Saturday, July 2, 2016

Terjerumus Godaan – 3





Dari bagian 2


Acara audisi akan dimulai sekitar jam setengah sembilan, sedangkan undangan kami minta ditulis jam delapan. Terlalu pagi memang. Jam delapan kurang bu Poppy datang. Kemudian disusul kedatangan dari pihak agensi diwakili oleh bu Sandra dan dari klien oleh bu Ayu. Ada lima wanita telah berkumpul.

Bang Jay baru rapi keluar dari kamar mandi. Memberi salam kepada kami yang dari tadi sudah siap. Dia memeriksa peralatan fotografinya dan handycam yang semalam sudah disiapkannya. Dia konfirmasi ulang untuk posisi berdiri para model yang akan di audisi dan ibu-ibu yang akan memberi penilaian. Bang Jay memintaku untuk berdiri di depan lemari pajang untuk mencoba posisi arah handycamnya yang terpasang pakai kaki.

“Sudah ada modelnya ya?” gurau bu Ayu ketika aku dishooting bang Jay dengan handycamnya.
“Iya, bu. Boleh ikutan nggak?” tanyaku membalas gurauannya. Kami tertawa. Dari namanyanya bu Ayu memang sangat ayu, dengan usianya kukira sekitar tiga puluhan. Dari sorot matanya, aku rasa dia suka cowok muda.

Satu persatu para model datang. Ini akan jadi acara audisi yang sulit setelah melihat para model tersebut. Penampilan mereka memenuhi syarat semua dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Setelah data diri yang telah diisi para model itu terkumpul, bu Poppy membuka acara dengan menyampaikan pengantar dan memperkenalkan semua yang hadir. Kemudian bu Ayu menjelaskan masalah produk yang akan diiklankan dan tampilan iklan seperti apa yang diinginkan perusahaannya. Aku dan bang Jay berdiri saja mendengarkan penjelasan itu, sedang para model duduk di kursi makan yang telah kami persiapkan.

Kemudian acara dimulai. Sisy yang mengatur para model yang akan maju. Aku memperhatikan posisi kamera handycam apakah sudah benar arahnya. Giliran pertama namanya Didi. Cowok atletis yang tampilannya seperti pemain sepak bola dari Itali. Sesuai dengan pengarahan tadi, para model tampil telanjang dada. Didi membuka kaos oblong di depan para ibu muda itu. Ketiaknya tidak ada bulunya karena sudah dicukur. Tampangnya kelihatan sangat manis sebagai cowok.

Kulihat bu Ayu senyum-senyum dengan bu Poppy. Dia mungkin nafsu melihat bulu halus di dada dan di bawah pusarnya. Bang Jay memotret dari depan dan samping sambil Didi terus diajukan pertanyaan soal diri dan pengalamannya.

Para model maju bergantian dengan bertelanjang dada untuk diajukan pertanyaan dan difoto oleh bang Jay. Handycam tetap merekam semua kegiatan itu. Dari semuanya, aku suka Bima. Wajahnya ganteng sekali dengan badan yang tidak begitu berotot tapi masih tetap atletis. Herman juga bagus, cuma tato dilengan kirinya agak mengganggu. Kalau dia yang terpilih, mesti ditutup dulu tatonya pada saat pengambilan gambar.

Mungkin karena spermaku suda tumpah semalam lewat rangsangan mimpi, jadi aku aman karena kontolku tidak begitu tegang-tegang amat melihat cowok-cowok model yang boleh jadi juga sangat merangsang para ibu. Kulihat para ibu duduk dengan menyilangkan kakinya ketika acara pertanyaan diajukan kepada para model cowok yang setengah telanjang di depan mereka. Acara siang itu terasa cepat, padahal masing-masing model telah tampil kurang lebih 15 menit. Menjelang siang acara audisi selesai.

Setelah Rina membagikan honor kehadiran kepada mereka, para cowok itupun pulang. Tinggal kami merapatkan memutuskan tiga cowok yang pantas sebagai finalis. Melalui diskusi yang lumayan menyenangkan, masing-masing memberikan pendapatnya tentang alasan pilihannya, kami memutuskan Bima, Hari dan Veri yang masuk final. Berikutnya mereka akan dipanggil lagi untuk dihadapkan kepada tim klien untuk memilih satu orang.

Kami akhiri rapat audisi siang itu dengan makan siang keluar aparteman, ke restoran sea food di sekitar Mangga Dua. Bang Jay tidak ikut, tinggal aku sendiri laki-laki diantara lima wanita. Hmm… Aku ikut mobil bu Ayu sedangkan Rina dan Sisy bersama bu Poppy. Bu Sandra menyusul karena mau ke kantor dulu katanya.

Aku yang nyetir mobil bu Sandra. Dia memang agresif juga, ketika di dalam mobil, dia membuka blazernya dan memperlihatkan yang indah miliknya. Dadanya yang masih kencang itu terlihat membayang di balik blousnya yang tipis.

Kami ngobrol soal program kerja pemasarannya. Dia menjanjikan akan memberi order iklan produknya yang lain. Dia bercerita dengan semangat. Tangannya yang dari tadi bergerak sambil cerita dengan pelan sampai ke pahaku. Mobil jalan berlahan karena macet di jalan Gunung Sahari. Kubiarkan apa yang dilakukannya. Pelan kontolku menegang juga dan dia tahu itu yang mengundangnya untuk menyentuhnya. Darahku sampai kekepala ketika jari-jari bu Ayu meremas kontolku dari luar celana. Ada rasa was-was ketahuan apa yang dilakukannya, terutama oleh penumpang mobil di depan karena kaca mobil yang di depan tidak gelap, tidak seperti kaca yang disamping dan belakang.

Aku mesti menjaga sikap, walau bu Ayu yang memulai. Aku diam saja ketika tangannya mulai menarik resteling celanaku dan menyelusupkan telapak tangannya di gundukan kontolku dibalik celana dalam. Apakah ini bagian dari servis perusahaanku sebagai biro iklan agar proyek ini kami dapatkan? Bu Ayu sebagai manager pemasaran di perusahaannya apakah harus diservis olehku?

Otakku mulai bertanya-tanya sambil menikmati rangsangan dari bu Ayu. Karena hampir sampai, aku merapikan kembali celanaku yang terbuka dengan tangan kiriku. Untung kami tidak sulit mencari lokasi parkir. Siang ini agak mendung, mungkin nanti malam akan hujan.

Aku dan bu Ayu menuju pintu restoran. Bu Poppy, Rina dan Sisy sudah menunggu. Aku diberi tahu kalau bu Sandra minta maaf kalau tidak dapat ikut makan siang bareng. Dia sedang ada tamu. Akhirnya kami makan siang dengan ikan bakar, udang bakar, cumi saos kecap dan lalapan. Aku makan siang lumayan mengenyangkan.

Di meja makan, entah karena pengaruh makanan atau teringat rangsangan bu Ayu tadi dalam perjalanan, kontolku jadi menegang. Kenyang-kenyang begini kok malah ngaceng sih? Kami ngobrol macam-macam hal sambil menikmati air kelapa muda yang segar sekali.

Setelah makan siang, bu Poppy, Rina dan Sisy pamit mau ke kantor dulu dan aku diminta untuk mengantarkan bu Ayu. Wah aku dijadikan umpan nih! Dalam perjalanan, bang Jay telepon bahwa dia sudah berangkat ke tempat Mas Narto, ilustrator kami untuk urusan story board.

“Wah, saya mengganggu jadwal kerja dik Yadi nih. Jadi merepotkan,” kata bu Ayu setelah kuberitahu acaraku hari ini setelah makan siang.
“Nggak apa kok, bu. Dan lagi bang Jay sudah mewakilkan,” kataku.
“Sekarang kita ke aparteman dulu ya?” tanyaku memastikan.
“Iya dong. Tas saya kan masih tertinggal di situ dan beberapa file mesti saya bawa untuk rapat besok,” katanya. Suaranya itu menggoda. Tangannya tidak begitu liar seperti tadi waktu berangkat.

Bu Ayu turun di lobby aparteman, sedangkan aku memarkir mobil. Untung tempat parkir yang tadi ditinggal belum terisi. Lokasi parkir yang pas, karena dekat pintu ke aparteman kamarku di lantai 8 dan pintu keluar parkir. Bu Ayu sudah menunggu di pintu kamar ketika aku masuk ke koridor aparteman. Dia tidak memakai blazernya.

“Tidak menunggu lama kan?” kataku sambil membuka pintu, dengan menggesekkan kartu kunci. Aku dan bang Jay punya masing-masing kunci.
“Lumayan,” suara bu Ayu terdengar serak di telingaku. Kemudiam dia berdehem melancarkan kerongkongannya.

Kupersilahkan bu Ayu masuk setelah pintu terbuka. Aku sempat kaget ketika bu Ayu mendorong tubuhku mengakibatkan pintu tertutup oleh tubuhku. Bu Ayu melumatkan bibirnya ke bibirku dengan menarik leherku merendah. Tubuhnya yang lebih rendah dariku membuat dia sedikit jinjit.

Degan liar dia menciumiku. Lidahnya masuk ke rongga mulutku mencari lidahku. Dengan sedikit kesadaran yang kumiliki, kartu kuletakkan pada tempatnya. Ac dan lampu mulai nyala. Ruangan belum dirapikan. Ruang makan dan ruang tamu masih berantakan. Perlu dirapikan oleh room boy.

Tanganku menuju pantatnya. Meremas pelan di situ dan mulai menaikkan roknya. Aku selipkan jariku di belahan pantatnya. Menyentuh daerah paling sensitifnya. Dia menarik keluar kemejaku dari celana dan tangannya pun menyelusup ke celanaku dari atas pinggang.

Pintar banget dia. Telapak tanganya sudah meremas kontolku. Rasanya kontolku mati rasa akibat makanan laut tadi. Kami masih di pintu dengan nafas saling menggebu. Kontolku sudah mau keluar saja dari celana. Apalagi tangan bu Ayu sudah masuk, membuat celanaku makin sempit. Aku rasanya seperti diperkosa. Aku putar kunci pintu dan kupeluk dia sambil berjalan menuju kamarku. Kalau mau terjadi, terjadilah. Batinku.

Di kamar, bu Ayu terduduk di pinggir di tempat tidur dan mulai membuka celanaku dan aku pun membuka kemejaku. Kubiarkan diriku telanjang di depannya. Blousnya kubuka dengan menariknya ke atas. Tinggallah dia hanyak mengenakan rok dan beha yang transparan berenda.

Kembali aku menciuminya. Lehernya, kupingnya kemudian turun ke dada. Aku sudah kesetanan melayaninya. Tanganku beraksi di punggungnya dan dengan sekali sentak, kaitan behanya terbuka. Kumainkan lidahku di puting susunya sambil tanganku membuka sepatu dan melorotkan celana yang masih menyangkut di kaki. Aku turun ke perutnya mempermainkan bibir dan lidahku di sana. Wangi tubuhnya membuat aku makin bernafsu. Tanganku sudah membuka kaos kakiku. Ac yang ada di kamarku ini tak sanggup menghentikan keringat kami yang mulai mengalir.

Tangannya memegang leherku, menekannya turun ke arah vaginanya. Aroma khasnya mulai terasa ketika celananya kuturunkan dan mengeluarkan satu kakinya dari celananya. Makin membuatku bernafsu. Kumainkan bibirku di paha dalamnya sebelum aku melumat bibir vaginanya.

Dengus nafasnya memang tidak dapat tertahankan ketika lidahku menuju belahan kelaminnya. Aku seperti sedang kehausan dengan terus menjilat cairan yang ada. Kontolku dari tadi sudah tegang dan aku tidak rasakan apa-apa walau bu Ayu meremasnya. Rasanya seperti sepotong kayu yang menempel ke tubuhku.

Aku mengangkat tubuhku, dan kembali menindih tubuh bu Ayu. Aku kembali menciumi wajahnya, dan pinggulku bergerak, kubiarkan kontolku masuk sendiri tanpa bimbingan tanganku ke vaginanya. Pelan kerasakan kontolku masuk, ada denyut kecil mulai kurasakan di kontolku. Aku menekannya sampai kepangkal kontolku.

Bu Ayu memelukku makin erat. Nafasnya mulai memacu sambil pinggulnya bergerak mengikuti gerakanku. Kakinya memeluk pinggangku kadang ditekuknya sampai punggungku. Tubuhnya melengkung seperti udang.

Tubuhku sedikit melengkung untuk mencapai posisi nyaman. Tapi tidak lama, karena bu Ayu membalikkan tubuhku dan kembali naik ke tubuhku. Kembali dia menusukkan kontolku yang tercabut ketika membalik tadi. Ah.. Baru aku rasakan otot pangkal kontolku berderak seperti mau patah. Bu Ayu tetap menggerakkan pinggulnya pelan dan menekannya ke bawah. Dilakukannya berulang-ulang yang menimbulkan suara decak dari vaginanya yang sangat basah. Kontolku rasanya mati rasa dan bu Ayu akhirnya mencapai klimaksnya.

Ada cairan yang mengalir ke pelirku, sampai ke kasur di pantatku.

“Semprotkan saja, dik Yadi,” katanya disela nafasnya. “Aku mau rasakan spermanya…”

Aku tersenyum. Aku tidak rasakan rangsangan di kontolku. Bagaimana aku akan ejakulasi? Tanganku memegang pinggulnya untuk mengarahkan geraknya. Tetap aku tak bisa keluarkan spermaku. Malah bu Ayu mencapai klimaksnya lagi, tubuhnya makin mengejang dan puting susunya mengeras kencang. Bibir vaginanya kurasakan sangat tebal dan panas.

Ini keherananku. Waktu dengan Ran aku begitu gampang akan orgasme, walau kutahan. Tapi sekarang tanpa ditahan, untuk orgasme saja susah. Kutarik nafas dalam. Bu Ayu mencabut kontolku dari vaginanya dan coba mengocok kontolku dengan tangannya berlumurkan cairan vaginanya. Menaikkan dan menurunkan dengan remasan jarinya yang kecil, kontolku masih tetap tegang tanpa ada rasa rangsangan. Kembali aku tarik nafas dalam dengan panjang dan menghembuskannya pelan. Kuulangi lagi.

Akhirnya aku selesaikan permainanku dengan bu Ayu tanpa aku orgasme. Kami berpelukan beberapa saat, sambil menenangkan diri. Zinah yang kami lakukan siang ini membuat otakku protes berat. Perasaanku jadi kacau. Demi pekerjaan yang diberikannya, aku mau melayani nafsu bu Ayu. Apakah aku sudah jadi gigolo sekarang?

E N D

hey semuanya, salam kenal, buat kalian-kalian yang suka serial kisah sesama yang masih original seperti Cowok Rasa Apel yang sudah sampai sesi ke 3, silahkan cicipi "Serial Pelepasan" dengan jalinan kisah sesama lelaki dewasa dengan rasa yang berbeda, terimakasih banyak :)
pelepasan remah 1 (episode 1)
Pelepasan Remah ke 2 (episode 2) Klik disini
Pelepasan Remah ke 3 (episode 3) Klik disini
Pelepasan Remah ke 4 (episode 4) Klik disini
Pelepasan remah ke 5 (episode 5) klik disini
Pelepasan Remah ke 6 (episode 6) Klik disini
Pelepasan Remah ke 7 (episode 7) Klik disini
Pelepasan Remah ke 8 (episode 8) klik disini
Pelepasan Remah ke 9 (episode 9) klik disini
Pelepasan Remah ke 10 (episode 10) klik disini

No comments:

Post a Comment