh service
aku tinggal datang, toh nanti rumah saya dan dia dekat. Setelah kejadian
itu, BERCINTA sudah menjadi kegiatan rutin kami, ketika dia sedang
sendiri atau aku yang sendiri dia selalu memberiku uang jajan ketika aku
sudah memuaskan nafsunya. Pada akhirnya saya menjadi budak sexsnya,
tapi beruntungnya saya masih mendapat kenikmatan dari apa yang saya
lakukan dan saya tidak mendapat siksaan fisik pula. Mungkin inilah awal
perjalanan hidup HOMOSEXUAL saya…

hey semuanya, salam kenal, buat kalian-kalian yang suka serial kisah sesama yang masih original seperti Cowok Rasa Apel yang sudah sampai sesi ke 3, silahkan cicipi "Serial Pelepasan" dengan jalinan kisah sesama lelaki dewasa dengan rasa yang berbeda, terimakasih banyak :)
pelepasan remah 1 (episode 1)
Pelepasan Remah ke 2 (episode 2) Klik disini
Pelepasan Remah ke 3 (episode 3) Klik disini
Pelepasan Remah ke 4 (episode 4) Klik disini
Pelepasan remah ke 5 (episode 5) klik disini
Pelepasan Remah ke 6 (episode 6) Klik disini
Pelepasan Remah ke 7 (episode 7) Klik disini
Pelepasan Remah ke 8 (episode 8) klik disini
Pelepasan Remah ke 9 (episode 9) klik disini
Pelepasan Remah ke 10 (episode 10) klik disini

Monday, January 11, 2016

Bercinta Dengan Paman





Ini adalah penggalan dari salah satu kisah yang pernah saya alami. Sejak kecil orang tua saya telah membiasakan saya hidup teratur, bersih dan rapi, sehingga beranjak remaja saya sudah terbiasa hidup teratur, sampai sekarang saya lebih suka mengerjakan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain karena terbiasa sejak kecil begitupun dengan masalah bergaul aku gak sembarangan bergaul dengan orang lain. 
Dari hari ke hari hidupku semakin di hantui dengan segala macam warna kehidupan tapi saya tetap berusaha eksis dengan mengambil hal-hal yang sesuai dengan prinsip hidup saya, sejalan dengan bertambahnya usia terkadang ada hal-hal tertentu tak bisa saya tolak sehingga menimbulkan variasi dalam cara berbikir saya salah satunya adalah kebutuhan biologis. Tak terpikir olehku kalo ternyata dari sekian banyak bagian dari kehidupan semuanya berjalan berkesinambungan, tergantung dari setiap individu itu sendiri bagaimana dia mengolahnya dan memetik bagian yang dianggap sesuai dengan selera hidupnya sekeras apapun kita menolak semuanya terkadang hal itu hanya akan menimbulkan beban batin yang berkepanjangan tapi jangan kuatir bukankah ada pepatah yang mengatakan 'ada seribu satu macam jalan menuju roma', tidak ada masalah yang tidak ada pemecahannya jadi jangan kuatir semuanya akan bisa di atasi sepanjang keingian itu masih ada. 
Nama saya Chris, saya salah satu mahasiswa PTN terkemuka di Indonesia bagian timur sekarang saya berumur 20 tahun perjalanan hidup saya penuh dengan lika-liku hingga sekarang pahit getirnya kehidupan saya sudah rasakan, ternyata kehidupan itu tak ubahnya adalah suatu bentuk metamorfosis dari mahluk yang menjalaninya dan akan mencapai klimaksnya yang kita sendiripun tidak tau kapan.. 
Sekarang saya akan mengajak kalian secara mundur (flashback) mengikuti suatu cerita di masa kecil saya tepatnya ketika saya masih berstatus murid sekolah dasar, sejak kecil saya suka berdiam diri di rumah apabila gak ada yang mengajak main saya cenderung di rumah nonton TV ataupun main game atau mengulang pelajaran disekolah, tak mengherankan jika nilai rapor saya selalu bagus dibanding dengan saudara-saudara saya yang lain. 
saya punya beberapa Paman yang sangat perhatian dengan saya, katanya saya beda dengan anak-anak yang lain mereka cenderung nakal dan urak-urakan, salah satu Paman saya itu bernama yudi ketika saya masih sekolah dasar Paman saya itu sudah berumur sekitar 25-an. Orangnya memang sangat baik dia senang mengajari saya matematika begitu pula dengan pelajaran lainnya sebenarnya dia masih sepupu saya tapi karena umurnya sedikit jauh diatas saya makanya saya lebih senang memanggilnya Paman. 
Sore itu Ayah dan Ibu kebetulan gak ada di rumah saudara-saudara yang lain juga gak ada kakak ikut studi tour sedangkan adik ikut les matematika, saya sendiri sedang mengulangi pelajaran yang tadi saya dapatkan disekolah, tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk saya memasang telinga dengan baik memastikan apakah benar ada yang mengetuk pintu. 
"Tok.. tok.. tok.." suara pintu terdengar sangat jelas. 
"Siapa yach" jawabku sedikit lantang. 
"Ini Yudi, Chris" jawabnya dari balik pintu. 
mendengar kalo yang menjawab itu Paman yudi aku segera menghampiri pintu dan membukanya. 
"Eh, Paman Yudi, masuk Paman!" sambil mempersilahkannya masuk. 
Paman Yudi segera menghampiri meja di mana saya belajar lalu diam sejenak memandang buku-buku yang tergeletak tak beraturan. 
"Ibu kamu kemana Chris, kamu sendiri yach?" sambil mengutak-atik buku tersebut. 
"Iya Ibu ama Bapak keluar Paman, dia gak bilang tuch mau kemana katanya nanti malam baru pulang" jawabku pelan sambil masih terus memperhatikannya. 
Sore itu Paman sedikit beda, kelihatannya sedikit lebih fres dari biasanya dibalut dengan baju kemeja dan celana jeans memperlihatkan postur tubuh yang sangat proporsional ditambah lagi wajahnya yang cakep, bersih dengan aroma parfum yang maskulin membuatku hanyut dalam keharuman. Sudah cukup lama aku memperhatikan pamanku selain karena orangnya baik dia juga senang mengajari saya makanya saya senang setiap kali dia datang ke rumah. 
"Mau ke mana Paman rapi banget". 
"Rencananya sich mau keluar tapi kayaknya gak jadi dech" seraya menganggukkan kepalanya memberi isyarat memanggilku. Akupun lalu duduk didekatnya. 
"Kalo Fery ama Nanda kemana?" tanyanya pelan sambil membaca salah satu buku pelajaranku. 
"Fery studi tour Paman sedang Nanda sekarang di sekolah katanya ada les tambahan" jawabku pelan. 
Beberapa saat berlalu tiba-tiba di luar jangkauan berpikir saya tangan Paman telah memegang tanganku dielusnya tanganku pelan dan sesekali bernafas panjang saya sendiri hanya diam kebingungan dalam batin saya berkata ada apa dengan Paman, dan kenapa juga saya merasakan sesuatu yang hangat dan damai. Dibimbingnya tanganku menyentuh pahanya lalu berhenti disuatu gundukan tepat dibagian tengah dari tubuhnya yang tidak lain adalah kontolnya sendiri, aku merasakan gundukan tersebut berdenyut-denyut tegang dan mengeras. 
"Kamu sayang Paman gak Chris?". 
Aku mengangguk seraya memeluk pamanku, baru kali ini aku bisa mendekat erat pamanku seolah aku tak ingin melepaskan pelukanku. Entah kenapa, anak seusia saya pada waktu itu sudah bisa memiliki perasaan seperti itu. 
"Chris, mau bantu Paman gak?" tanyanya dengan bunyi seperti desahan. 
"Bantu apa Paman" jawabku polos. 
"Kalau kamu memang sayang ama pamam lakukan apa yang Paman perintahkan" kata Paman seraya mengecup keningku, akupun semakin memeluk erat pamanku tidak ingin melepaskannya. 
Perlahan-lahan pamanku mulai menciumi satu persatu dari bagian wajahku mulai dari keningku, pipiku dan terakhir tentunya bagian yang paling sensitif yakni bibirku dilumatnya bibirku dengan mesra, hangat dan lembut akupun mencoba membalasnya tapi waktu itu aku belum tahu bagai mana cara berciuman yang asyik aku cuma mengerak-gerakkan bibirku seadanya untunglah pamanku membimbingku dengan baik sehingga kami berdua bisa merasakan betapa nikmatnya bibirku dan bibir Paman yang saling menyatu, nafas Paman semakin memburu gerakan Paman semakin dipercepat tapi masih dalam keadaan terkontrol sehingga saya tidak kelabakan jadinya. 

Sambil tetap masih dalam keadaan mengulum bibirku yang mungil tangan Paman asyik mengerayangi bagian tubuhku yang lain termasuk adik keciku yang sedikit demi sedikit mulai mengeras. Puas dengan bagian bibirku Paman kemudian meningkatkan permainan lidahnya dengan menjilati bagian tubuhku yang lain leher, dada lalu hinggap di kedua puting susuku yang sedikit kemerahan dipilinnya dengan lembut aku mengeliat menahan rasa geli terkadang aku tertawa saking gelinya tapi asyik juga setelah itu sapuan lidahnya berkelebat lagi ke arah bawah membuka perlahan-lahan celanaku dan segera ditebasnya adik kecilku yang manis dengan lidahnya di lanjutkan dengan tarian lidahnya aku dibawahnya melayang akhirnya adik kecil itu tegang juga meskipun ukurannya kecil pamanku nampaknya sangat menikmatinya. 

Pamanku benar-benar hebat dia sangat berpengalaman emosinya terkontrol dengan baik sehingga setiap gerakan yang dilakukan jauh dari sentuhan yang liar sehingga aku juga senang menyambutnya, puas menikmati bagian-bagian tubuhku, Paman berdiri lalu saya melihat Paman membuka satu persatu pakain yang melekat ditubuh seksinya itu dadanya yang terbentuk memberikan kesan yang sangat seksi sekali, putih dengan sedikit bulu halus yang menghiasinya. Tangannya sekarang turun ke bawah dibukanya resleting celananya lalu dipelorotkan celana jeansnya, wow suatu gundukan yang cantik sekali terlihat gundukan itu besar sekali.

"Paman besar sekali adiknya" kataku sambil tertawa kecil.
Paman hanya tersenyum lalu dibukanya cdnya dan tampaklah sebuah meriam yang siap melepaskan tembakan ukurannya sangat besar sekali. Pamanku mengangkat tubuhku kali ini aku menindihnya lalu Paman menyuruh aku menciumnya aku pun melakukannya.
"Aghh..", Paman mendesah lembut akupun semakin melumat bibir pamanku yang kelihatan sangat fresh itu, entah kenapa secara spontan tanpa disuruh oleh Paman aku menjilati leher Paman lalu turun ke lehernya lalu aku merambah ke dada seksinya aku hanya mengikuti apa yang telah dilakukan Paman tadi padaku, desahan Paman datang silih berganti kali aku memilin kedua puting susu pamanku enak juga aku seakan menikmati ice cream lembut dan hangat.

Kali ini pamanku sedikit mendorong kepalaku ke bagian bawah sepertinya menyuruhku untuk mencicipi bagian bawah tubuhnya setelah dadanya lidahku turun ke bagian perutnya kunikmati seadanya lalu aku turun lagi sedikit demi sedikit terasa sekali denyutan-denyutan kontol pamanku pada bagian leherku.
"Hisap Chris, hisap sayang yang itu" sambil memegang kemaluannya lalu dibimbingnya kemaluan itu masuk ke dalam mulutku.
"Aggh.. hisap terus sayang", mata pamanku merem melek mengikuti ritme gerakan hisapanku yang semakin menjadi-jadi meskipun sedikit tidak teratur aku melakukannya namun pamanku tetap menikmatinya tubuhnya menggelinjang hebat. Aku sendiri sangat menikmatinya baru kali ini merasakan sesuatu yang sangat enak, empuk, kenyal, lembut dan hangat seandainya aku disuruh memilih antara ice cream dengan barang milik pamanku aku akan memilih barang milik pamanku itu.

Berapa menit telah berlalu aku masih asyik bercinta dengan pamanku cara pamanku sangat romantis sehingga memberika kesan kalau pamanku juga memberikan kesempatan aku menikmatinya, Posisi kami sekarang berubah Paman memintaku untuk berjongkok di atas tubuhnya kali ini sepertinya Paman ingin mencicipi anusku yang mungil dan lembut tersebut setelah mengolesi sedikit lotion ke kemaluannya, dibimbingnya barang tersebut masuk ke anusku. Agak susah memang, aku merintih beberapa kali karena merasa kesakitan.

"Aghh! Paman, sakit sekali" kataku.
"Paman akan pelan-pelan sayang" balas pamanku.
Setelah beberapa kali mencoba akhirnya masuk juga "Blesstt.." aku merintih kesakitan, untuk beberapa saat Paman tidak bergerak dia asyik membelai dan memainkan adik kecilku agar aku sedikit merasa keenakan ternyata usaha pamanku berhasil setelah itu pinggul pamanku naik turun sehingga kurasakan gesekan di dalam anusku perih tapi aku menikmatinya lantunan bunyi decak dalam anusku sangat berirama aliran darahku terasa terhenti, anusku tertusuk.
"Ahh.." sedikit demi sedikit aku mulai mendesah menandakan aku menikmati permainan pamanku.

Pamanku sepertinya lelah sekarang dia mengubah posisi disuruhnya aku menungging lalu pelan-pelan kembali dia masukkan kontolnya itu ke dalam anusku kali ini sedikit memaksa.
"Agh! sakit.." kali ini aku memekik.
Dengan pelan pamanku menggerakkan pantatnya maju mundur seraya kedua tangannya memelukku, lama kelamaan gerakkannya sedikit di percepat kali ini nafsu pamanku semakin memburu sepertinya dia tidak bisa lagi menahan nafsunya yang kian membara.
"Yeahh.. ahh.." pamanku mendesah hebat.
Desahannya datang silih berganti dan suatu ketika dia segera melepas barangnya dari anusku yang sangat sempit, perih memang.
"Buka mulutmu sayang" ujar Paman sambil mengarahkan kontolnya ke arah mulutku.
Pamanku mengocok kontolnya sendiri lebih cepat dan "Crot.. crot.. crot".
"Ah.. yeahh.. ahh.." pamanku mengerang.
Spermanyapun tumpah ruah di dalam mulutku sebagian lagi jatuh ke badanku, melihat sperma yang begitu banyak tertampung dalam mulutku segera dikulumnya mulutku akupun membalas kuluman itu, kami saling berbagi sperma pamanku itu dalam mulut yang bersatu.
"Apa ini Paman kok asin?" masih sempat kata itu keluar dari mulutku yang polos di kala itu.
"Itu air mani sayang atau pejuh, telan aja enak kok" kata pamanku dengan tersenyum lalu kembali menciumku.

Pamanku bukanlah orang yang ingin memperoleh kepuasan sendiri dalam bercinta segera saja tangannya menjalar ke bagian tubuhku dan meremas adikku lalu mengocok dengan cepat dan cepat lagi, setelah beberapa saat dia mengocok barangku itu aku akhirnya merasakan suatu getaran hebat pada pada bagian penisku berdenyut hebat dan tiba tiba aku merasakan seperti kesetrum tubuhku seperti kejang-kejang terutama pada bagian penisku ternyata aku telah mangalami orgasme meskipun aku tidak mengeluarkan pejuh maklumlah mungkin belum waktunya, pamanku sendiri masih asyik mengocok punyaku lalu aku segera melepaskan tangannya karena aku sudah sangat lemas. Sore itu sungguh terasa menyenangkan kami masih sempat bercanda sebentar sebelum akhirnya Paman pulang.

Meskipum kadang malamnya aku merasakan anusku perih tapi aku masih saja mengulanginya dengan pamanku setiap kali kami ada kesempatan, aku sangat menyukai pamanku namun benarlah kata pepatah ada pertemuan tentu ada pula perpisahan menjelang ujian akhir tingkat SD pamanku juga sudah berangkat ke jakarta sampai sekarang dia masih di sana dan sudah berkeluarga, namun pengalaman bercinta selama beberapa kali dengan pamanku itu sungguh pengalaman yang sangat mengasyikkan, akankah saya alami pengalaman yang lebih seru lagi

hey semuanya, salam kenal, buat kalian-kalian yang suka serial kisah sesama yang masih original seperti Cowok Rasa Apel yang sudah sampai sesi ke 3, silahkan cicipi "Serial Pelepasan" dengan jalinan kisah sesama lelaki dewasa dengan rasa yang berbeda, terimakasih banyak :)
pelepasan remah 1 (episode 1)
Pelepasan Remah ke 2 (episode 2) Klik disini
Pelepasan Remah ke 3 (episode 3) Klik disini
Pelepasan Remah ke 4 (episode 4) Klik disini
Pelepasan remah ke 5 (episode 5) klik disini
Pelepasan Remah ke 6 (episode 6) Klik disini
Pelepasan Remah ke 7 (episode 7) Klik disini
Pelepasan Remah ke 8 (episode 8) klik disini
Pelepasan Remah ke 9 (episode 9) klik disini
Pelepasan Remah ke 10 (episode 10) klik disini

Pemijat Dadakan






Aku adalah seorang pemuda berusia 16 tahun. Walau masih lumayan muda aku mempunyai tubuh yang cukup bagus karena sering latihan di gymnasium. Aku memang menyukai olahraga. Namaku Anton, walaupun banyak cewek di sekolah yang suka atau naksir kepadaku, entah kenapa aku tidak merasa tertarik kepada satupun diantara mereka. Aku menganggap mereka semua sebagai teman. 
Di lingkungan sekolah aku tidak mempunyai teman yang sangat akrab, aku lebih sering bergaul dengan tetangga sebelah rumahku yang kebetulan merupakan tempat kost dan salah seorang yang paling akrab bergaul denganku adalah Syarif, seorang mahasiswa yang mempunyai banyak kesamaan denganku. Syarif berusia 23 tahun. Dia pula yang mengajakku rutin berlatih di klub fitness atau renang. 
Pada suatu sore, Syarif menawariku untuk main ke tempat kerjanya. Setahuku memang beberapa minggu terakhir ini Syarif agak sibuk dan mempunyai jadwal kerja walaupun bukan berstatus pegawai tetap. Yang jelas dia sering pulang agak larut dan jarang bisa ngobrol denganku seperti biasa. 
Aku menerima tawarannya dan berangkat bersama. Sekitar 20 menit aku berboncengan motor dengannya dan sampailah kami di sebuah rumah di sebuah kampung. Syarif lalu memarkir motor dan mengajakku masuk ke rumah tersebut. 
Di dalam terdapat sebuah meja seperti meja penerima tamu dan beberapa kursi berjajar. Ada beberapa orang pemuda yang sebaya Syarif dan rata rata berbadan kekar sedang mengobrol. Mereka menyapa Syarif dan Syarif lalu mengenalkanku kepada mereka. Rata-rata mereka ramah sehingga aku merasa lumayan betah disana. 
Syarif lalu memintaku duduk menunggu di ruang tamu tersebut dan beberapa temannya mengajakku mengobrol ringan. Syarif sendiri lalu masuk ke ruang dalam. Tak lama kemudian ada seorang bapak bapak masuk dan menyapa salah seorang pemuda yang sedang duduk. Lalu setelah bercakap cakap sebentar mereka keluar. 
Selang beberapa menit Syarif keluar dengan seorang lelaki yang usianya kira kira 30 tahunan. 
"Ton, kenalkan.. ini mas Amir.. boss gue", kata Syarif 
Aku lalu berjabat tangan dengan mas Amir yang tubuhnya juga boleh dibilang bagus. 
Kami lalu mengobrol ringan dan dalam waktu 20 menit, para pemuda yang tadi di ruang tamu telah kedatangan tamu dan ada yang langsung pergi, ada pula yang naik ke lantai atas. 
"Mas.. kerjanya apa sih, dari tadi kok banyak sekali tamu yang keluar masuk ?" tanyaku penasaran. 
"Ah.. kerja gue sih ringan aja.. cuman nemenin tamu ngobrol terus.." 
Belum sempat Syarif menyelesaikan kalimatnya pintu terbuka dan muncul seorang lelaki. Syarif lalu menyapa dan menyilahkan masuk. Setelah berbincang bincang beberapa saat. 
"Ton, gue tinggal dulu ya.. gue harus temenin tamu nih.. elo tunggu aja disini bentar" 
Tanpa memberi kesempatan padaku untuk bertanya, Syarif sudah keluar dengan lelaki yang disebut tamunya itu. 
Aku mulai heran dan bertanya tanya apa sebenarnya pekerjaan Syarif. Tapi karena aku hanya sendirian, akhirnya aku mengambil majalah yang terletak di meja. Majalah itu ternyata adalah majalah fitness yang memuat banyak sekali gambar gambar pria yang memamerkan keindahan tubuhnya. Harus kuakui sebenarnya aku agak bingung dengan diriku karena aku lebih suka melihat pria yang bertelanjang dada. Kelihatan gagah dan perkasa. 
Sedang asyik asyiknya aku melihat lihat majalah tersebut, tiba tiba pintu kembali terbuka. Muncullah seorang lelaki bertubuh kekar memakai kaos ketat sehingga keindahan tubuhnya dieksploitasi. Aku mengangguk dan mencoba menyilahkan dia duduk. Kulitnya agak hitam terbakar matahari dan rambutnya dipotong cepak sekali. Dia lalu duduk di sebelahku. 
"Sendirian saja dik ?" tanyanya ramah. 
"E.. iya.. lagi pergi semua.." jawabku. 
Diam diam aku memperhatikan tubuh lelaki itu yang benar benar kelihatan gagah dan jantan. Kaos hijau ketat yang dipakainya semakin melihatkan otot otot tubuh yang dimilikinya. Puting susunya kelihatan menonjol. Tiba tiba dia mengulurkan tangan dan mengajakku berkenalan. 
"Kenalkan, nama gue Jamal", katanya. 
"Anton", kataku menyambut uluran tangannya. 
"Bisa kita pergi sekarang Ton ?" 
"Eh.. ini.. sebentar.." aku gugup sekali karena tidak menyangka aku dikira sebagai pegawai disana. 
"Kenapa ? harus jaga kandang ? pamit aja sama Amir." katanya memberi saran. 
Aku teringat bahwa mas Amir masih ada di dalam. Aku lalu pamit sebentar dan masuk ke 
dalam untuk mencari mas Amir. Kudapati mas Amir baru selesai mandi. Aku lalu menyapanya dan memberitahu bahwa ada tamu di luar. Mas Amir lalu keluar. Rupanya mereka telah kenal. 
"Buset elo Mir.. dapet darimana barang bagus begitu ?" sempat kudengar Jamal bertanya seperti itu kepada mas Amir. 
"Ah.. elo Mal.. sebenarnya...." mas Amir lalu berbisik bisik kepada Jamal. 
Setelah berbincang bincang beberapa saat. Jamal kembali duduk sementara mas Amir menghampiriku dan menggamit lenganku untuk masuk ke dalam. 
"Ton.. elo mau kagak bantuin gue ?" 
"Bantuin apa mas ?" 
"Anak buah gue kan pada pergi semua nih.. elo temenin tuh mas Jamal ya.." 
"Loh.. saya kan gak kerja disini mas ?" 
"Kagak apa apa.. Jamal sendiri yang minta kok.. " 
"Tugas saya nanti apa aja mas ?" 
"Elo bisa mijit kagak.. ?" 
"Saya.. kagak gitu bisa mijit mas.. " 
"Ah.. udahlah.. elo temenin aja dia.. entar elo turutin aja dia maunya apa.." 
"Tapi nanti Syarif.." 
"Udah.. itu urusan kecil.. " 
Usai berkata begitu, mas Amir langsung menggamit lenganku keluar dan menyorongkanku kepada Jamal. Aku mulai berdebar debar, apa yang akan terjadi padaku nanti. 
Jamal lalu mengajakku keluar dan kami lalu berjalan menyusuri kampung itu sampai di jalan raya dimana Jamal memarkir mobilnya dan menyuruhku masuk ke dalam jeepnya. Dia lalu melarikan mobilnya. Untung Jamal orangnya ramah. Dia mengajakku mengobrol santai, kadang juga kita bercanda. Dia juga menceritakan tentang dirinya sendiri. Dia berusia 28 tahun tapi dia tidak bercerita banyak tentang pekerjaannya kecuali bahwa dia sedang cuti dan ingin refreshing. 
Aku mulai bingung saat Jamal melarikan mobilnya ke arah luar kota.
."Kita mau kemana ini mas ?"

"Gue lagi pengen ke pantai nih.. dan tolong jangan panggil gue mas dong.. "

"Tapi saya belum bilang orang rumah, nanti mereka mencari.."

"Nih ada telpon, elo telpon sekarang.. bilang elo diajak temen nginap" dia melemparkan handphonenya ke arahku.

Walau agak ragu, tapi akhirnya aku menelpon juga ke rumah dan memberi kabar aku akan menginap di rumah temanku supaya tidak terlalu banyak ditanya.

Hari sudah malam saat kami sampai di sebuah pantai yang cukup sepi. Jamal lalu memarkir jeepnya di sebuah rumah dan dia turun meminta kunci ke sebuah rumah. Lalu dia mengajakku masuk ke sebuah rumah kecil di pinggir pantai.

"Kenapa Ton, kamu tegang ya ? Jangan khawatir lah.. gue cuman butuh ditemenin aja kok"

Jamal lalu merangkul pundakku dan mengajakku masuk ke dalam rumah.

Rumah itu berupa kamar berukuran sekitar 3 X 4 meter plus sebuah kamar mandi. Di tengah tengah terdapat sebuah kasur pegas. Jamal lalu membuka jendela kamar dan membiarkan angin pantai bertiup masuk ke dalam kamar.

"Ah... segar sekarang.. Nah.. Ton, anggap rumah elo sendiri deh"

Jamal lalu melepas sepatunya kemudian berdiri dan meloloskan kaos hijau ketatnya. Aku yang sedang duduk di ranjang amat terkagum kagum melihat dadanya yang begitu kekar perkasa. Puting susunya begitu hitam dan tegang. Dia tersenyum melihatku melihatnya seperti itu.

"Kenapa Ton, elo suka liat tetek gue ?"

"Eh.. i.. iya.. tetek elo bagus "

"Tubuh elo juga lumayan bagus kok.. cuman butuh latihan rutin aja"

Dengan cuek Jamal lalu melorot celana panjangnya sehingga dia hanya mengenakan kolor yang alamak seksi sekali. Mana kontolnya kulihat begitu jelas membayang di balik kolornya yang tipis dan minim itu.

Diam diam aku merasakan bahwa kontolku juga tegang melihat dia hampir telanjang seperti itu. Baru kali ini memang aku melihat langsung di depan mataku tubuh lelaki yang hampir polos. Jamal lalu tersenyum dan menyuruhku untuk melepas pakaianku.

"Ayo Ton, lepas pakaian elo.. terus pijitin gue.. tubuh gue capek semua nih"

Dia lalu menelungkupkan diri ke ranjang. Alamak.. kolor dia hanya berupa tali di bagian belakangnya sehingga pantatnya yang bulat kencang itu terlihat dengan jelas. Aku semakin gemetaran menahan nafsuku dan juga menahan rasa sesak di celanaku akibat kontolku yang semakin ngaceng.

Aku lalu melepas bajuku dan mengambil body lotion yang disiapkan oleh Jamal. Kemudian aku menduduki pahanya dan mulai mengoleskan body lotion ke punggungnya.

Saat aku mulai memijit tubuhnya yang kencang itu, Jamal sesekali mengerang nikmat. Setelah beberapa lama, dia memintaku untuk memijit kaki dan pahanya. Dia mengangkangkan kakinya sedikit sehingga terlihat lubang pantatnyayang dipenuhi oleh bulu bulu lebat berwarna hitam itu.

Tiba tiba Jamal berbalik sehingga kini dia terlentang dan memintaku memijit dadanya. Saat aku hendak duduk di sebelah tubuhnya, Jamal melarangku dan memintaku duduk diatas pahanya, sehingga saat aku membungkuk memijit dadanya, bagian kontolku bersentuhan dengan kontolnya yang masih terbungkus celana dalam minim itu. Kurasakan kontol dia juga mulai ngaceng.



Jamal mengangkat tangannya sehingga bulu bulu ketiaknya terlihat dan membuatku semakin terangsang. Dia mengerang penuh kenikmatan saat tanganku memijit dadanya dan memintaku untuk memainkan jariku di puting susunya.

"Sekarang.. lepas kolor gue" perintahnya

Antara ragu dan ingin tahu, kulepas juga perlahan lahan kolornya sehingga kontolnya yang sudah ngaceng penuh itu tersembul keluar. Gila.. kontol dia cukup besar dan panjang. Hitam dan dikelilingi oleh bulu bulu jembut yang keriting dan lebat.

"Ya.. sekarang pijitin tuh kontol gue.." suruhnya lagi

Tanpa diulang dua kali aku lalu meraih kontolnya dan memainkannya.

"Bukan dengan tangan.. dengan lidah elo"

Bagai kerbau dicucuk hidung, aku mendekatkan kepalaku ke kontolnya dan kujulurkan lidahku untuk menjilati kontolnya bagaikan es krim.

"Oh ya.. euhhh... enak... bagus.. pintar elo Ton"

Aku semakin bernafsu menjilati kontolnya yang super ngaceng itu dan kumainkan tanganku di pelernya.

"Masukin ke mulut elo Ton.. masukin semuanya..."

Lagi lagi aku menuruti kata katanya untuk memasukkan kontolnya ke mulutku, mulai dari ujung sampai ke pangkalnya.

"Ooooooooooohhhh... yeaaaaaaaaaaaahhhh..... terusssssss... jangan berhenti Tooonnnn"

Puas kujilati dan kukulum kontolnya, Jamal lalu bangkit dan melepas kolornya. Dia lalu menyuruhku melepas celana jeans dan kolorku. Setelah aku telanjang bulat, dia menyuruhku berdiri di depannya dan kini dia yang menjilati kontolku. Nikmatnya benar benar tak terhingga. Aku sampai merasa terbang di awang awang. Bahkan tak lama kemudian aku tak tahan lagi atas rasa geli dan nikmat yang tak terkira.


"Oooohh.. Mal... gue gak tahan.... oooooohh..... ehhhh... yeaaaaa...

AAHHHHHHHHHHH"

Kusemprotkan air maniku yang sudah tak tertahankan itu mengenai mulut, muka dan rambutnya. Aku kemudian terkapar lemas di ranjang. Benar benar suatu kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Jamal lalu memelukku dan mendekatkan wajahnya ke wajahku. Mulutnya tiba tiba menempel di mulutku. Aku membalas ciumannya dengan bernafsu. Ohhh... nikmat sekali rasanya, sementara tangannya meremas remas tetekku.

"Gimana Ton, elo suka kan ?"

"Suka sekali Mal... nikmat..."

"Itu belum seberapa sayang... gue akan kasih elo sesuatu yang lebih enak"

"Apa itu Mal ?"

"Gue pengen ngentotin elo Ton, elo mau kan gue entot ?"

Tanpa menunggu jawabanku, Jamal lalu menggamit kakiku dan membentangkannya lebar lebar sambil diangkat. Diganjalnya pinggulku dengan bantal dan dia mengambil lotion yang masih tersisa lalu dioleskannya ke lubang anusku. Jarinya lalu dimasukkan ke silitku, pertama tama satu jari, dua jari dan entah sampai berapa jari yang dia masukkan yang jelas aku merasa aneh tapi nikmat menjalari sekujur tubuhku.

Jamal kemudian berlutut di antara kedua kakiku yang tetap terangkat. Disandarkannya kakiku ke dadaku sementara dia memainkan kontolnya dan mengarahkannya ke  lubang silitku. Kurasakan kepala kontolnya menempel di lubang silitku. Dia lalu membungkuk dan mencium bibirku, saat itu juga kurasakan kontolnya memasuki silitku. Rasanya benar benar gila. Aku ingin menjerit karena merasakan silitku seperti terbakar tapi yang keluar dari mulutku hanyalah rintihan kecil. Rontaanku juga tak berarti karena tubuhnya begitu berat menindih tubuhku. 

Akhirnya aku hanya bisa pasrah membiarkan rasa panas itu. Rupanya kontolnya telah masuk semua sampai ke pangkalnya ke dalam silitku karena kurasakan bulu bulu jembutnya menempel di pantatku. Saat itu dia berhenti sejenak dan kurasakan rasa panas dan perih itu hilang seketika berganti dengan suatu rasa aneh dan nikmat yang menjalari tubuhku. Apalagi saat setelah itu Jamal mulai menggerak gerakkan kontolnya maju mundur di dalam silitku. Aku merasa suatu kenikmatan yang paling hebat. Aku merintih dan mengerang saat dia menghentakkan kontolnya keras keras ke dasar silitku.

Entah berapa lama Jamal menyanggamaiku seperti itu, yang jelas dia kemudian kembali menegakkan tubuhnya sambil tetap mengentot silitku.

"Ohhh... ahhh.. enak kan Ton.. eeehh... ?"

"Eeeeeeeeeehh... i... yaaaaa..... euuhhhhhhhhhhhhhhhh... aahhhhhhhhh"

Hentakan kontol Jamal makin lama makin cepat sampai akhirnya.

"OOhhhhhhhhhh... Toooonnnnnn..... gue keluar........................" teriaknya

Setelah itu Jamal menghentakkan kontolnya beberapa kali sampai akhirnya dia berhenti total dan ambruk di atas tubuhku tanpa mencabut kontolnya dari dalam silitku. Kurasakan ada cairan yang meleleh keluar dari sela sela kontolnya dan silitku.

Jamal lalu mencium bibirku dengan mesra.

"Thanks Ton, gue suka elo"

"Sama sama Mal.. gue juga suka sama elo"

Setelah beristirahat beberapa jam, Jamal mengajakku keluar ke pantai yang masih gelap itu dengan telanjang bulat. Kami kemudian mandi di pantai dan saat duduk di pasir, kembali Jamal menciumi bibirku dengan bernafsu. Lagi lagi dia ngentotin aku di atas pasir pantai.

Sampai sekarang Jamal masih sering mengajakku untuk menemaninya. Tapi dia tidak lagi menjemputku di tempat temanku Syarif bekerja, melainkan langsung ke rumahku. Ya, kami sudah menjadi sepasang kekasih. Aku harus mengucapkan terimakasih pada Syarif yang telah mengenalkanku kepada Jamal kekasihku. Kadang kami juga mengundang Syarif untuk ikut join dalam permainan kami.

hey semuanya, salam kenal, buat kalian-kalian yang suka serial kisah sesama yang masih original seperti Cowok Rasa Apel yang sudah sampai sesi ke 3, silahkan cicipi "Serial Pelepasan" dengan jalinan kisah sesama lelaki dewasa dengan rasa yang berbeda, terimakasih banyak :)
pelepasan remah 1 (episode 1)
Pelepasan Remah ke 2 (episode 2) Klik disini
Pelepasan Remah ke 3 (episode 3) Klik disini
Pelepasan Remah ke 4 (episode 4) Klik disini
Pelepasan remah ke 5 (episode 5) klik disini
Pelepasan Remah ke 6 (episode 6) Klik disini
Pelepasan Remah ke 7 (episode 7) Klik disini
Pelepasan Remah ke 8 (episode 8) klik disini
Pelepasan Remah ke 9 (episode 9) klik disini
Pelepasan Remah ke 10 (episode 10) klik disini

Gairah Pramugara






Aku sudah berkemas sejak pukul 6 sore, sebab pesawat yang akan membawaku ke Jakarta dari Bali akan berangkat pada pukul 9 malam nanti. Aku lalu mandi dan setelah itu menutup koperku, aku kunci pintu kamar kost-ku, dan juga berpamitan kepada ibu kost. "Sudah mau berangkat, Tom ?", tanya bu kost padaku.

"Udah, bu", jawabku pendek.

"Nanti setiba di Jakarta, titip salam saya pada ibu kamu ya Tom", pinta bu kost padaku.

"Yuk.. bu saya pergi dulu", ujar saya mohon pamit pada ibu kost. Setelah menyetop taksi, aku pun langsung pergi menuju ke bandara, setibanya di bandara, kebetulan aku berpapasan dengan mobil yang mengantar pramugara dan pramugari pesawat yang akan aku tumpangi, aku sempat melihat seorang pramugara yang sungguh tampan, wajahnya halus dan body-nya kekar dibalut dengan kemeja panjang yang dikenakannya, sungguh membuat jantungku berdebar.

Setelah mendapatkan boarding pass, aku lalu berjalan - jalan di sekitar ruang tunggu, sambil melihat - lihat toko souvenir yang berjejer, dan aku lalu melihat pramugara yang tadi sempat membuat jantungku berdebar, dia tampaknya sedang sibuk memeriksa agenda-nya, langsung saja aku hampiri pramugara itu. "Wah... sibuk ya mas ?", tanyaku membuka percakapan.

"Anda siapa ya ?", tanya si pramugara cuek.

"Saya Tommy, perkenalkan", ujar saya sambil menjulurkan tangan saya.

"Oh.. saya Anton", jawab si pramugara sambil berjabat tangan dengan saya.

"Anda nanti bertugas di pesawat SA701 ?", tanya saya pada Anton.

"Iya.. kamu mau naik penerbangan itu juga ?", Anton balas bertanya. Akhirnya kami pun terlibat percakapan seru dari masalah pekerjaan, hobby, dsb yang semakin memperat hubungan kami.

Ketika sudah berada di dalam pesawat, Anton menanyakan nomer kursi yang tertera di boarding pass-ku, lalu aku pun memberitahukan nomer kursiku.

"Sebaiknya kamu duduk di belakang saja ya.. lebih sepi, jadi kita bisa ngobrol - ngobrol lagi", ajak Anton, dan tentu saja aku tidak menolak kesempatan emas untuk lebih dekat dengan Anton. Anton pun lalu memilihkan sebuah kursi di dekat pintu yang berhadapan dengan kursi awak kabin. Ketika pesawat akan tinggal landas, Anton duduk di kursi yang ada di depanku, sehingga kami saling berhadap - hadapan. Aku lalu melirik ke arah Anton, matanya sangat tajam memandang ke arahku, sehingga membuatku kaget dan aku pun bertanya - tanya dalam hati, apakah Anton seorang gay juga seperti aku ?.

Namun aku yakin pastilah Anton seorang gay dari cara memandangnya. Kami terdiam, tempat duduk di paling belakang sangat sepi hanya ada kami berdua. Aku sungguh bernafsu melihat body dan wajah Anton, dia sungguh tampan, aroma parfum-nya sungguh maskulin, karena tidak tahan, kakiku aku angkat dan kutaruh di atas daerah tempat kontolnya bersarang, kuelus - elus kakiku diatas daerah tersebut, dan Anton juga tidak protes ataupun terkejut ketika aku berbuat demikian, bahkan tampaknya dia sangat menikmati servis yang aku berikan, aku dapat merasakan kontol Anton, dan menurutku kontol Anton cukup besar, walaupun masih dalam keadaan setengah ngaceng. Akhirnya lampu sabuk pengaman pun dimatikan, dan kakiku langsung aku angkat dari daerah XXX Anton.

"Tom, tunggu aku selesai tugas ya ?", bisik Anton di telingaku, aku pun jadi heran apa yang direncanakan Anton terhadapku. Setelah aku menikmati hidangan, Anton kembali muncul.
"Tom, ikut gue yuk ?", pinta Anton "Kemana Ton ?", tanyaku heran "Udah.. pokoknya ikut aja !", ajak

Anton seraya meraih tanganku. Aku pun tidak bisa menolak, dan ternyata Anton mengajakku ke WC pesawat, aku sangat terkejut demikian cepatkah aku harus melayani kuda jantan ini, tanyaku dalam hati dengan hati riang gembira. Setelah kami berdua berada di dalam WC pesawat yg sempit itu, Anton pun segera menguncinya. Karena nafsuku yang sudah tidak tertahankan, aku pun mulai men-servis Anton, aku cium bibir Anton, kujilat - jilat bibirnya dan dia pun membalas ciuman ke bibirku, aku lalu mulai melepas kancing kemejanya dan lalu perlahan - lahan kuangkat kaos dalamnya, Anton sudah setengah telanjang sekarang. Aku lalu membuka baju dan celanaku sehingga aku hanya memakai celana dalam saja.

"Cepat Tom, lepas celana gue", ujar Anton tidak sabaran. Cepat - cepat kubuka celana Anton sehingga yang tampak sekarang hanya kancut segitiga-nya yang di bagian kepala kemaluan-nya agak basah, mungkin karena precum. Aku sudah tidak sabar lagi aku pelorotkan kancut itu, sehingga kontol Anton yang sudah ingin bebas itu loncat ke atas dan berdenyut - denyut pula. Aku pun mulai beraksi aku jilat dan hisap kontol Anton, dan dia tampak mengerang kegelian. "aahhh... enak Tom.. hisaapp..ahh", perintah Anton, dan langsung aku hisap kontol Anton aku mainkan lidahku di kepala kontol-nya, yang membuat Anton menjadi mengerang kenikmatan, aku isap - isap buah pelernya, kukulum - kulum batang kontol-nya, akhirnya Anton pun mulai menunjukkan tanda - tanda akan keluar pejuh-nya, urat - urat kontolnya mengeras, aku langsung menghentikan adegan oral sex ini, pelan - pelan aku lalu melepas kancutku, dan duduk di urinoir, lalu kupengang kontol Anton dan kuarahkan masuk ke lobang pantatku.. ahhh... sungguh nikmat rasanya, dan agak sakit juga, karena bool-ku udah lama nggak dientot, Anton sudah mulai mengerang kenikmatan lagi, matanya ia pejamkan, aku lalu mengisap puting susunya, aku jilat leher dan wajahnya yang tampan, lengannya kunaikkan, aku senang juga melihat bulu ketiaknya sangat lebat lalu aku kulum dan jilat ketiak itu, Anton mulai menaik - turunkan pantatnya cepat sekali aku tau dia akan ejakulasi, rasanya sungguh nikmat ketika Anton mengentot bool-ku, untuk menahan rasa sakit aku tarik-tarik tissue

WC, sehingga tissue itu bertebaran, aku juga turut mengocok kontolku, akhirnya ..crot..crot...

Anton yang pertama kali menyemprotkan pejuhnya di pantatku sambil berteriak kepuasan yang mendalam, sungguh banyak sekali dan rasanya pejuh Anton mencapai usus dalamku, akhirnya aku pun turut ejakulasi, Anton menjadi lemas, wajahnya berkeringat dan penuh kepuasan, begitu pun aku yang sudah turut lemas, akhirnya kami memakai pakaian kami, dan aku lalu memberikan

alamatku di Jakarta dan di Bali kepada Anton, dan dia tampaknya sungguh senang sekali, akhirnya kami sering melakukan hubungan 'gase' (gay sex) bersama Anton.

hey semuanya, salam kenal, buat kalian-kalian yang suka serial kisah sesama yang masih original seperti Cowok Rasa Apel yang sudah sampai sesi ke 3, silahkan cicipi "Serial Pelepasan" dengan jalinan kisah sesama lelaki dewasa dengan rasa yang berbeda, terimakasih banyak :)
pelepasan remah 1 (episode 1)
Pelepasan Remah ke 2 (episode 2) Klik disini
Pelepasan Remah ke 3 (episode 3) Klik disini
Pelepasan Remah ke 4 (episode 4) Klik disini
Pelepasan remah ke 5 (episode 5) klik disini
Pelepasan Remah ke 6 (episode 6) Klik disini
Pelepasan Remah ke 7 (episode 7) Klik disini
Pelepasan Remah ke 8 (episode 8) klik disini
Pelepasan Remah ke 9 (episode 9) klik disini
Pelepasan Remah ke 10 (episode 10) klik disini

Bertemu Bule





Hari-hari di rumah saat liburan kuliah terasa amat membosankan. Di mana saat kuliah saya disibukkan oleh banyak hal sekarang tak ada hal yang dapat kulakukan. Saya cuma tidur, makan, tidur dan makan lagi.
Merasa amat suntuk, maka aku memutuskan untuk berlibur ke pantai Pangandaran selama 2 minggu supaya ngga stress di rumah melulu. Jadi besoknya langsung saja aku pergi ke sana dengan mobil pribadi.

Sebenarnya aku paling ngga suka kalau pergi sendirian, karena tak ada orang yang bisa kuajak bicara. Tapi tak tahu kenapa saat itu aku ngga mau mengajak teman-temanku untuk ikut pergi, bahkan keluargaku pun tidak.

Perjalanan dari Jakarta ke Pangandaran cukup lama, kurang lebih 11 jam atau bisa lebih kalau macet. Pokoknya perjalanan ke sana membuat saya sangat kelelahan.

Akhirnya sampai juga si Pangandaran. Aku langsung check in di sebuah hotel . Karena lelahnya, maka ketika bertemu kasur aku langsung tertidur pulas dan baru bangun siang hari keesokan harinya. Hari itu saya bermain di pantai, berjalan di sepanjang pantai dan bermain air laut. Lucu memang saya melakukannya sendiri tanpa teman. Ketika sedang asik-asiknya bermain pasir, tiba-tiba ada seorang bule menghampiri saya. Dia bertanya sebelumnya apakah saya dapat berbicara dengan bahasa inggris atau tidak. Saya mengangguk dan dia tersenyum. Dia kemudian bertanya apakah saya turis dari Jepang? Saya tertawa, karena saya disangka olehnya sebagai turis Jepang. Saya langsung menerangkan padanya bahwa saya itu turis juga tapi tidak dari Jepang. Dia kemudian bertanya lagi apakah saya mau menemaninya berwisata di Pangandaran karena dia tidak bisa berbahasa Indonesia dan akan lebih baik


bila ada teman yang dapat berbahasa Indonesia. Saya langsung setuju, apalagi dia itu orangnya amat tampan, tinggi dan gagah. Rambutnya coklat dan kulitnya putih. Tipe-tipenya seperti orang-orang yang ada di film Baywatch. Wahhh keren deh. Lumayanlah bisa menemaninya karena dapat sesering mungkin menikmati keindahannya. Oya, kami berkenalan . Namanya Joseph dari Michigan, Amerika Serikat. Umurnya 22 tahun dan masih kuliah juga. Setelah beberapa hari jalan bersama, kami menemukan banyak kesamaan antara kami, seperti suka lagu-lagu U2, bowling, suka renang, dan maih banyak lagi.

Dalam 4 hari saja, kami sudah sangat dekat seperti saudara. Begitu dekatnya hingga kami pun berbagi kamar hotel supaya lebih irit. Dia sering bercerita mengenai kehidupannya di Amerika, bagaimana keluarganya dan teman-temannya juga tentang pergaulan di sana. Kami saling berbagi pengalaman. Sampai suatu hari Joey, nama panggilan Joseph menceritakan kehidupan seksualnya. Dia bercerita kalau dia itu seorang biseksual. Dia sering melakukan hubungan dengan sesama pria di sana. Ketika mendengarnya, aku bagaikan di surga ke tujuh saja. Saya langsung mengaku kalau saya juga seorang biseks. Ketika mendengarnya, dia langsung tersenyum dan dengan gembira dia mencium bibirku dengan sanga bernafsu dan sambil berkata kalau dia jatuh cinta padaku.

Dia membuka bajunya dan bajuku, kemudian celanaku hingga aku dan dia hanya mengenakan celana dalam saja. Dia mencium seluruh bagian tubuhku, mulai dari atas terus sampai bawah. Ahhhh, nikmatnya.

Ketika sampai di tititku, dia mulai bermain. Dia menghisap tititku dalam-dalam dengan sangat kuat. Tititku sampai tidak kelihatan lagi karena dihisap semua ke dalam mulutnya. Rasanya sangat nikmat membuat gairahku meningkat.
Ketika tiba saatnya

Men of San Francisco (CD-ROM)

Click Here!

aku ejakulasi, aku menyuruhnya berhenti menghisap karena aku ingin malam ini menjadi malam yang panjang untuk dinikmati. Aku beralih ke tubuhnya. Kubuka celana dalamnya dan kulihat titit yang amat besar dan tidak disunat dengan bulu jembut coklat yang sangat lebat. Uhhhh, sangat besar sekali tititnya, bila diukur kurang lebih sekitar 25cm. Kuhisap titinya kuat-kuat dan dia berteriak kenikmatan. Belum pernah aku menghisap titit sebesar ini. Kami melakukan gaya 69 . Ahhhh, belum pernah tititku dihisap sekeras ini, baru sebentar saja dihisap sudah harus dihentikan karena aku sudah mau ejakulasi lagi, padahal biasanya paling sebentar aku ejakulasi sekitar 10 menit. Hisapannya memang maut.

Tak lama kemudian dia berkata bahwa dia ingin menyodomi aku. Aku agak takut karena tititnya sangatlah besar, pasti akan terasa sangat sakit. Tapi dia bilang tak udah kuatir akan kubuat tidak sakit. Lalu dia menciumi lubang pantatku dan lidahnya mulai mencoba menembus lubang itu. Setelah beberapa lama lidahnya menjelajah lubang pantatku, jari tangannya mulai memasuki pantatku. Pertama hanya satu jari kemudian menjadi dua dan akhirnya menjadi tiga jari, tapi aku tak merasa sakit karena itu semua dilakukannya dengan bertahap. Akhirnya lubang pantatku dimasuki oleh tititnya. Ohhh, sangat pas sekali. Agak sakit sedikit tapi rasanya sangat hangat sekali. Dia memasukannya pelan-pelan lalu mulai agak cepat menyodomiku. Dan akhirnya aku mulai kenikmatan dengan tusukan-tusukan itu. OOOhh ahhhh aohhhhhh Nikmat sekali rasanya. Tak sampai 10 menit dia pun ejakulasi di lubang pantatku. Lubang pantatku menjadi sangat basah karena spermanya sangat banyak. Begitu banyaknya hingga spermanya ada yang mengalir keluar. Kuminum spermanya yang keluar itu. Dan dia pun menjilati lubang pantatku dan meminum jugaspermanya sendiri.

Lalu dia kembali menghisap tititku, kuminta dia untuk menghisap sangat keras, begitu kerasnya sehingga tak sampai 2 menit aku ejakulasi di dalam mulutnya. Spermaku diminum semuanya.

Lelah sekali permainan malam itu, karena kami melakukannya sampai 4 ronde. Di kamar, Di kamar mandi , Di pantai dan di mobilku.

Sekarang Joey sudah pulang kembali ke negaranya, namun kami tetap tidak kehilangan kontak. Seminggu sekali dia meneloponku begitu pun aku. Dan yang lebih asyik lagi, bulan depan aku akan berlibur ke tempatnya.


hey semuanya, salam kenal, buat kalian-kalian yang suka serial kisah sesama yang masih original seperti Cowok Rasa Apel yang sudah sampai sesi ke 3, silahkan cicipi "Serial Pelepasan" dengan jalinan kisah sesama lelaki dewasa dengan rasa yang berbeda, terimakasih banyak :)
pelepasan remah 1 (episode 1)
Pelepasan Remah ke 2 (episode 2) Klik disini
Pelepasan Remah ke 3 (episode 3) Klik disini
Pelepasan Remah ke 4 (episode 4) Klik disini
Pelepasan remah ke 5 (episode 5) klik disini
Pelepasan Remah ke 6 (episode 6) Klik disini
Pelepasan Remah ke 7 (episode 7) Klik disini
Pelepasan Remah ke 8 (episode 8) klik disini
Pelepasan Remah ke 9 (episode 9) klik disini
Pelepasan Remah ke 10 (episode 10) klik disini

ML Bareng-bareng







Waktu itu gue masih duduk di kelas 1 SMA di Jakarta. Gue punya sobat baik namanya Andre. Badannya atletis banget deh, soalnya hobinya maen basket. Andre ini ngecengin pacar gue, Nia. Tapi gue nggak nyangka kalo Nia juga menyambut perhatiannya. Gini ceritanya. 
Suatu sore waktu gue main ke rumah Nia, seperti biasa gue langsung disambut ama pembantunya. Si Bibi bilang Neng Nia ada di kamarnya. Langsung aja gue nyelonong ke kamarnya. Tapi betapa kagetnya gue, waktu gue buka pintu, gue liat Nia lagi naked en yang lebih bikin gue kaget, dia lagi ML (making love) ama Andre. 
Tapi anehnya begitu ngeliat badan Andre yang atletis itu, kontol gue langsung ereksi. Apalagi liat pantatnya yang bulet dan kenceng itu naik turun di atas memek Nia. Woow, selangit.... Awalnya mereka kaget banget mengetahui kedatangan gue. Apalagi Nia. 
"Eh, Bobby, kapan datengnya ?" tanyanya salah tingkah karena kepergok. 
"Hai Bob..." sapa Andre, juga salah tingkah. 
"Oh jadi gini kelakuan elo berdua di belakang gue ? Gue nggak nyangka elo berdua segitu bejatnya..." Tapi sambil ngomong gitu mata gue nggak pernah lepas ngeliatin kontol Andre yang panjang dan gede itu. Oh, betapa nikmatnya kalo gue isep itu kontol... 
"Udah tanggung kan, sekalian aja elo berdua terusin perbuatan maksiat itu" 
"Eeehh, tapi..." kata Nia ragu-ragu. "Bener nih Bob, elo nggak marah ?" 
"Marah ? Malah gue pengen ikutan nimbrung..." 
Gue langsung buka semua pakaian gue, dan tanpa basa basi gue tubruk pantat Andre yang seksi itu dan gue remas-remas. Nia kaget banget dengan perbuatan gue. Apalagi Andre. Tapi keliatannya dia juga ngerasa enak. 
Akhirnya Andre kembali lagi ngerojok-rojok memek Nia, sementara itu gue masih remas-remas pantatnya. Terus gue masukin kontol gue ke pantat Andre. Badan kita bertiga bergoyang seirama, penuh kenikmatan menuju orgasme. 
Pas gue dan Andre mau orgasme, gue cabut kontol gue, Andre juga nyabut kontolnya, dan kita berdua ngocok kontol di depan mulut Nia. Creett...creettt... gue dan Andre sama-sama orgasme di mulut Nia, kemudian dengan mulut penuh air mani, kita ciuman bertiga. Nia ngebagi cairan sorga itu ke gue dan Andre. Selangit deh rasanya. 
Sejak saat itu kita sering ML bertiga

hey semuanya, salam kenal, buat kalian-kalian yang suka serial kisah sesama yang masih original seperti Cowok Rasa Apel yang sudah sampai sesi ke 3, silahkan cicipi "Serial Pelepasan" dengan jalinan kisah sesama lelaki dewasa dengan rasa yang berbeda, terimakasih banyak :)
pelepasan remah 1 (episode 1)
Pelepasan Remah ke 2 (episode 2) Klik disini
Pelepasan Remah ke 3 (episode 3) Klik disini
Pelepasan Remah ke 4 (episode 4) Klik disini
Pelepasan remah ke 5 (episode 5) klik disini
Pelepasan Remah ke 6 (episode 6) Klik disini
Pelepasan Remah ke 7 (episode 7) Klik disini
Pelepasan Remah ke 8 (episode 8) klik disini
Pelepasan Remah ke 9 (episode 9) klik disini
Pelepasan Remah ke 10 (episode 10) klik disini

Di Hotel



Saat sedang mandi pintu tidak saya tutup karena saya pikir cuma sendirian. Sedang asyik mandi saya kaget Room Boy yang bernama Dadang masuk kedalam kamar tanpa saya tahu, rupanya dia sedang bersih-bersih tapi dari cermin yang saling berhadapan saya tahu dia memperhatikan saya terus. Saya teruskan mandi saya dengan shower. Tiba dia di depan pintu kamar mandi dia memperhatikan saya kembali, saya cuek saja sambil keramas rambut, lama dia bolak-balik di depan pintu.

Setelah rambut saya bilas dengan bersih, saya ambil sabun untuk badan. Tiba-tiba Room Boy itu bertanya pada saya: "Mau di mandikan mas?". Saya kaget juga mendengarnya tapi hati saya merasa senang karena tawarannya. Saya balik bertanya: "Kamu serius?" dan dia jawab: "Ya!" Dia lalu membuka semua pakaian kerjanya cuma celana dalam yang dia pakai sekarang.


Celana dalam g-string dengan ikatan tali dibagian belakan bokongnya. Tampak dari depan sedikit jelas bentuk kontolnya dengan bulu-bulu halus yang menyembul keluar dari balik celana dalamnya. Sementara saya masih dibawah shower dia mengambil sabun cair lalu mendekat kearah saya dan berkata: "Bagian badan belakang dulu mas..." Sambil berbalik membelakangi dia mulai melumuri badan belakang saya dengan sabun. Disuruhnya kedua tangan saya untuk diangkat lalu diusapkannya sabun yang ada ditelapak tangannya ke ketiak saya yang lebat dengan bulu. Kiri dan kanan tangannya saya rasakan usapannya halus sekali membuat kontol saya mulai naik...setelah itu giliran kaki saya. Direntangkannya kedua kaki saya lalu diusapkan tangannya dengan sabun mulai dari ujung kaki, betis dan paha demikian pula dengan kakiku bagian kanan. Selesai itu sekarang dia mulai menyabuni bagian bokong saya. Diusapnya dahulu dengan sabun lalu digosok-gosokannya tangannya ke kedua belahan bokong saya. Jari dan telapak tangannya terasa meremas-remas. Jari-jari tangannya sesekali menyentuh lubang bokongku lalu turun kebagian bawah selangkanganku, dipijit-pijitnya batang selangkanganku yang kurasakan sangan nikmat dan yang membuat aku senang dia menarik-narik kedua biji pelerku dengan tangannya yang penuh sabun, rasanya nikmat sekali.

Kini kubiarkan kontolku ngaceng dengan tegaknya! Dia berdiri dan belok ke arah badan depanku. Dia melihat kontolku yang sedang tegak menantang, dia kembali menyabuni kedua kakiku dari bawah sampai ke selangkanganku. Dia bertanya pada saya: "Mas kontol besar sekali mau saya sabuni juga?" itulah kata-kata yang ingin kudengar dari dia...akhirnya terjadi juga. "Ya sekalian..." jawabku. Dia jongkok tepat dengan mukanya di depan kontolku, dia mulai menyabuni batang kontolku dan pelernya...bertambah liar rasanya...batang kontolku disabunimya dengan sesekali dikocoknya. Saat aku menikmati itu dia berkata lagi:"Mas, kontolnya saya kocok ya?". Aku tidak menjawab tapi kusandarkan badanku ke dinding sambil merentangkan kedua kakiku. Kusorongkan pinggangku kemukanya dan benar pasti dia ingin mengulum kontol saya...


Kubiarkan hal itu sambil aku menikmatinya. beberapa saat kuhentikan. Kutarik dia dan kupeluk rapat-rapat. Kupelorotkan celana dalamnya hingga kontol kami saling bergesekan. kucium bibirnya lama lalu kubisikan ketelingannya:"Aku perlu lubang bokongmu..." dia kembali membalas ciumanku dibawah shower, nikmat sekali kurasakan saat itu. Lalu dia berbalik badan sehingga bokongnya menekan kontolku. Perlahan kumasukan jariku ke lubangnya lalu kontolku melesak kedalam dengan perasaan yang sungguh nikmat. Tanganku memegang batang kontolnya dan kukocok. desahan nafasnya dan lenguhannya membuatku terangsang makin hebat. Dan tak lama kupercepat gerakan kontolku keluar-masuk lubangnya dan sambil berteriak aku lepaskan spermaku ke dalam bokongnya sementara kontolnya yang kukocok menyemprotkan air maninya kemana-mana...


Puas sekali rasanya, akhirnya kami mandi kembali bersama-sama. Dibawah shower aku menciumi dia dengan gerakan yang terkandang lebut dan kasar...dia menyukainya. Room Boy, Dadangku, terima kasih! Aku rindu ingin berjumpa denganmu...


hey semuanya, salam kenal, buat kalian-kalian yang suka serial kisah sesama yang masih original seperti Cowok Rasa Apel yang sudah sampai sesi ke 3, silahkan cicipi "Serial Pelepasan" dengan jalinan kisah sesama lelaki dewasa dengan rasa yang berbeda, terimakasih banyak :)
pelepasan remah 1 (episode 1)
Pelepasan Remah ke 2 (episode 2) Klik disini
Pelepasan Remah ke 3 (episode 3) Klik disini
Pelepasan Remah ke 4 (episode 4) Klik disini
Pelepasan remah ke 5 (episode 5) klik disini
Pelepasan Remah ke 6 (episode 6) Klik disini
Pelepasan Remah ke 7 (episode 7) Klik disini
Pelepasan Remah ke 8 (episode 8) klik disini
Pelepasan Remah ke 9 (episode 9) klik disini
Pelepasan Remah ke 10 (episode 10) klik disini

Goal of Love (ONESHOOT)

“Bagaimana kamu ini? Dari tadi gawangnya masuk terus kenapa tidak ditangkap dengan benar! Kau benar-benar tidak peka dengan arah bola, sebaiknya lepaskan kaosmu!” omel pelatih. Aku menunduk dalam.
Namaku Cloud, siswa baru di SMA. Begitu masuk SMA aku begitu ingin bergabung dengan ekskul sepak bola terutama menjadi seorang keeper, itu ambisiku. Tapi seperti yang dikatakan pelatih, aku tidak peka dengan arah bola, entah mengapa tangkapanku selalu meleset padahal aku selalu kagum melihat penjaga gawang di TV biasanya dan posisi sekarang ini lah yang aku idamkan, tapi kenyataan pahit harus kuteguk di hari pertama latihan.
“Berikan dia kesempatan pak,” kata seorang pemuda yang mengenakan kaos bernomer 10 sambil merangkul pundakku. Dia menatapku dengan menunduk karena aku lebih kecil, “Dia punya bakat, hanya belum terasah,” bujuknya sambil tersenyum. Namanya adalah David, dia kakak kelas sekaligus kapten sepak bola yang memiliki tubuh proporsional, kulit kecoklatan, wajah tampan dan sangat mempesona dengan senyuman manisnya.
Pelatih menarik nafas panjang, “Cloud, istirahat dulu. Erik gantikan Cloud!” kata pelatih.
Muncullah seorang pemuda yag sebaya dengan David, namanya Erik. Pemuda tampan berkulit putih namun memancarkan keangkuhan dari balik wajahnya, “Minggir lo, Clown!” bentaknya.
“Nama gue Cloud!” teriakku emosi.
“Mendingan Clown, kan artinya badut… cocok buat lo yang kaya badut haha” katanya dengan senyuman angkuh. Aku geram namun David menahanku.
Aku duduk di pinggir lapangan sendirian, kenapa aku harus melakukan ini? Haah sepertinya aku tidak dianggap. Apa karena tubuhku yang kecil untuk ukuran cowok makanya mereka meragukanku? Ayolah… aku hanya belum tumbuh matang. Aku tidak mau diam, aku pun bangkit dan bergabung dengan mereka yang sedang berlari untuk melatih daya tahan.
Terlihat David memperhatikanku dan tersenyum lebar, aku bertambah semangat dan mempercepat tempo berlariku. Selesai berlari David menghampiriku, “Kaki kecil, larimu begitu lincah..” katanya sambil mengusap rambutku. Aku tersipu malu karena dia.
“Itu tidak seberapa hehe…” kataku sambil menggaruk kepala.
“Lebih baik kau coba menendang bola?” tanyanya.
Aku berpikir sejenak, “Ahaha… aku lebih berminat menjadi penjaga gawang kak..”
Datanglah Erik dengan wajah meremehkan, “Bisa apa lo Clown? Lo gak lebih dari seorang loser haha… gak pantes lo gabung sama Tim Bola.”
Aku tidak bisa menahan diri, aku datangi dia, menarik kerahnya dan berjinjit agar sejajar. Dia tertawa gelak dan membalik keadaan dengan kondisiku yang terjepit di keteknya, “Lo… lo tuh payah bocah!” katanya yang kemudian berlalu.
Latihan sore itu berakhir, kami semua pergi ke kamar ganti namun sebelumnya aku pergi ke loker untuk mengambil baju ganti. Aku terkejut ketika melihat sepucuk surat di dalam lokerku yang bunyinya…
Aku tau kamu berbakat
Kau harus semangat
Buktikan kalau kamu bukan pecundang
Aku tersenyum lebar, “Kak David…” desisku pelan sambil menatap surat yang ada dalam genggamanku. Warna surat itu biru, baunya…. Bau cowok! Ya pengirim surat ini cowok, baunya manly. Aku cengar-cengir sendiri karena ternyata Kak David bisa seperduli ini denganku. Ini memang surat kaleng, tapi aku yakin kalau pengirim surat ini David.
“Chiee masih baru sudah dapat surat dari penggemar…” ejek kakak-kakak kelas yang baru lewat, mereka ada 4 orang.
“Bu-bukan!” elakku. Tapi surat itu malah dirampas dan mereka tertawa membacanya.
“Semangat ya dede, dapat penggemar rahasia harus tambah semangat!” kata mereka kemudian mengembalikan suratku dan berlalu.
Hari ini sungguh melelahkan mungkin karena hasilnya tidak memuaskan. Tapi aku tidak boleh down, mungkin ini latihan mental yang pernah dirasakan semua orang. Jalanan pun terasa panjang karena hal ini, menyebalkan. Kutendang kaleng minuman yang ada di depanku sehingga melayang cukup jauh namun…
PRAANG
Kaleng itu masuk tepat ke dalam bak sampah yang cukup jauh, aku terkejut. Kebetulankah? Atau memang ketepatan tendanganku memang bagus? Aku pun kembali mencari sesuatu untuk ditendang yaitu kotak susu, aku kembali menendang dengan awesome-nya dan ternyata kembali masuk. Aku tersenyum lebar, mungkin tuhan tidak menakdirkanku sebagai keeper melainkan sebagai stiker!
Aku berlari dengan semangat dan sangat tidak sabar untuk hari esok dan memamerkan peruntunganku ini.
-0-0-0-
Seperti biasa, disore hari yang terik aku dan teman-temanku yang memiliki hobi yang sama sedang berlatih di lapangan sekolah, aku mencoba meyakinkan pelatih kalau aku memiliki kemampuan menendang yang tepat dan sekarang pelatih menantangku. Erik berdiri kokoh di depanku, menjaga gawang kesayangannya sedangkan aku bersiap menendang. Erik adalah penjaga gawang yang terkenal sangat lincah dan sulit dijebol gawangnya, berkat dia sekolah tidak pernah kalah jika bertanding dengan sekolah lain.
Aku menarik nafas panjang, “Cepetan woi, banyak gaya lo,” teriak Erik yang tidak sabar melihatku mematung di depannya. Aku menendang dengan keras dan ternyata…
HUP!
Tendanganku yang sangatlah bagus tadi ternyata masih berhasil di hadang Erik, aku mengerutkan kening, “Segitu doang kemampuan lo? Payah…” ejek Erik. Pelatih geleng-geleng dan meninggalkanku.
“SEKALI LAGI! Beri aku kesempatan sekali lagi…” kataku dengan lantang.
“Lo pikir kalau dalam pertandingan yang sesungguhnya orang mau kasih lo kesempatan? Gak! Tapi… gue kasih lo 2 kesempatan lagi, sekali saja lo bisa jebolin gawang gue, standing applause buat lo.”
Aku tersenyum mantab mendengar perkataan Erik dan kembali menendang. Sayangnya, tendanganku yang sangatlah sempurna itu masih bisa diterjang Erik. Keringat bergulir di keningku, kesempatanku sisa satu, kalau aku gagal maka aku pecundang selamanya di mata semua orang. Aku memejamkan mata.
“SEMANGAT CLOUD! KAMU PASTI BISA!” teriak sebuah suara yang rasanya aku kenal, aku memalingkan wajah ternyata David, dia tersenyum lebar dan mengacungkan jempolnya untukku. Aku jadi bersemangat dan menendang sekuat tenaga…
Dan ternyata gol!!! Sangat tipis memang, antara melebar kesamping dan sempat tersentuh tangan Erik namun bola itu berhasil menjebol gawang dengan susah payah. Aku dan beberapa senior yang lain berjingkak girang, mereka mendatangiku dan memelukku sambil mengacak-acak rambutku, “Hebat kau dek, bisa menaklukkan Erik,” kata David. Aku tersenyum terharu.
Erik berjalan mendekatiku dengan langkah berat, dia tersenyum sinis namun akhirnya bertepuk tangan di hadapanku. Tentu aku bangga, orang sesongong dia akhirnya mau mengakui kemampuanku.
Latihan hari ini sungguh menyenangkan, di hari kedua aku bisa membaur dan bercengkrama dengan teman baru maupun para seniorku, keringat yang berkucuran hari ini tidak sia-sia, ditambah senyuman bangga pelatih dan David membuatku sangat bersemangat.
Selesai latihan aku kembali berlari ke loker, aku yakin surat itu pasti kembali datang. Dan benar saja, ada surat lagi.
Cahaya bintang itu menyinari sosokmu
Kaki mungil itu akan berkembang dan memamerkan kemampuannya
Aku tau kamu bisa, Cloud.
Berjuanglah sampai akhir
Itu isi dari surat pendek yang kudapati setiap hari, aku mencium aroma surat itu dan memeluknya, pikiranku kembali melayang, saat aku memejamkan mata aku membayangkan David yang sedang kupeluk dengan erat.
“Dek, kamu kenapa senyum-senyum sendiri?” suara David! Aku langsung membuka mata dan pipiku bersemu saat menemukan sosok yang kubayangkan ternyata ada di hadapanku dan dengan cepat surat tadi aku sembunyikan ke belakang, “Aa-anu, gapapa kak. Umm kakak mau pulang?” tanyaku gugup.
Dia tersenyum manis, memamerkan selung pipitnya, “Iya dek, mau bareng? Ganti dulu bajunya.”
“Ahhahaha… gak perlu kak, rumahku ada di depan gang ini. Kakak duluan saja, aku mau ganti pakaian,” kataku sambil menyunggingkan senyuman paling manis.
“Yaudah, kakak duluan ya dek..” katanya sambil melambaikan tangan. Aku membalas lambaiannya.
Aku berlari ke kamar ganti sambil tersenyum-senyum menghayalkan wajah manis David dengan lengkungan manis di bibir ranumnya, kapan bibir manis itu bisa kukecup? Hah… kuharap secepatnya aku bisa memergoki pengirim surat ini dan meresmikan hubungan kami haha.
Aku terpaku di depan pintu saat melihat pemandangan yang ada di depanku. Erik seorang diri dalam ruang ganti, membuka baju dan celananya, menyisakan CD-nya. Aku menelan air liur saat melihat lekuk tubuhnya yang begitu indah bagaikan ukiran patung seni dari seniman berbakat. Perutnya yang langsing namun dihiasi otot-otot yang mulai berkembang, nipplenya yang kemerahan, lengannya begitu kokoh dan otot pahanya itu… ahh… aku benar-benar tidak tahan, apalagi melihat penisnya yang tercetak jelas di balik CD-nya membuatku merinding membayangkan benda itu tanpa kain yang membungkusnya.
“Hei ngapain lo di depan? Tutup pintunya!” katanya ketus seperti biasa. Dia hanya menatapku santai dan mengelap tubuhnya dengan handuk.
Aku menelan air liurku, menutup pintu dan memberanikan diri melangkah. Susahnya jadi gay, aku harus gugup saat berganti pakaian bersama seperti sekarang.
Aku membelakanginya, perlahan membuka pakaianku. Apakah dia memperhatikanku? Ah… aku tidak berani berbalik. Dengan cepat aku memakai pakaian untuk segera lepas dari perasaan gelisah seperti sekarang.
Plak!
Aku langsung berbalik karena terkejut merasa ada yang menepuk pundakku, “Napa lo kaget gitu?” tanya Erik dengan tatapan tanpa ekspresi.
Aku menatapnya ragu-ragu, “Aku hanya terkejut,” jawabku singkat. Dia meraih tanganku dan meletakkan sesuatu di tanganku.
“Lo jaga kalung ini baik-baik, ini jimat keberuntungan gue selama main bola. Awas kalau hilang,” katanya nunjuk-nujuk wajahku kemudian berjalan menjauh.
Aku bingung dan mengerjab-kerjabkan mata tidak percaya. Aku berlari menyusulnya, “Ini maksudnya apa?” tanyaku sambil menatap kalung bertali hitam dengan batu bintang.
Dia memegang kepalaku yang lebih pendek darinya, “Gak usah banyak tanya. Itu benda keberuntungan makanya lo harus simpan biar peruntungan gue menjangkit ke lo,” katanya sambil berlalu.
Aku mengerutkan kening kemudian melempar kalung itu hingga tepat mengenai kepalanya, “Aku tidak perlu itu! Aku bisa beruntung tanpa benda seperti itu.”
Dia berbalik, menunduk namun aku bisa malihat senyum sinisnya. Dia berjalan ke arahku kemudian mendorongku ke dinding dan mengunciku dengan 2 tangan kokohnya…
Kawanan burung berteriak nyaring sore itu, terdengar cukup jelas dalam kesunyian kami. Aku tidak berani membuka mulut, dia menatapku tajam. Entah mengapa dadaku berdegup kencang saat itu, aneh sekali? Perasaan ini biasanya hanya kurasakan saat di dekat David. Kami bertatapan cukup lama, rasanya aku meleleh oleh tatapan itu.
“Kau kenapa?” aku mulai angkat suara.
Dia seolah tersadar, menatapnya salah tingkah.. bibirnya bergetar seolah ingin mengatakan sesuatu, dia memejamkan mata dengan kuat kemudian menonjok dinding di samping kupingku stelah itu pergi tanpa berkata sepatah kata pun.
Aku berjalan menuju rumah, masih dengan kebingungan yang luar biasa, dasar Erik aneh. Aku meraba tas selempangku untuk mengambil botol minuman dan ternyata aku menemukan kalung bintang tadi dalam tasku, ternyata dia kembali memasukkannya.
-0-0-0-
Aku sudah tidak tahan lagi dengan rasa penasaranku terhadap pengirim surat dan aku pun nekat menanyakan David tentang surat itu hari ini, aku melihat dia bercengkrama dengan teman-temannya di pinggir lapangan.
“Kak, ada yang mau aku bicarakan,” kataku pelan.
“Eh Cloud, bicara aja?”
“Aku… Cuma 4 mata,” lirihku. David mengerti, dia tersenyum dan pamit pada teman-temannya sebelum menarik tanganku.
Kami berdiri di belakang kelas hanya berdua, aku mulai menyodorkan surat-surat yang akhir-akhir ini aku temukan, “Apa ini milik kakak?” tanyaku mantab.
Dia menatap surat itu bingung, “Apa ini?” tanyanya sambil meraih surat itu.
Hah? Dia tidak tau? Dengan cepat aku merebut kembali surat tadi, “Bukan punya kakak kan?”
“Bukan dek, maaf. Emang kertas apa itu?”
Aku tersenyum pahit, “Ehehehe bukan apa-apa kak,” aku langsung berlari.
Harapanku sirna sudah, ternyata pemilik surat bukanlah David. Namun surat itu sangat berarti, siapapun pengirimnya pastilah dia orang yang sangat perduli padaku dan memiliki hati yang lembut. Tak sadar kakiku melangkah ke deretan loker, namun aku melihat sesuatu yang tak terduga, Erik. Sedang apa dia di depan lokerku? Aku masih bersembunyi di persimpangan jalan, menatap Erik yang celingukan dari samping. Dia mengeluarkan kertas biru dari kantong celananya, ya KERTAS BIRU! Kertas yang kutemukan dalam lokerku akhir-akhir ini. Selesai meletakkan surat itu dia berlari menjauh sedangkan aku mendekati lokerku, membuka isinya dan terdapat surat singkat seperti biasa. Ternyata Erik…
-0-0-0-
Sebulan sudah aku bergabung dalam tim sepak bola di sekolahku, berbagai kejadian manis pahit sudah aku rasakan, pengirim surat kaleng pun sudah aku ketahui hanya saja aku belum berani mendatangi Erik dan berkata, ‘Oh rupanya kau fansku selama ini?’ tidak, kurasa aku tidak bisa menanyakannya. Sebulan waktu yang cukup buatku membentuk perasaanku terhadap Erik, sifatnya makin hari melunak padaku meski pun teriakan tajam tidak pernah absen tiap hari dari mulutnya. Dia keras dan memiliki gengsi yang tinggi sehingga aku mencoba memahaminya, biarkan waktu yang menjawab keadaan nantinya. Aku menatap langit gelap di atas kapal malam itu, ya aku di atas kapal karena 2 hari lagi kami akan bertanding di luar pulau. Hebat memang, baru sebulan aku bergabung namun aku diberikan kesempatan hadir dalam pertandingan sebesar ini, dadaku berdesir-desir sepertinya akan terjadi hal hebat nanti.
Saat aku berdiri di sisi kapal aku melihat Erik duduk sendiri di kapal kecil buat keadaan darurat itu yang menempel di samping kapal besar biasanya, kalian tau kan? Nah dia merenung di situ. Aku rasa inilah kesempatanku untuk mengkonfirmasi masalah ini? Aku mencoba melangkah mendekati Erik, dadaku seperti menabuh genderang, dag dig dugnya nyaring sekali. Erik melirikku saat aku menuruni tangga untuk turun ke perahu kecilnya.
“Ngapain lo?” tanyanya ketus seperti biasa.
“Unghh…” aku cuma bergumam. Kikuk, aku kumat sekarang. “Sedang apa?” aku mencoba basa-basi.
“Lo gak bisa liat gue lagi duduk kan?”
Haah… mampus, susah sekali ya mengobrol dengannya. Kalau memang dia menyukaiku kenapa dia harus bersifat buruk padaku bukannya beramah ria seperti David?
“Kenapa kamu selalu bersifat buruk denganku, Rik?” tanyaku dengan hanya menyebut namanya. Ya, aku tidak sudi menambahkan embel-embel ‘kakak’ untuk orang seperti dia, karena sama sekali tidak ada dewasanya.
Dia terdiam sambil menatap air laut di samping, aku mendengus kesal, “Terserah..” kataku dingin sambil berdiri dan ingin naik lagi namun dia meraih tanganku dan menarikku kepelukannya. Aku kaget bukan main, dia mendekapku sangat erat, kepalaku berposisi di dadanya berlutut di hadapannya. Terdengar detak jantungnya sangat cepat seperti orang habis berlari marathon. Lama dengan posisi itu dan dalam keheningan, detakan jantungku tak mau kalah nyaring menabuh genderang di dalam sana, aku dapat mencium aroma manlynya, merasakan tubuh kokohnya yang menempel padaku dan kehangatannya bisa menyelimutiku di malam yang dingin itu.
Aku melepaskan pelukan, kuraih kertas di dalam kantongku, surat cinta pertama yang Erik berikan selalu aku bawa kemana pun, “Ini milikmu?” tanyaku sambil menyodorkan kertas biru pada Erik. Dia menatapku sayu.
“Kau…” bibirnya bergetar sambil menatapku tanpa sadar dia tidak mengatakan ‘gue-lo’ andalannya, “Kau orang pertama yang menggetarkan hatiku selama aku hidup 18 tahun ini, aku bingung. Terlalu bingung. Aku bukanlah orang yang pandai mengungkapkan perasaan karena ini untuk kali pertama buatku. Dan… cintaku salah, aku tau itu. Aku hanya bisa memberikan kertas-kertas kecil ini, pengecut memang… ketakutanku…. Aku takut, apa kau bisa merasakan ketakutanku? Maaf jika cintaku salah.”
“Cinta tidak pernah salah…” jawabku dengan suara yang serak, “Meskipun kau orang yang menyebalkan, kasar, blagu, sok merintah, gak bisa menghargai orang lain…” sambungku namun kata-kataku dihentikan dengan jarinya yang melekat di bibirku.
“Aku kikuk jika berhadapan denganmu, aku tidak bisa mengendalikan getaran hatiku. Aku kasar denganmu agar dapat berkesempatan berkomunikasi denganmu tanpa memperlihatkan wajah gugupku. Kau tau, gengsiku besar.”
Aku tertawa kecil mendengar perkataannya, “Aku tau itu…” kataku singkat.
“Jadi?” tanyanya.
“Aku juga merasakan apa yang kau rasakan..” kataku dengan senyum termanis. Dia tersenyum bahagia menatapku, mendekap erat tubuhku secara spontan, nyaman sekali merasakan kehangatannya. Pelukan dilepaskan, kami saling tatap… dia menarik daguku dan kami pun berciuman dengan hangat malam itu. Aku memejamkan mata namun aku bisa merasakan cahaya terang dari samping yang membuatku membuka mata.
“Lihat Erik! Ada banyak lampion indah!” teriakku sambil menepuk-nepuk bahu Erik. Ya lampion indah, ribuan jumlahnya berterbangan di langit agung, menambah indahnya malam ini, aku memeluk leher Erik dan malam itu malam terindah yang pernah aku alami, berciuman hangat dibalik cahaya lampion yang indah.
-0-0-0-0-
Hari pertandingan, di menit yang ke 88 skor bertahan 0-0 namun sekarang aku bersiap-siap dengan tendangan pinalti, aku berdoa dan menggenggam kalung pemberian Erik sebelum  melayangkan tendangan itu dan…
GOL!!!!
TAMAT


hey semuanya, salam kenal, buat kalian-kalian yang suka serial kisah sesama yang masih original seperti Cowok Rasa Apel yang sudah sampai sesi ke 3, silahkan cicipi "Serial Pelepasan" dengan jalinan kisah sesama lelaki dewasa dengan rasa yang berbeda, terimakasih banyak :)
pelepasan remah 1 (episode 1)
Pelepasan Remah ke 2 (episode 2) Klik disini
Pelepasan Remah ke 3 (episode 3) Klik disini
Pelepasan Remah ke 4 (episode 4) Klik disini
Pelepasan remah ke 5 (episode 5) klik disini
Pelepasan Remah ke 6 (episode 6) Klik disini
Pelepasan Remah ke 7 (episode 7) Klik disini
Pelepasan Remah ke 8 (episode 8) klik disini
Pelepasan Remah ke 9 (episode 9) klik disini
Pelepasan Remah ke 10 (episode 10) klik disini