Saturday, July 2, 2016

Autumn Diary – 2





Ada yang pernah berkata, “Janganlah mencoba melupakan orang yang ingin engkau lupakan, nyatakanlah dia selalu dalam anganmu, sampai kau bosan dan melupakannya”.

Banyak sudah air mata yang tercurah saat bayangan Lee melintas di ruang benakku. Saat berpisah aku meyakinkan diriku bahwa bersama berlalunya waktu, aku akan dapat melupakan Lee. Bahwa kesedihan ini tak akan lama membelenggu. Oleh karena itu aku tegar melepas kepergian Lee saat perusahaan pindah ke kota Ansan. Lee memutuskan untuk pulang ke kotanya yang katanya 8jam perjalanan dari Seoul. Lagipula dia sebentar lagi harus ikut wajib militer. Aku tak pernah menyangka kalau perpisahan itu membawaku dalam suatu perjalanan panjang yang di hiasi dengan kerinduan dan pencarian akan cinta usang di puing-puing masa silam.


*****


Winter, 96

Kau taburkan bunga kristalmu, bekukan bumi
Namun cintaku membara dalam dinginmu
Tiada takut hadirmu saat dia berjaga di sisiku
Ku tahu pasti kau cemburu pada kami
Yang tak pedulikan saljumu

Kami baru saja keluar dari sebuah sauna di kota Yong Dung Po. Kehangatan air dan uap panas yang baru saja kami rasakan tiba-tiba berganti kesejukan. Kurapatkan syal dileherku. Kulihat Lee tenang-tenang saja. Sudah biasa.
“Kamu tunggu sebentar disini, ya” Setengah berlari tiba-tiba dia pergi.
Tak lama kemudian kembali dengan 2cawan kopi panas di tangannya.
“Minumlah selagi hangat”.
Kusambut cawan yang di berikannya. Dan dalam beberapa detik sudah kukosongkan isinya. Cuaca yang 9derajat di bawah nol membuatku tahan makan dan minum makanan panas. Tapi kalau di indonesia gak janji deh.
“Wah. Cepat sekali habisnya?” Dia terheran-heran melihat cawanku sudah kosong.
“Tidak panas, ya?”
Ku dekatkan wajahku ke mukanya dan kutatap tajam matanya dengan pandangan nakal.
“Apapun yang kau berikan padaku, pasti akan segera aku habiskan”. Jawabku dengan suara yang ku buat agak mendesah.

Dan aku dapatkan apa yang aku inginkan. Wajahnya bersemu merah dan dia membuang muka dengan kesal. Saat itu dia kelihatan seperti anak-anak begitu menggemaskan. Kalau saja bukan di keramaian, pasti aku peluk dia.
“Hui. Mata kamu bagus”. ucapnya setelah dia habiskan kopinya dan kami berjalan menuju pertokoan Lotte Plaza.
Memang banyak teman-teman yang suka memuji mataku. Mereka bilang kalau mataku seperti tanpa dosa. Bulat dan berbulu lentik. Karena blaster, orang sering mengira aku orang philippin, vietnam atau thailand.
“Mata kamu bagus juga. Aku suka”. Balasku sambil ku rangkul bahunya dengan gaya wajar yang tidak menarik perhatian orang.

Dalam asramapun kami bersikap seperti biasa. Perlakuan sayangku pada Lee sama seperti waktu kami belum berhubungan intim. Gayaku dari dulu memang macho sehingga tak ada yang menyangka kalau aku juga menyukai sejenis. Setelah capek berjalan-jalan di pasar bawah tanah, kami menuju ke sebuah losmen kecil di pusat kota. Malam ini aku ingin kembali merasakan kehangatan bersama Lee karena semenjak kejadian malam itu kami tidak ada kesempatan lagi untuk bercinta. Begitu sampai aku langsung membuka soju [arak korea] yang ku bawa. Sambil menghisap rokok aku hidupkan TV sementara Lee sedang mandi. Segera ku matikan rokokku saat Lee keluar dari kamar mandi dengan berlilitkan handuk. Aku menghampirinya dan kucium lehernya. Baru satu kecupan saja, dia mendorongku menjauh.
“Kamu bau rokok dan soju”. Tolaknya dengan mimik kurang suka.
“Ok. Aku mandi dulu”.
Aku bergegas mandi dengan bersih dan menggosok gigiku bersih-bersih agar tak tersisa bau rokok. Aku lupa kalau Lee tak merokok dan tidak pernah mau minum arak. [Aku sekarangpun sudah 3 tahun berhenti merokok dan minum]

Aku sudah selesai mandi dan kulihat Lee duduk di lantai yang bertilam, sudah berkimono dan sedang melihat TV. Aku dekap dari belakang. Kutarik kimononya kebawah sehingga bahunya terbuka. Kuhembuskan nafas hidungku menyapu lehernya. Malam ini aku mau mencumbunya habis-habisan. Lee menggeliatkan lehernya lalu menyandarkan tubuhnya di badanku. Ternyata anak ini sangat suka di manjakan. Cocok dengan aku yang suka memanjakan orang yang ku sayangi. Kudekap erat tubuhnya. Mengalir kehangatan yang mendamaikan. Mata Lee terpejam. Kuusap rambutnya yang masih basah. Kuciumi telinganya, leher putihnya, matanya, pipinya yang kemerahan sambil ku permainkan puting dadanya. Penisku mendadak tegang. Kubawa tangan Lee masuk ke CDku dan kugenggamkan pada penisku.

Tanpa di komando dia meremas-remas penisku dengan lembut. Kubaringkan kepala Lee di atas tangan kiriku dan tangan kananku membelai rambutnya. Dia membuka sedikit matanya. Tampak dia juga terangsang. Matanya menyorotkan kepasrahan. Seperti mata seorang wanita yang tak berdaya dalam pelukan laki-laki. Kuturunkan wajahku dan ku kecup lembut bibirnya. Dia buka mata saat aku hentikan kecupanku. Dan mata itu terpejam kembali ketika aku gigit bibir bawahnya, merambah ke pipinya, hidungnya dan kembali kulumat bibirnya seperti melumat gula-gula yang dapat mencair. Dilepaskannya tangannya dari penisku dan kedua tangannya memelukku. Didorongnya aku hingga telentang dan kini tubuhnya menindihku. Penis kamipun bergesekan. Aku terbaring pasrah. Kubiarkan saja Lee melakukan keinginannya.

Di ciuminya wajah dan dilumatnya bibirku. Sangat bernafsu. Aku merasa agak sakit saat dia mengigit bibir bawahku. Kumainkan lidahku dan ganti kuhisap lidahnya sebagai balasan. Dia kelimpungan tidak berkutik. Air liurnya bercucuran, tak henti-hentinya aku telan. Tangankupun tidak tinggal diam, meremas-remas kedua pantatnya dan memutarnya sambil kutekan kebawah sehingga gesekan penis kami makin terasa nikmat. Kini mulutnya sudah sampai ke leherku, kurasakan dia menghisap sangat kuat. Pasti nanti ada bekasnya. Tapi tidak apa. Aku bisa beralasan habis melacur kalau ada teman yang bertanya. Dan akupun akan melakukan hal yang sama terhadap Lee.
“Auch. Lee”. Lenguhku saat dia mulai mengigiti leherku.
Kupejamkan mata menikmati setiap apa yang dilakukannya. Dia menjilati telingaku serta mempermainkan lidah di belakangnya. Tubuhku mengigil. Kali ini aku mendapat balasan kenikmatan darinya. Memang lain rasanya bermain cinta karena nafsu saja dan bermain cinta dengan kasih sayang.
“Lee, Lee, ough”. Desisku parau sambil kuremas rambutnya.

Lidahnya merayap di seluruh permukaan tubuhku. Dadaku, bahuku di gigitinya, putingku kiri kanan diputarinya dengan lidah. Tak ketinggalan juga pinggang dan perutku di gelitiki dengan kenakalan lidahnya. Aku betul-betul tidak berdaya. Hanya bisa melenguh, menggelinjang, sambil ku jambak rambutnya. Kini dia bangkit dan duduk menatapku. Handuk yang kulilitkan sudah tersingkap. Tangannya mulai merambah pahaku. Mengusapnya naik turun. Matanya menatapku tajam. Kini aku merasa berada di bawah kekuasaannya. Kupejamkan mata ketika dia menurunkan wajahnya ke pahaku. Kurasakan hembusan nafasnya menelusuri pahaku. Tubuhku mengejang ketika lidahnya menjilati dari lutut dan terus naik keatas sampai ke pangkal pahaku. Lalu disapunya area itu dengan lidahnya. Aku menggelinjang. Kakiku mengejang.
“Ough, ough”. Aku mengerang. Lee mengulangi perbuatannya lagi.
Dan itu di ulangi lagi beberapa kali sampai aku tanpa sadar mengangkangkan kakiku hingga penisku yang masih terbungkus CD tampak seperti makanan yang siap di hidangkan.

Aku pasrah saja ketika Lee menelusupkan tangannya kedalam CDku. Buah pelirku di genggamnya sambil perlahan diremasnya. Terasa kehangatan mengaliri seluruh penisku, membuatnya makin berdenyut. Kemudian ditariknya telurku kebawah, maka mencuatlah penisku yang telah keras membengkak. Ditariknya CDku kebawah oleh Lee. Sementara tangan kirinya menggengam pelirku, tangan kanannya mengurut batangku dari bawah keatas, sesekali diremasnya kepala rudalku. Urat-urat yang makin bermunculan membuat penisku semakin kelihatan gagah. Lee tampak seperti anak kecil yang mendapat mainan baru. Di mainkannya penisku sampai aku meringis sakit. Puas bermain dengan penisku, Lee memulai aksinya menjilati batangku. Seperti menjilati ice cream, dibuatnya penisku basah berkilat. Dihisapnya juga kepala penisku sambil diselingi gigitan. Tapi terus terang aku lebih merasa kesakitan daripada merasa nikmat.

“Masukkan saja Lee”. Suruhku untuk menyudahi permainannya atas penisku.
Lee lalu memasukkan batangku yang telah basah oleh liur kedalam mulutnya. Tanganku segera meraih rambutnya, ikut memegang kemudi atas aksinya. Tak lama kemudian penisku sudah keluar masuk dengan lancar dalam mulutnya. Lee pun sudah pandai menyedot dan menjilat. Tapi kadang gigitannya masih terlalu kuat. Bagaimanapun juga aku menikmatinya sampai terpejam-pejam. Beberapa menit kemudian kurasakan klimaksku hampir tiba. Cepat-cepat kutarik penisku dari mulutnya. Lee terkejut. Wajahnya menatapku, menunjukan mimik tak suka. Sengaja aku tidak mau keluar dulu sebelum dia, karena biasanya nafsuku mendadak hilang kalau sudah mencapai puncak. Sedangkan tujuanku ingin memuaskan dia.

Sebelum dia mengeluarkan protes, aku sumbat mulutnya dengan ciuman dan belaian lembut di rambutnya. Kubelai juga punggungnya dengan penuh sayang. Kutelentangkan tubuhnya dan kutindih tanpa melepaskan ciumanku dari bibirnya. Kaki kananku kuletakkan di antara pahanya sehingga pahaku menekan penisnya dan penisku menekan pahanya. Kalau mengikuti kata hati, ingin cepat-cepat kumuntahkan cairan di buah zakarku ini. Tetapi aku dapat menguasai diriku agar supaya Lee bisa mendapat kepuasan. Selama 10 menit kubuat Lee merintih, mengejang dan kelojotan menahan kenikmatan permainan lidah dan tanganku di tubuhnya. Kuhiasi leher putihnya dengan tanda merah bekas sedotanku. Lee masih terengah-engah kala kulepaskan CDnya. Kedua pahanya kurentangkan, kutekuk lututnya, dan kutahan dengan kedua tanganku.
“Aach, ouch!” Lee mengerang setengah berteriak kala kukulum buah pelirnya.
Kepalanya mendongak, matanya terpejam rapat, pantatnya naik keatas. Tangannya menjambak kuat-kuat rambutku. Bergantian kiri kanan kukulum pelirnya, sebelum kumasukkan batangnya yang berdenyut-denyut kedalam mulutku. Aku takut nanti dia keburu keluar sebelum aku puas menikmati batangnya yang masih fresh.

Dengan keahlianku, penisnya dapat masuk sepenuhnya dalam mulutku. Bahkan ku paksakan masuk lebih dalam lagi agar kehangatan mulut dan gerakan menelan yang kulakukan dapat memberikan kenikmatan yang tak akan pernah dilupakannya. Tak sampai 2 menit Lee kubuat melayang diantara hidup dan mati, dia mengejang. Pantatnya terangkat naik turun. Kedua tangannya menaik turunkan kepalaku. Kutahan sakit di tenggorokanku saat penisnya menghujam-hujam dengan cepat, malah semakin aku kuatkan sedotanku.

“Aaach.. Aaach”. Teriaknya beberapa kali sambil menyemburkan cairan kental dari kepala penisnya ke dalam mulutku.
Kali ini tidak langsung kutelan. Kusimpan di mulutku. Dan ketika penisnya sudah kukeluarkan dari mulutku, kutelan sedikit-sedikit sperma hangat dari pemuda yang kusayangi ini. Terasa gurih dan wangi dalam mulutku. Kulihat ada sisa sperma lagi di penisnya. Kuraih penis Lee yang masih keras dan kujilati sampai bersih. Lee menggelinjang karena geli. Dia kelihatan sangat puas. Tapi hasratku yang belum tersalurkan meronta minta pelepasan.

Kutindih Lee yang masih terbaring kelelahan. Penisku yang berdenyut kugesek-gesekkan ke penisnya yang telah lemas. Badannya kudekap erat-erat dan kujilati wajahnya disertai lumatan dan gigitan di bibir dan lehernya. Sementara itu aku beraksi diatas tubuhnya seperti pria menyetubuhi wanita. Tak lama ku nikmati tubuh Lee. Kurasakan desakan dari penisku tak tertahankan lagi. Aku cepat-cepat bangkit dan berlutut di depan wajah Lee sambil penisku yang membengkak maksimal ku arahkan ke mulutnya. Dan anak pandai ini membuka mulutnya tanpa disuruh. Ku kocok sebentar batangku sebelum ku masukkan kedalam mulut Lee sudah menanti.

Belum sempat Lee menghisap batangku, aku tekan penisku kedalam mulutnya dan sambil mengejang kutembakkan cairan kentalku. 4 semburan memenuhi rongga mulut jantung hatiku. Dia sampai tersedak. Tetapi di telan habis juga spermaku oleh dia. Kami terbaring lemas. Sama-sama kelelahan. Kulingkarkan tanganku memeluknya. Kami berciuman panjang. Tanpa nafsu, hanya kasih sayang. Lee memejamkan mata. Mungkin terlalau capek dan mengantuk. Dia terus tertidur pulas. Sedangkan aku tetap terjaga sambil kupandangi wajahnya yang innocent.


*****


Masih terbayang kemanisan yang kami lewati malam itu. Juga saat pagi harinya sebelum mandi, kembali kami ulangi kemesraan semalam. Namun semua kenangan itu kini menjadi sembilu yang menghiris hati setiap kali aku mengenangnya. Kutuliskan kisah ini dari buku harianku yang ku tulis sejak perpisahan kami. Buku itu masih terjaga rapi meski banyak tulisannya yang pudar karena tetesan air mata.


*****


Baru 2 botol bir yang kuhabiskan, Lee yang duduk disebelahku menatap dengan pandangan tidak suka.
“Kenapa? Kamu mau minum juga?” Tanyaku pura-pura tidak mengerti kalau dia marah.
Kuakui kadang-kadang egoku membuatku mengacuhkannya. Sekarang sering aku tidak menghiraukannya kalau sedang bersenang-senang dengan teman-teman yang lain. Memang aku sangat menyayanginya, tapi saat itu aku masih sering menurutkan keinginanku sendiri. Hari ini Jin Won, teman sekamar yang suka tidur sambil memelukku sedang merayakan ulang tahun. Dia bawa teman seasrama minum sambil makan bulgogi [daging bakar] di sebuah kedai. Dan aku rencana mau mabuk malam ini. Tapi baru 2 botol bir kuminum, Lee sudah marah. Anak ini memang pandai menjaga kesehatan. Badannya yang tegap selalu di latihnya dengan bermain basket. Sedangkan aku lebih suka berenang atau main badminton kalau lagi mood.
“Banyak minum tidak baik”. Jawabnya singkat.
Kutatap muka jengkelnya. Tiba-tiba nafsuku muncul. Saat ini di asrama tidak ada orang dan teman-teman pasti tidak akan pulang kalau belum mabuk.
“Ayo ikut aku”. Bisikku pada Lee dan aku terus bangkit menuju pintu keluar.
Lee berjalan mengikutiku. Teriakan teman-teman kubalas dengan lambaian tangan saja. Waktu dalam perjalanan pulang Lee membeli 2 tin minuman labu merah dan menyuruhku menghabiskannya. Untuk hilangkan pengaruh akohol dan baunya di mulut, katanya. Rupanya dia sudah tahu maksudku mengajaknya pulang.

Sesampai di asrama aku kunci pintu asrama dari dalam sehingga tidak dapat dibuka dari luar. Lee memekik kaget ketika aku meraih tubuhnya dari belakang. Dia membalikkan badan dan ku angkat badannya. Lumayan berat juga. Kakinya melingkari pinggangku dan tangannya menekan bahuku. Kuangkat dia menuju kamarku lalu kujatuhan badan kami berdua di ranjangku. Dengan cepat kami melepaskan jaket dan sarung tangan masing-masing. Tinggal celana dan kaus saja yang melekat di tubuh kami.
Kami bergulingan di ranjang besiku. Saling meraba, meremas dan bibir kami berpagutan. Tangan kami saling menelusup ke balik celana. Jagoanku kini semakin pandai bercumbu. Sudah tidak kaku dan malu-malu lagi.

Aku berbaring tenang tanpa berbuat apa-apa. Kubiarkan Lee yang beraksi. Lee juga sudah dapat menguasai diri. Dia melakukan cumbuan dengan tenang. Tubuhku dihimpitnya, penis kami saling bergesekan dengan paha masing-masing. Sama-sama sudah mengeras. Kami berpandangan sejenak sebelum memulai ciuman. Kupejam mata, bersikap pasif. Kehangatan mulutnya kuresapi. Begitu nikmat terasa. Menjalar seluruh tubuhku. Tetesan liurnya terasa lebih manis daripada madu di mulutku. Kubelai berkali-kali rambutnya. Dia menghentikan ciumannya. Menatapku. Kutarik wajahnya dan kuciumi pipinya kiri kanan dan keningnya sambil tetap ku belai rambutnya. Lee menghentikan aksiku dengan menggenggam kedua pergelangan tanganku dan meletakkan diatas kepalaku. Kurasakan geli-geli basah ketika lidahnya mulai menelusuri leherku disertai hisapan lembut, berputar-putar diselingi gigitan kecil yang membuat mataku terpejam-pejam.

Lidahnya terus menelusur turun ke dadaku, dan berhenti di puting kananku.
“Uch, aah”. Desahku menahan geli dan nikmat dari lidahnya yang menjilati dan menghisap putingku seperti menjilati permen.
Badanku bergetar. Menggelinjang. Penisku makin berdenyut kencang. Lee menindihku semakin kuat sambil mengoyangkan tubuhnya. Penis kami makin terasa saling menekan. Lee melakukan jilatannya ke puting kiriku juga. Dan diulanginya terus, bergantian kiri kanan. Aku kelojotan seperti orang sekarat. Aku mengerang seperti orang kesakitan, namun aku tidak berdaya menghentikan Lee karena kedua tanganku di genggamnya erat. Aku dapat bernafas lega saat Lee menghentikan jilatannya. Dan kini dia sibuk melepaskan celanaku. Kuangkat pantatku untuk memudahkan dia. Ditariknya celanaku sampai di lutut. Begitu celanaku melorot, tampaklah gundukan yang hendak meronta keluar dari CDku yang ketat. Lee menatapku sesaat.

Kemudian di terkamnya penisku yang masih didalam CD. Digigitinya pelan sambil di goyang-goyangkannya kepalanya. Buah pelirku juga tidak luput dari keganasannya. Setelah CDku basah oleh air liurnya, dikeluarkannya penisku dan dikulumnya sedikit-sedikit sampai akhirnya seluruh batangku tenggelam dalam mulutnya. Disedotnya sambil dimainkannya dengan lidahnya. Pelirku yang diremasnya membuat permainannya tambah sempurna. Mulutmya maju mundur memberi kenikmatan yang membuatku terasa di awang-awang. Selama 4 menit aku dibuatnya mendesah sampai kurasakan spermaku akan keluar. Aku mau mencabut penisku, tapi rupanya Lee sudah tahu niatku dan digigitnya penisku sembari tangannya menekan badanku untuk kembali berbaring. Akhirnya kubiarkan aku di puaskan dulu oleh Lee. Dan aku berjanji untuk menuntaskan permainan cinta ini sampai Lee juga puas meski nafsuku nanti sudah down.

Penisku makin membengkak di mulutnya. Lee dengan tangan kanannya mengusap-usap pahaku dan sedotannya makin di perkuat.
“Aach.. aach.. Lee”.
Kutekan kepalanya hingga mentok ke pangkal penisku saat semprotan spermaku tidak tertahan lagi. Lama aku terdiam sambil memejamkan mata. Meresapi kenikmatan yang baru saja kurasakan. Lee masih menjilati sisa-sisa sperma di penisku yang mulai mengendur.
“Kau telan semua, Lee?” Kupandang wajah yang telah memuaskanku.
Dia mengangguk, kelihatan bangga. Seperti pahlawan yang baru saja memenangkan pertempuran. Didekatkannya mukanya kepadaku. Kami kembali berciuman. Mulutnya beraroma anyir sperma, tapi makin membuat ciuman kami semakin mesra.


Ke bagian 2

hey semuanya, salam kenal, buat kalian-kalian yang suka serial kisah sesama yang masih original seperti Cowok Rasa Apel yang sudah sampai sesi ke 3, silahkan cicipi "Serial Pelepasan" dengan jalinan kisah sesama lelaki dewasa dengan rasa yang berbeda, terimakasih banyak :)
pelepasan remah 1 (episode 1)
Pelepasan Remah ke 2 (episode 2) Klik disini
Pelepasan Remah ke 3 (episode 3) Klik disini
Pelepasan Remah ke 4 (episode 4) Klik disini
Pelepasan remah ke 5 (episode 5) klik disini
Pelepasan Remah ke 6 (episode 6) Klik disini
Pelepasan Remah ke 7 (episode 7) Klik disini
Pelepasan Remah ke 8 (episode 8) klik disini
Pelepasan Remah ke 9 (episode 9) klik disini
Pelepasan Remah ke 10 (episode 10) klik disini  

No comments:

Post a Comment