Siang itu, seusai sekolah, Imron pulang dengan perasaan resah. Siswa
kelas III SMP yang berusia hampir 15 tahun itu sedang mengalami dorongan
sex yang menggelora. Tapi dia tak tahu cara yang aman dan nikmat untuk
menyalurkan nafsu birahinya itu. Dia belum berani melampiaskan
syahwatnya itu dengan lawan jenisnya, takut resiko kehamilan dan
penyakit kelamin.Sedangkan merancap sendiri yang dilakukannya seminggu 3
kali sejak mimpi basahnya yang pertama kira-kira 2 tahun yang lalu,
sudah tidak terasa nikmat lagi.
Setibanya di rumah, seperti biasa setiap siang, dia mendapatkan rumahnya
dalam suasana sepi. Ayahnya, karyawan perusahaan swasta, biasanya
pulang malam. Ibunya, guru SD Inpres petang selalu pulang setelah
Maghrib. Wati, kakaknya yang berkuliah di sebuah PTS di
Depok tinggal di kos-kosan tak jauh dari kampusnya. Setiap siang, dia
hanya berdua saja dengan Iding, remaja berusia 14 tahun asal Sumedang
yang sudah setahun menjadi pramuwisma dirumahnya.
Imron segera mengganti seragam sekolahnya dengan baju kaos dan celana
pendek yang longgar. Lalu menyantap makan siang yang sudah dihidangkan
Iding. Keluarga Imron berlangganan rantang dari sebuah usaha catering
takjauh dari rumah mereka. Selesaimakan, Imron menyalakan rokok lalu
duduk santai sambil memperhatikan Iding membereskan meja makan. Selama
ini dia tidak terlalu mempedulikan pembantu rumah tangganya itu.
Penampilan Iding cukup menarik. Tubuhnya kecil, tapi ramping dan
atletis. Wajahnya lugu kekanak-kanakan, alisnya tebal, bulu matanya
lentik, bibirnya tipis merangsang. Tiba-tiba Imron terangsang. Entah
mengapa, diamembayangkan betapa nikmatnya bila dia menjepitkan batang
kemaluannya di antara paha Iding yang ramping, mulus dan coklat
mengkilat agak kehitaman itu. Padahal selama ini Imron tidak pernah
membayangkan permainan sex dengan teman sejenis.
“Ding, kalo udah beres ke kamar gue ya!” katanya lalu berjalan masuk ke kamarnya. Tak lama, Iding menyusul masuk.Dia
terkejut melihat anak majikannya sudah berbaring di ranjang
bertelanjang bulat dengan batang kemaluan yang tegang utak-atik
sepanjang 15 cm dengan diameter sekitar 2 1/2 cm. “Mau ngapain Den?”
tanyanya dengan jantung berdebar. “Buka pakaian lu, terus tidur sini di
sebelah gue!” perintah Imron. Permainan sex dengan teman sejenis bukan
halyang asing bagi Iding. Dia seringmelakukannya ketika masih di desa,
saat mandi di sungai ataumenggembala kerbau di ladang dengan teman-teman
sebayanya.
Selama setahun bekerja di kota, dia bingung tak punya teman untuk
melakukan permainan nikmat itu. Sekarang, tak ada angin tak ada hujan,
tiba-tiba anak majikannya mengajaknya bersedap-sedap dengan benda yang
tergantung di selangkangannya. Setelah melepas pakaiannya, diapun
berbaring di samping anak majikannya dengan batang kemaluan yang
langsung tegangsepanjang 12 cm dengan garis tengah kira-kira 2 cm. Imron
terkejut melihat alat kelamin Iding yang cukup besar untuk ukuran
remaja sebayanya. Bulu kemaluan Iding yang masih halusmenambah
rangsangan birahinya. Dia menyuruh Iding memainkan batang kejantanannya.
Iding menurut. Tanpa ragu diraihnya piranti syahwat Imron.Imron
mengerang lembut merasakan nikmatnya kehangatan genggaman Iding pada
batang kemaluannya. Dia menggelinjang menahan geli ngilu yang nikmat
tiada tara saat telunjuk Iding membelai kepala kemaluannya yang segera
basah oleh cairan bening dan lekat. Naluri Imron membuatnya segera
meraih batang kemaluan Iding lalu melakukan hal yang sama. Logika Imron,
karena alat kelamin mereka serupa, apa yang nikmat baginya tentu akan
nikmat pula bagi Iding Giliran Iding menggelinjang merasakan geli ngilu
yang nikmat luar biasa. Lama kedua remaja itu memainkan piranti syahwat
satu sama lain, saling meremas, membelai dan menggelitik bagian peka
batangkemaluan temannya.
Iding yang sudah setahun memendam gejolak birahinya tidak tahan lagi.
Segera ditindihnya Imron sambil mengadu batang kemaluan mereka.
Dipeluknya anak majikannya itu kuat-kuat agar tubuh mereka semakin rapat
menjepit erat batang kemaluanmereka yang mengganjal di antara perut
mereka. Lalu dia menggoyangkan pinggulnya menggesek-gesek piranti
syahwat mereka. Makin lama makin cepat.
Tubuh keduanyapun panas olehbirahi yang membara. Akhirnya Iding tidak
mampu lagi membendung luapan birahinya. Dia menggigil, kakinya kejang,
lalu dia terkulai lemas di atas tubuh Imron dengan nafas
tersengal-sengal, sementara batang kemaluannya berdenyut-denyut
mengeluarkan semburan demi semburan air maninya yang pucat encer di
perut remaja yang lebih tua itu. Merasakan hangatnya luapan birahi Iding
membasahi tubuhnya, Imronpun segera memuntahkan air maninya yang kental
kekuningan, bercampur dengan air mani Iding membanjiri perutnya. Lama
kedua remaja itu terbaring lemas bertumpangtindih membiarkan denyut
kenikmatan birahi mereka pelan-pelan berakhir.
Iding bangkit lalu kembali berbaring di samping Imron.”Koq elu tau sih
maunya gue!” tanya Imron yang masih shock belum pernah merasakan
kenikmatan seperti itu. “Kalo di kampung, saya mah udah biasa maen
beginian Den!” Iding menjelaskan. “Yah, kalo tau begitu dari dulu gue
ajakin elu maen begini!” Imron menyesali.”Mau lagi Den?” Iding
menantang. Tanpa menunggu jawaban remaja yang lebih tua itu, dia
mendekatkan kepalanyake selangkangan Imron lalu menjilati batang
kemaluannya mulai dari kantung zakar sampai ke kepala kemaluannya yang
merah kebiruan itu. Nafsu birahi remaja memang istimewa,karena meskipun
baru saja keduanya mencapai puncak kenikmatan yang meletihkan itu,
batang kemaluan mereka tetap tegang dan keras, siap untuk bertarung
lagi.
Imron menggelepar-gelepar seperti ayam sekarat ketika Iding menghisap
alat kelaminnyadengan penuh perasaan sepertianak balita menyedot botol
dotsusu. Diraihnya piranti syahwat Iding lalu dikocoknya dalam irama
gerak yang sama. Makin lama makin cepat. Imron tidak sanggup lagi
menahan gejolak syahwatnya. Segera dikeluarkannya air maninya di dalam
mulut remaja kecil itu.
Demikian dahsyatnya semburan air mani Imron, sehingga Iding hampir
tersedak menerimanya. Tapi dia segera mampu mengendalikan situasi.
Direguknya sebagian air mani Imron tanpa berhenti menghisap batang
kemaluan yang panjang dan besar itu seolah ingin menguras habis sisaair
mani dalam tubuh remaja yang lebih tua itu. Sementara itu piranti
syahwatnya sendiripun kembali berdenyut mengeluarkan air maninya dalam
genggaman Imron. Setelah denyut kenikmatan birahi mereka akhirnya
berhenti, Imron mengajak pembantu rumah tangganya ituke kamar mandi
untuk membersihkan diri.
Dua hari kemudian, seusai sekolah, kedua remaja yang mabuk birahi itu
kembali bergumul di ranjang Imron. Kali ini Imron ingin mewujudkan
angannya menjepitkan batang kemaluannya di antara paha Iding.
Ditindihnya Iding sambil menyelipkan perangkat birahinya di selangkangan
remaja yang lebih muda itu. Iding merapatkan pahanya menjepit erat
piranti syahwat anak majikannya yang terasa hangat mengganjal di
selangkangannya. “Aaahh!” Imron mendesah lembut merasakan nikmat pada
batangkejantanannya. Lalu dia menggoyang pinggulnya memompa batang
kemaluannya menggesek-gesek paha Iding yang ramping dan mulus,
coklatmengkilat agak kehitaman itu. makin lama makin cepat.
Iding terpejam-pejam dalam kenikmatan ganda. Dia merasakan geli ngilu
yang nikmat sekali setiap kali kepala kemaluan Imron menyentuh
danmenggelitik kantung zakarnya, sementara batang kemaluannyayang
terjepit erat di antara perut mereka tergesek-gesek dalam geli ngilu
yang nikmat luar biasa. Imronpun melambungdalam kenikmatan dahsyat yang
belum pernah dirasakannya seumur hidup.”Duh, Diinng!! Aduduuhh
Ddiinngg!Oohh Diingg!!” dia mengerang dalam kenikmatan. Dia tak mampu
lagi menahan gejolak syahwatnya. Tubuhnya gemetar, nafasnyapun semakin
memburu, didesaknya batang kemaluannya sedalam-dalamnyadi selangkangan
Iding. Lalu dia terkulai lemas di atas tubuh Iding dengan nafas satu
persatu sementara batang kemaluannya berdenyut menyemburkan air maninya
di atas kantung zakar dan paha remaja kecil itu.
Iding menggoyang pahanya menggesek-gesek batang kejantanan Imron seolah
ingin menguras habis seluruh air manianak majikannya itu, sehingga Imron
mengerang dalam kenikamatan yang tiada tara. Kemudian dia membalikkan
tubuh Imron sehingga remaja yang lebih tua itu berada di bawah. Sambil
duduk di paha Imron, dia mengocok batang kemaluannya sendiri. Tak lama
kemudian, air maninya yang pucat dan encer muncrat membasahi perut dan
dada anak majikannya. Keduanya terbaring lemas berdampingan dengan tubuh
yang letih dan lemas namun dalam perasaan puas dan bahagia.
Pada suatu malam, Andi, teman sekelas Imron datang untuk belajar bersama
menghadapi ulangan umum. Tanpa sadar waktu telah larut malam, sehingga
Andi terpaksa bermalam di sana karena angkutan umum sudah tidak
beroperasi selarut itu.
Udara Jakarta yang panas menyebabkan kedua remaja itutidur bertelanjang
dada hanya mengenakan celana dalam saja. Mereka berbaring berdampingan
di ranjang Imron yang tidak terlalu besar. Andi berbaring menyamping
membelakangi temannya. Jantungnya berdebar ketika tiba-tiba dia
merasakan ada suatu kehangatan yang mengganjal di belahan buah
pinggulnya. “Ndi, lu suka coli nggak?” bisik Imron. “Suka! Emangnya
kenapa?” jawab Andi.”Coli bareng yuk!” ajak Imron. Andi tidak segera
menjawab. Diabelum pernah merancap bersama orang lain. Tapi gagasan itu
cukup menarik. Pelan-pelan batang kejantanannya membesar, tampak
menonjol di balik celanadalamnya. Dibiarkannya Imron meraih dan
menggenggam batang kejantanannya.
Dia mendesah lembut merasakan nikmatnya kehangatan genggaman Imron pada
batang kejantanannya yang sudah tegang penuh sepanjang 17 cm dengan
diameter kira-kira 3 cm. Jantungnya berdetak keras dalam perasaan tak
menentu. Bingung, malu, suka, takut, penasaran dan nafsu berbaur jadi
satu. Tanpa sadar ditanggalkannya celana dalamnya supaya temannya itu
lebih leluasa memainkan batang kejantanannya. Merasa tidak ada
perlawanan. Dari Andi, Imron semakin berani. Didekatkannya kepalanya ke
selangkangan temannya lalu dijilatinya kantung zakar, batang dan kepala
kejantanan temannya itu. Andi menggelepar-gelepar seperti seorang penari
breakdance merasakan nikmat yang luar biasa. “Oooh Rroonn! Aduddudduhh
Rroonn!!” rengeknya manja.
Imron mengambil Hand & Body Lotion dari mejanya. Dilumurinyabatang
kejantanan Andi yang besar dan hangat dengan cairan pelembab itu. Lalu
dia berbaring membelakangi Andi sambil menyelipkan batang kejantanan
temannya itu ke selangkangannya. Lalu diraihnyatangan Andi dan
digenggamkannya di batang kejantanannya yang sudah tegang. “Pompa sambil
kocokin gue Ndi!” bisiknya dengan suaragemetar akibat birahi membara.Andi
menurut. Dia menggoyang pinggulnya memompa batang kejantanannya
menggesek-gesek selangkangan Imron sambil mengocok batang kejantanan
temannya itu dalamirama gerak yang sama.
Makin lama makin cepat. Nafas keduanya mendengus-dengus bagai lokomotif
tua menebar aroma birahi yang memenuhi kamar tidur Imron. “Ndi, gue mau
keleuar nih! Gue mau keluar nih!” rengek Imron yang tak mampu lagi
mengendalikan luapan birahinya. Andi mempercepat kocokannya padabatang
kejantanan Imron. Kaki Imron kejang menjepit erat perangkat birahi Andi,
lalu batang kejantanannya berdenyut dalam genggaman Andi. Nikmatnya
jepitan erat paha Imron pada batang kejantanannya serta hangatnya luapan
air mani Imron pada hangatnya memancing puncak kenikmatan Andi.
Tanpa melepaskan genggamannya pada batang kejantanan Imron
dikeluarkannya air maninya membasahi kantung zakar dan paha Imron,
mengalir membanjirikasur. Keduanya terbaring lemas berpelukan membiarkan
denyut kenikmatan birahi mereka pelan-pelan berakhir.”Enak gila!” bisik
Andi kemudian meniru iklan permen mint yang terkenal itu. “Kapan-kapan
lagi ya!” sahut Imron. “Boleh! Sapa takut!” kata Andi. Imron lega karena
sekarang dia bertambah teman lagi untuk melakukan permainan nikmat yang
meletihkan itu. Diajaknya Andi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Sejak itu, Imron, Andi dan Iding tak perlu resah lagi memendam hasrat
birahi mereka. Hampir setiap hari mereka bergumul mengadu alat kelamin
mereka guna menyalurkan kebutuhan biologis mereka. Cara apapun yang
mereka pilih, saling menghisap, saling mengocok, bergantian menjepitkan
batangkemaluan di selangkangan temannya lalu memompanya, mengadu batang
kemaluan lalu menggesek-geseknya sampai air maninya keluar, tetap saja
langsung enak. Permainan sex sejenis memang merupakan cara yang paling
aman, nikmat dan praktis untuk menyalurkangejolak birahi remaja.
Sesering apapun mereka bermain mengadu batang kejantanan mereka, dijamin
tidak akan ada yang hamil. Lagipula, mengajak teman cowok bermalam di
rumah tidak akan mengundang kecurigaan orang rumah. Yang pasti, tidak
akan digerebeg Hansip atau Pemuda Masjid! Adapantun Betawi “Beli areng
di depan pabrik, sembari ngerokok rasanye nikmat; coli bareng emang
asik, dikocok-kocok pejunye muncrat!” Nah, selamat nyobain! Pasti lu
pade bakalan ketagihan!
.:tamat:.
hey semuanya, salam kenal, buat kalian-kalian yang suka serial kisah
sesama yang masih original seperti Cowok Rasa Apel yang sudah sampai sesi ke 3, silahkan
cicipi "Serial Pelepasan" dengan jalinan kisah sesama lelaki dewasa dengan rasa yang berbeda, terimakasih banyak :)
pelepasan remah 1 (episode 1)
Pelepasan Remah ke 2 (episode 2) Klik disini
Pelepasan Remah ke 3 (episode 3) Klik disini
Pelepasan Remah ke 4 (episode 4) Klik disini
Pelepasan remah ke 5 (episode 5) klik disini
Pelepasan Remah ke 6 (episode 6) Klik disini
Pelepasan Remah ke 7 (episode 7) Klik disini
Pelepasan Remah ke 8 (episode 8) klik disini
Pelepasan Remah ke 9 (episode 9) klik disini
Pelepasan Remah ke 10 (episode 10) klik disini
No comments:
Post a Comment