Saturday, May 28, 2016

Keperawananku Direnggut Lik Bambang


Namaku Johan 13 tahun dan masih duduk di bangku SMP kelas 2. Aku sangat bergantung sama pamanku Lik Bambang satu satunya adik ibuku. Mengapa aku bergantung pada Lik Bambang karena ayahku sudah meninggal sejak umurku lima tahun sedangkan ibuku jadi TKW di Arab Saudi dan tak pernah ada kabarnya sampai saat ini semenjak ditinggal ayahku meninggal. Aku benar-benar yatim piyatu. Awalnya ibu menitipkan aku ke nenek namun saat aku SD kelas tiga nenek meninggal dunia karena terserang penyakit liver. Ia hanya mewariskan Lik Bambang anaknya yang tersisa dan rumah kecil di gang-gang sempit yang kumuh di Banyuwangi yang menjadi satu-satunya harapanku untuk menyambung hidup.
Sudah enam tahun aku menggantungkan hidup dengan Lik Bambang. Namun dengan sifal Lik Bambang yang keras rumah tangganya kandas di tenggah jalan yang menyayat hati Ayu, putri kandung satu-satunya dari pernikahan mereka. Ayu yang masih berumur 7 tahun saat itu harus menerima kenyataan pahit kekerasan rumah tangga yang dialami orang tua mereka. Aku ingat betul saat itu Ayu memelukku kuat-kuat saat menyaksikan tempelengan Lik Bambang menghantam wajah istrinya di hadapan Ayu. Ia menangis histeris namun tak berdaya. Kami berdua berpelukan dengan kencang dengan jantung berdegup kencang karena takut kelihaian tempelengan Lik Bambang juga menguasai tubuh kami yang tak berdosa. Saat itulah istri Lik Bambang menyambar asal comot pakaiananya di lemari yang dimasukan ke koper usang lalu menyeret paksa Ayu dari pelukanku untuk dibawanya minggat. Dan pada hari itu aku hidup berdua dengan Lik Bambang di rumah warisan nenek. Hanya bersamanyalah aku menggantungkan hidupku dan jika saat itu ia kalap aku tak tahu harus hidup dengan siapa lagi. Untunglah Lik Bambang mau menerima serta menyekolahkan aku. Walaupun kita saling menyadari bahwa kita bukanlah darah kandung tapi ia juga memperhatikan perkembanganku sebagaimana ayah kepada anak yang kulihat di tivi-tivi.
Hidup bersama Lik Bambang tidak beda jauh dengan sekolah militer. Jika aku kurang berkenan atau punya kesalahan sedikit saja, bukan hanya pisuhan tapi juga dihajar olehnya. Hingga aku kebal atas tindakan kekerasan fisik olehnya yang menimpaku bertubi-tubi. Tempelengan, gamparan, jitakan, tendangan sudah tak kurasakan sakit lagi. Namun kusadari bahwa dibalik sifatnya yang keras ada hati yang manis di dalamnya. Buktinya ia selalu memberiku banyak makan dan minum setelah aku dihajar olehnya dan mataku sembab karna tangisan yang tak kunjung berhenti.
“Ini makanlah yang banyak minum yang banyak. Kamu tahu tadi adalah pelajaran bagimu agar kamu tidak melakukan kesalahan lagi. Lik mendidikmu seperti ini supaya kamu menjadi lelaki yang kuat yang tangguh. Lik bukan marah sama kamu justru Lik sayang kamu dengan mendidik kamu seperti ini. Sudah berhentilah menangis. Lik sayang Johan.” Sambil menyandarkan kepalaku di bahunya dengan penuh kasih sayang. Sesekali ia memberi wejangan dengan mengelus-elus kepalaku. Saat itulah aku merasa aman berada disampingnya dan rasa sayangku pada Lik Bambang melebihi segalanya. Hanya dialah satu-satunya penjamin nasibku.
Pekerjaan Lik Bambang yang serabutan membuat perekonomiannya kadang seret kadang lancar. Saat perekonomian seret emosi Lik Bambang sering meninggi tanpa sebab musababnya. Pada saat itu aku tak berani untuk meminta uang saku atau uang untuk membeli buku sekolah karena pasti aku akan dihajar habis-habisan. Maka yang kulakukan adalah menarjet anak-anak culun di sekolahku kadang anak-anak SD untuk keperluan financialku sendiri seperti bayar  buku, SPP, uang jajan, dll. bahkan sisa uangnya kubelikan nasi bungkus untukku dan untuk Lik Bambang demi menghiburnya agar tak melakukan kekerasan fisik padaku.
Jika ada waktu luang aku sering membantu Lik Bambang bekerja seperti kuli pikul di pasar, kuli bangunan di proyek namun kehadiranku dianggapnya mengganggu pekerjaannya lalu aku diaksih uang jajan dan diusirnya pulang. Dari situlah aku seneng banget walaupun sebenarnya aku sudah membantu lama hingga capek tapi pamanku selalu memperhatikanku saat aku mulai lelah ia beralasan mengusirku untuk belajar saja yang rajin di rumah karena belum saatnya aku bekerja banting tulang itu katanya seraya memberi uang jajan.
Pada saat itu ada acara di sekolah dan masing-masing siswanya harus membayar iuran 50 ribu. Kucari Lik Bambang di ternyata dia lagi olahraga di tempat fitness murahan kaum menengah ke bawah dengan diiringi lagu dangdut koplo remix yang berdentum keras di sound pojok ruangan.
“Kenapa kamu kesini?” tanyanya sambil meringis karena barbell besi tua diangkatnya.
“Di SMP ada acara Lik, semua siswa suruh bayar iuran 50 ribu”
“Asu buntung. Iuran lagi-iuran lagi, gurumu itu gak tau apa kalo aku gak punya duit. Suruh saja gurumu itu nguli angkut di pasar.” Umpatnya. “Terus kapan terakhir?”
“Besok Lik.”
“Cueleng!! Ya wes nanti malam tak carikan duit aku mau lembur.”
Saat malam telah larut Lik Bambang pulang dengan membuka bajunya sambil menyambar handuk untuk merilekskan tubuh setelah seharian lembur. Dari kamar mandi terdengar suara gebyar gebyur air dingin yang tak dirasakan oleh badan Lik Bambang yang panas penuh keringat. Terbukti suara Lik Bambang tidak bergetar sama sekali saat berbicara denganku dari kamar mandi.
“Han kamu udah Tidur?”
“Belum LIk.”
“Bagus jangan tidur dulu ya. Lik mau ngomong sama kamu habis ini.”
“Baik Lik.” Dengan penuh tanda tanya di kepalaku. Baru kali ini Lik Bambang sangat serius berbicara denganku seperti ada berita kematian yang akan mengejutkanku saja. Namun kuturuti saja, hati ini tak kuasa untuk menanyakan lagi karena aku tahu itu bakalan tak berkenan di hati Lik karena sudah termasuk membantah walaupun hanya menanyakan hal apa yang akan dibahasnya.
Ia keluar dengan melilitkan handuk di pingganngya lalu mendekatiku duduk tepat di sampingku. Bisa kucium aroma kesegaran sabun nuvo yang menyeruak dari badan Lik Bambang yang tak berbalut pakaian karena habis mandi.
“Kamu tahu kan kalau aku bekerja keras demi menyambung hidup kita berdua.”
“Iya Lik.”
“Dan kamu tahu kan kalau kamu bukan anakku. Tapi aku dengan ikhlas membesarkanmu. Kamu juga tahu kalau rumah tanggaku sudah lama hancur.”
“Maksud Lik?” kupotong omongannya lalu kupandang matanya yang penuh dengan penuh pertanyaan.
“Santai saja dengarkan dulu. Jujur saja ya kamu bisa merasakan bahwa Lik sayang kamu gak? Maksudku dengan kerja banting tulang demi menyambung hidup kita berdua, lalu dengan aku menyekolahkanmu supaya kita tak hidup sengsara kelak, dengan caraku mendidikmu dengan keras supaya kamu menjadi laki-laki tangguh, itulah caraku menyalurkan sayangku padamu. Apakah kamu merasa kusayangi? Dan apakah kamu juga menyayangiku seperti ayah kandung? Jujur saja gak papa. Kalau iya katakana iya kalau tidak katakan tidak.”
Setelah kudengar pernyataannya mataku mulai berkaca-kaca lalu meneteksan air mata di pipi sambil kupandangi terus mata Lik Bambang dengan penuh makna dan harapan. Aku tak bisa mengatakan apa-apa setelah mendengar kata-kata paling romantis yang pernah keluar dari mulut Lik Bambang. Kuekspresikan perasaanku saat itu dengan memeluk rapat badan Lik Bambang. Kubenamkan wajahku ke lengan  Lik Bambang  hingga lengannya yang berotot penuh urat pembuluh darah itu basah oleh air mataku. Hanya kata-kata “Johan sayang Lik Bambang” itu saja yang bisa kuucapkan sambil tersedu-sedu sesak.
“Sudah-sudah cup-cup aku mengerti sekali perasaanmu. Karena kamu begitu menggantungkan hidupmu padaku. Syukurlah aku sangat sayang padamu. Aku tak akan mungkin mencampakkanmu begitu saja. Aku berjanji kau akan kubesarkan seperti anakku sendiri. Pegang kata-kata Lik percayalah sama Lik.” Sambil memelukku dengan mesra seraya mengelus-elus kepalaku.
“Lik punya satu permintaan. Kalau kamu benar-benar sayang sama Lik kuharap kamu mau melakukan.”
“Aku mau Lik. Apapun yang Lik minta akan aku lakukan Lik.” Jawabku dengan sepenuh jiwa raga sambil melepaskan pelukanku kemudian kutatap matanya dengan mantap seraya menahan isakan tangis haru yang tersisa.
“Aku pengen malam ini kita senang-senang. Seperti ini.” Kemudian ia mengambil henfon touch screen buatan cina miliknya dan memutar video persenggamaan antar-laki-laki. “Kita akan mekalukan sepeti ini. Tenang saja Lik akan membimbingmu dan kita akan sama-sama puas.” Dia meyakinkanku.
Aku kaget setengah mati namun aku kasihan dan berempati pada perjuangan Lik Bambang untuk membesarkanku. Bagaimanapun juga aku harus menuruti apa katanya. “Aku tidak yakin Lik.” Kataku sambil tetap melihat video tersebut dengan agak merinding.
“Percaya sama Lik, itu bukan penderitaan itu adalah kenikmatan. Lik bukan menyiksamu tapi memuaskanmu. Lik akan membimbingmu nanti. Sekarang ya. Ayo buka bajumu.” Perintahnya kuturuti.
Sementara aku membuka bajuku, ia meletakkan henfonnya lalu menjilat putingku dengan mesra. Terkejutlah badanku seperti ada aliran listrik yang mengalir dari kepala turun ke dubur hingga badanku menggelinjang dengan refleks.
“Bagaimana rasanya? Pejamkan saja matamu. Rasakan saja kenikmatan yang kuberikan.”
Kurebahkan tubuhku yang cungkring kurus sambil melipat tangan ke atas dan kujadikan bantalan kepala. Bisa kurasakan jemari lik yang kasar berusaha membelai lembut perutku yang kurus serta tulang igaku yang menonjol. Sedangkan bibirnya masih terus hinggap di puting kananku  dengan meninggalkan jejak liur yang basah karena lidah tumpulnya berputar-putar penyapu puting ku yang pink tak berbulu.
Emh benar-benar nikmat rasanya bibirku secara refleks kumainkan dengan menjilatnya. Tiba-tiba ada yang menempel lembut di bibir dengan dengusan panas di pipi. Kubuka mataku ternyata wajah Lik Bambang sangat dekat hingga kuberpaling darinya karena membuatku kaget. Ketidak siapanku membuatnya tersenyum, “Kenapa? Tetap pejamkan matamu ayo buka mulutmu keluarkan lidahmu.” perintahnya dengan bijak. Kuturuti saja perintahnya. Kini kurasakan lidah yang dingin, segar dan kasat dengan aroma pepsodent. Lidah ku diemut oleh LIk Bambang sesekali melumati wajahku mulai dari pipi, mata, kening, hidung, leher hingga telinga dengan rakus. Sembentara badan Lik Bambang yang gempal dengan lengan kokoh berotot, dada padat berisi segumpal otot yang ketat serta perut yang mulai terbentuk karena rajin berolah raga, kini semuanya bendempetan dengan badanku yang cungkring dan menggesek-gesek. Ku elus punggung Lik Bambang yang lebar dan dingin serta bisa kurasakan titik-titik air yang tersisa sehabis mandi dengan tanganku yang menyapu otot punggungnya yang berkontur kokoh.
“Nah sekarang ayo duduk kocok kontol Lik.” Diangkatnya badanku dengan mudahnya lalu kami berganti posisi. Lik Bambang melepas handuknya yang melilit dipinggang dan munculah kontol tegang perkasa miliknya mengacung-acung di hadapanku. Tak ada lagi kain pembungkus badan Lik Bambang, kini ia sudah telanjang total dihadapanku lalu gantian tiduran di kursi spons yang jebol-jebol salah satu perkakas peninggalan nenek. “Ayo kocok! Sini Lik ajarin.” Sambil meraih tanganku yang mungil lalu jemariku dilingkarkannya pada kontol prekasa yang penuh otot dan urat. Kemudian dibimbinglah tanganku dengan lembut. naik turun naik turun naik turun. Kontol seukuran pergelangan tanganku kini mulai panas seperti saat kupegang gelas teh hangat. Semakin digenggam erat semakin panas. “Ayo lakukan yang seperti Lik ajarkan tadi. Mula-mula emut kedua putingnya Lik secara bergantian. Lalu cipok mulut Lek.” Katanya kemudian ia kembali memejamkan matanya serta menggigit lembut bibirnya. Kulakukan persis apa yang disuruhnya dan yang diajarkannya tadi namun tanganku tetap mengocok kontolnya.
“Wah kontolnya Lik panas banget.” Kataku sambil terus mengocoknya.
“Nah kalo gitu masukkan mulutmu dan mainkan ke atas ke bawah sesekali mainkan lidahmu di kepala kontolnya Lik. Ayo sini Lik bimbing.” Ia beranjak duduk kemudian aku disuruh jongkok dengan posisi muka diselangkangannya lalu membimbing mulutku yang mungil melumat kontol perkasanya.  Secara perlahan dan seksama dia membimbing kepalaku masuk dan keluar. Padahal mulutku menganga lebar maksimal rasanya belum cukup menelan kontol kuli bangunan di hadapanku ini sampai ujung pangkalnya. Bahkan beberapa kali aku tersendat karena mulutku penuh dengan kontol raksasa hingga tak ada ruang untuk bernafas.
“ahh uh emh… enak Han. Terus telan kontolku. Kalau mulutmu gak cukup menelan, pangkalnya kocok sama tangan.” Katanya sambil berdesah. Kulihat wajahnya dia sudah mencapai titik kenikmatan yang tinggi. Matanya merem melek, tangan kanannya sibuk meraba-raba perutnya yang kotak-kotak saat mengejang akibat setruman kenikmatan, sedangkan tangan kirinya sibuk memlintir-mintir putingnya yang coklat tegang. Sepertinya dia cukup nikmat.
“Sudah ya Lik. Johan capek. Katanya saling memberi kenikmatan.” Kataku merujuk.
“Oh iya Lik lupa. Habis sedotanmu enak sih. Kamu diajarin dikit sudah pintar. Kamu memang anak kesayangan Lik.” Pujinya. “Ayo sini pindah ke kamar. Kita main di ranjang ya. Sekarang giliranmu menerima kenikmatan. Kamu siap kan.” Ujarnya sumringah.
Diambilnya handbody viva yang sudah lama tak terpakai di samping lemari kaca kamarku. Kemudian dia memlorotkan kolor beserta celana dalamku hingga kami berdua benar-benar telanjang di kamarku yang kecil. Dilumurilah telunjuknya yang besar dibandingkan dengan ukuran telunjuk pada umumnya. Telunjuk, jari tengah serta jari manis sudah ia lumuri dengan Viva. Tak lupa ia melumuri pantatku hingga rasanya becek dan licin membuat tak nyaman. Kubuka lebar kakiku kesamping lalu dicolek-colek pantatku sedangkan tangan kirinya mengocoki kontolku yang kembali menengang. Namun dalam hatiku aku sungguh takut yang bisa kujadikan pegangan hanyalah bantal yang kupeluk saat itu. Pak Lik tidak memberi tahuku sebelumnya bagaimana rasanya yang bisa kubayangkan seperti beol dengan tai yang besar dan keras. Telunjuknya mulai masuk ke pantatku. Aku meringis berusaha menutup dinding anusku kemudian jari Lik keluar. Aku belum siap menerima tusukan jari Lik Bambang. “Silitmu jangan nutup Han! Tutup matamu rasakan kenikmatannya. Tarik nafas buang nafas terus menerus. Biarkan saja jariku menembus silitmu.” Perintahnya yang kini tak lagi romantis lagi malah cenderung beringas.
Tiga menit kemudian usaha Lik berhasil. Telunjuknya berhasil masuk ke lobang duburku. Sedangkan badanku masih tetap tegang namun berusaha kurilekskan dengan menarik serta membuang nafas secara berulang. Telunjuk itu bermain di dalam sana dengan lembut. Terkadang dengan gerakan yang sedikit kasar otot mulut duburku berusaha menahan ulahnya namun tak bisa kukeluarkan.  Hanya berkedut-kedut dipangkal telunjuk Lik yang terlanjur tenggelam. Sepuluh menit kemudian jari tengahnya masuk menyusul telunjuknya.  Aku mulai terbiasa dengan permainan jarinya dan mulut anusku mulai melebar karena ulah jari Lik Bambang.
Tiba-tiba kontolnya yang sudah ngaceng maksimal dilumuri handbody  dan menaruh start di bibir pantatku. Diangkat kakiku lebih tinggi lalu mukanya didekatkan ke wajahku. “Sebentar lagi kontoklu akan menembus silitmu dan kita akan menyatu. Aku janji tak akan menyakitimu. Aku akan memberimu kenikmatan karena aku sayang kamu. Aku sayang kamu seperti anakku sendiri. Aku ingin membesarkanmu. Dan aku harap kamu patuh padaku. Pak Lik sayang Johan.” Ia mengecup bibirku dengan posisi kontolnya yang berancang-ancang melubangi pantatku.
“Aku juga sayang Pak Lik Bambang yang kuanggap ayahku sendiri. Sebenarnya aku tahu bahwa yang kita lakukan ini layaknya pelepasan keperawananku yang kau renggut Lik. Dan aku rela jiwa ragaku kuserahkan pada Pak Lik. Kerelaan ini adalah bukti baktiku padamu Lik. Ayo Lik lakukan kita gak boleh berhenti sampai sini. Kita harus menyatu malam ini juga.” Ujarku yang tidak pernah seromantis itu seumur hidup pada Lik. Ia tersenyum bangga padaku lalu melumat bibirku dengan membabi buta.
“Emangnya kamu udah pernah nonton bokep yah kok sudah tahu kalo sekarang Lik sebenarnya ngenthu (ngentot) kamu. Kok tahu melepas keperawanan segala? Jangan-jangan kamu suka ngenthu cewek-cewek SMP ya!” tanyannya sambil mencairkan suasana.
“Hehe enggak kok Lik aku sering nonton bokep di hapenya temen-temen.”
“Terus Kamu pernah ngentot gak sebelumnya?
“Belum Lik.”
“Terus kamu suka sama perempuan atau sama laki-laki?”
“Sama perempuan sih Lik. Tapi semenjak aku dikentu sama Lik ternyata rasanya enak juga. Gak kalah nikmatnya waktu aku ngeloco rame-rame sama temen-temenku sambil nonton bokep.”  Kami berdua tertawa ringan.
“Sekarang ya Han. Tapi pada pelepasan keperawananmu Lik pingin kamu jangan merem. Tetep fokus pada mata Lik ya.”
“Baik Lik. Pelan-pelan ya Lik!”
“Tenang.”
Sesekali Lik menengok kontolnya untuk mengatur posisi yang pas di mulut pantatku. Kemudian di mendempetkat badannya ke badanku hingga kakiku yang kusandarkan di pundaknya terangkat keatas hingga lututku hampir menyentuh telingaku. Kupandangi wajahnya yang terlihat sibuk sekali. Aku hanya pasrah dan mengingat perintah Lik tadi. Bahwa apapun yang terjadi otot lobang pantatku nggak boleh mengejan karena bisa keluar darah. Harus rileks nafas harus tetap di atur. Kepala kontolnya mulai mendorong-dorong pantatku.
“Siap ya…” Kata terakhir Lik Bambang sesaat sebelum kulepas keperawananku padanya.
Blesss  kepala kontol Lik sudah tenggelam sepertinya. “Pelan –pelan Lik pelan-pelan aww.” Kataku mulai panic, sambil mendorong perutnya agar tak tangsung dihujamkan. Perlahan namun pasti kontol segede pergelangan tanganku masuk ke pantatku yang sempit  hingga setengah. Pantatku langsung panas perih tak tertahankan hingga air mataku meleleh. “Stop lik stop!.” Untungnya perintahku dituruti. Dia menghentikan aksinya di tengah jalan. Masih setengah kontolnya yang sudah tenggelam. “Atur nafasmu. Ingat jangan nutup kalau gak mau berdarah.” Kata lik menenangkanku. Dijejalkan lagi kontolnya aku sudah menyerah. “Lik sudah Lik. Johan sudah gak kuat Lik. Ampun Lik!!” ujarku memelas. Namun ia semakin beringas kemudian ia jejalkan sekuat tenaga hingga kontolnya ludes tertelan pantatku yang mungil kini merekah. Jleeeb…. “aaaaawww liiik!!! Ampuunn.!” Sakitnya sudah tak tertahan lagi. Rasanya lebih saki dari hajaran yang pernah Lik lakukan padaku. Aku benar-benar menangis tidak kuat menahan rasa sakit. mungkin tangisanku seperti orang patah tulang. Kontol besar itu masuk ke ususku hingga perutku terasa melilit namun rasa sakit yang tak terbendung pada daerah sekitar mulut anus. Mulutku dibungkam oleh Lik agar tak terdengar tetangga namun dia merasa senang melihat aku kesakitan. “Ampun Lik ampuuunn…”
Badanku ditindihnya sampai aku kesulitan bernafas. Namun ia tetap tersenyum puas melihat aku menderita. Hampir lima menit aku menangis merasakan penderitaan sementara itu Lik Bambang bersenang-senang di atas penderitaanku. “Ayo minum dulu.” Ajaknya, lalu membopong tubuh ringkihku ke dapur dengan masih menancapkan kontolnya di pantatku. Aku minum banyak dengan posisi dibopong dengan kontol mancep di pantat. Dibawa kembali aku ke kamar. Namun penderitaanku tak kunjung mereda. Pak Lik terlihat santai sekali dengan kontol yang mulai bisa kurasakan berkedut kedut di pantat.  Sementara itu ia menyulut rokok tali jagad lalu dihisapnya dalam-dalam kemudian dikeluarkan ke atas dengan mulut menyunyu. Panas di pantatku mulai hilang dan aku mulai bisa mengerut-kerutkan otot mulut dubur. Bokongku juga sudah bisa merasakan jembut Pak Lik.
“Sudah enakan?”
“Entah Lik.”
“Coba kerutkan lagi pantatmu.” Perintahnya kuturuti.
“Nah sekarang kontolmu juga harus ngaceng biar tambah nikmat. Kontolmu lik kocok ya. Wajar tadi tidur lagi soalnya kamu masih syok. Nanti kamu pasti bisa menikmati.” Kemudian kontolku dikocok dan perlahan mulai menegang. Kontolku berkendut-kedut menegang senada dengan kedutan pantatku. Saat kontolku tegang seluruhnya Pak Lik mulai memainkan kontolnya di dalam pantatku. Mundur maju mundur maju mundur maju.
“emmh pelan pelan Lik. Enak Lik!” tubuhku mulai menggelinjang, aku sudah bisa merasakan kenikmatan bersetubuh dengan laki-laki.
“Hehe mana yang enak genjotannya apa kocokan tangannya Pak Lik?” tanyanya menggoda.
“Semuanya Lik.” Aku mulai merem melek.
“Agak kencang ya!” pintanya yang hanya kujawab dengan desahan erotik eeemmhh emmmhh….
Genjotannya dipercepat lagi. Sempat kulihat ekspresi Pak Lik di juga merem melek sambil mendongak ke atas sesekali menyedot rokok dalam-lamam lalu dihembuskan dengan erangan erotik eeemmhhh yeeehh uuweenak tenaann…..
“Ganti posisi nungging Han.” Suruhnya, kemudian melepaskan kontol raksasa yang hampir tiga puluh menit nancap di sarangku. Saat kontol itu dilepaskan pantatku terasa bolong hampa hingga kucoba kukedutkan rasanya seperti sudah berrongga besar. Apakah aku sudah tidak perawan lagi? Tanyaku dalam hati.
Kuambil posisi nungging tak lama kemudian kontol raksasa masuk kembali dengan menggenjot secara dinamis. Tubuh Pak Lik mulai panas dan lengket berkeringat sama dengan tubuhku. Kemudian ia menjatuhkan tubuhnya ke punggungku sambil memelukku dari belakang. diciumi punggung serta leherku. Aku merasa aman menyatukan tubuh dengan Lik Bambang. hingga ingin kubalas dengan ciuman mesra. Ia meresponku. Dibimbingnya aku tengkurap dengan badan Pak Lik menindihi badanku. Aku benar-benar merasa aman dalam pelukannya dari belakang. sementara posisi ku yang seperti ini menambah efek nikmat bagi kami karena selain bisa ciuman mesra, dengan tengkurap pantatku terasa lebih sempit dan kontol raksasa yang gagah perkasa semakin terjepit.
Setelah puas dengan posisi tersebut badanku kembali di angkat kesana kemari seperti guling. Kini aku tidur terlentang dengan posisi kaki mengangkang di atas perut Lik Bambang. dihujamkan kontolnya ke pantatku dengan cepat hingga ranjangku berderet kencang senada. Sedangkan mulut Lik tak henti-hentinya menjilati leher belakangku.
“Lik pejuhku mau keluar.” Ringikku. Kemudian badanku diputar hingga aku duduk di atas kontolnya Lik Bambang berhadapan dengannya. Genjotannya dihentikan namun kontolnya di tanam dalam dalam di pantaktu seperti awal penetreasi tadi. Kemudian aku mengocok sendiri kontolku dengan mengarahkan horizontal ke perut Pak Lik. Pak Lik membantu menambahkan rangsangan dengan menggerayangi tubuhku, puting susuku tak ketinggalan dimainkannya, begitu bula bokongku tak henti-tencinya ditamparinya.
“emmh emmhh uuhh aww aaaahhh aannnjiiiinggg…. Croooot croooot croooot crooot… ah ah aww emmh…” eluhku berkepanjangan. Sementara pejuhku tumpah ruah di perut Lik Bambang yang kotak-kotak saat mengecilkan perutnya ketika bernafas. Kemudian dipeluknya aku yang sudah tak berdaya lalu digenjotnya lagi kontol yang nancep di pantatku sementara perutku dan perut Pak Lik jadi licin karena pejuhku yang menggenangi garis kotak pada perut Pak LIk.
Digenjotnya makin kencang sekencang-kencangnya hingga aku mengeluh lemas seperti orang ngelindur. Suaraku mirip ketika bilang aaaaaa panjang sambil lompat lompat cepat. Aku lemas tak berdaya sedangkan Pak Lik mengaum-ngaum ganas yang sepertinya juga kesulitan mengatur nafasnya. “Nanti kamu harus telen Pejuh Lik. Buktikan kalau kamu berbakti pada Lik.” Ujarnya dengan tersenggal-senggal. Dengan cepat ia mencopot kontolnya lalu mencampakkanku menuju ke kamar mandi. Aku tak peduli aku benar-benar lemas ringkih tak berdaya tenagaku habis hingga mau ngomong aja nggak kuat. Tak lama kemudian ia datang dengan menyodorkan kontolnya padaku yang sudah bersih dari Viva lotions  kini berganti harum sabun nuvo. Kulumat dengan malas sebisaku namun ia sangat beringas. Kepalaku di pengang sembil menyodokkan kontolnya ke mulutku. Saat aku tersedak kukerahkan sekuat tenagaku untuk melepaskan kontolnya di mulutku.
Lalu kontolnya dikocok sendiri namun kepalanya masih nyantol di mulutku. Dibungkam mulutku dengan kontol yang tegang total berada disana agar saat muncrat tak ada yang tumpah keluar. “aaah aah aah aww.. jiiaanccoookkk asssuuuuu aaakkhh celeeeeeng…… crroooot croooot crooot croot…. Ahh aaw hah hah hah…” dua belas kecrotan yang kurasakan menyembur tenggorokanku, dengan kecrotan ke tiga hingga ke enam yang sangat banyak dan klimaks. Rasanya asin di mulut licin dan aromanya menyeruak mengaduk isi perutku namun harus segera kutelan karena tak bisa kumuntahkan karena kepala kontol Pak Lik masih nancep dimulutku.  Sementara mulutku dibungkam kuat oleh tangan kokoh Lik Bambang. kutelan semua pejuh  yang penuh di mulut. Mungkin jika kumuntahkan gelas kecil air zam-zam akan luber.  Hingga aku menelan mutuh tiga kali telanan hingga habis. Kontol Pak Lik tak akan pernah keluar kalau aku belum melimati sisa pejuh di kepala kontolnya sambai habis sampai kesat.  Dia bangga sekali denganku yang berhasil menelan tanpa memuntahkan kembali pejuhnya. Aku dipeluknya sambil tiduran dielus-elus perutku yang cungkring dari belakang. lalu kontolnya yang masih menegang ditancapkan kembali ke pantatku dari belakang yang kebetulan pantatku masih becek berlumuran Viva lotions. Ternyata tadi adalah ronde terakhir permainanku dengan Lik Bambang karena dia hanya ingin tidur dengan menancapkan kontolnya di pantatku. Kubiarkan saja ulah nakalnya karena aku tak kuasa menghalaunya. Aku sudah diantara hilang kesadaran karena sangat ngantuk, yang kuingat hanya dengkuran lirih Lik Bambang di belakang telingaku. Aku tidur dengan aman dalam pelukan Lik Bambang walaupun dengan kontol besar yang nancap di pantatku. Semoga tak terlepas hingga besok bagi.
Itulah pengalaman pertamaku saat digagahi oleh duda usia 38 tahun. kini aku sudah duduk di bangku SMA dan tinggal di salah satu pesantren panti asuhan  di Banyuwangi. Karena sekarang aku sudah tak bisa tinggal bersama Pak Lik yang ku sayangi karena Pak Lik kedapatan memperkosa Ayu anak kandungnya sendiri saat Ayu kembali pulang kepadanya hingga Ayu hamil. Dan sekarang Pak Lik berada di balik jeruji besi. Entahlah apakah Pak Lik akan menyebarkan virus-virus gay di balik jeruji besi?
Jujur aku begitu rindu sama Lik Bambang bahkan sudah kuanggap seperti kekasihku sendiri. Bahkan aku pernah cemburu berat dengan Pak Lik yang sering membawa teman fitness laki-lakinya, janda-janda genit, bahkan bencong ngamen sudah pernah dibawanya pulang untuk digagahi di depan mata kepalaku sendiri. Sedangkan aku hanya bisa ngintip sambil ngocok karena iri. Pernah aku minta jatah padanya tapi Lik menolak karena tak ingin mencelakakanku,  kamu gak boleh seperti lik begitu katanya. Namun aku sudah terlanjur kena virus gay yang Lik tularkan. Malah ini menjadi beban buatku seharusnya aku minta jatah namun Lik menolaknya. Padahal pada awalnya aku suka kepada perempuan, kini orientasi seksku condong ke laki-laki gara-gara Pak Lik. Namun aku tak menuntutnya. Tak apalah aku jadi gay.
Dari awal aku yang badel kayak preman kini aku semakin mengurung diri, menjadi pendiam dan tak mau berteman dengan siapapun. Yang bisa kulakukan hanya curhat dalam blog ini.

hey semuanya, salam kenal, buat kalian-kalian yang suka serial kisah sesama yang masih original seperti Cowok Rasa Apel yang sudah sampai sesi ke 3, silahkan cicipi "Serial Pelepasan" dengan jalinan kisah sesama lelaki dewasa dengan rasa yang berbeda, terimakasih banyak :)
pelepasan remah 1 (episode 1)
Pelepasan Remah ke 2 (episode 2) Klik disini
Pelepasan Remah ke 3 (episode 3) Klik disini
Pelepasan Remah ke 4 (episode 4) Klik disini
Pelepasan remah ke 5 (episode 5) klik disini
Pelepasan Remah ke 6 (episode 6) Klik disini
Pelepasan Remah ke 7 (episode 7) Klik disini
Pelepasan Remah ke 8 (episode 8) klik disini
Pelepasan Remah ke 9 (episode 9) klik disini
Pelepasan Remah ke 10 (episode 10) klik disini

No comments:

Post a Comment