“Mas sering kesini?” Tanya Ali saat kami
menaiki tangga menuju ke kamar hotel yang terletak di atas garasi mobil.
“Iya”
“Mahal kan mas?”
“Lumayan. Kan gak tiap hari”
“Kenapa gak di rumah saja?”
“Hah. Banyak orang”
Pola pikir anak (muda) sekarang memang
begini. Mikirnya Cuma dari satu sisi saja yaitu ngirit alias hemat uang. Memang bener, dengan ML di rumah bisa jadi
akan menghemat uang.
Tapi dari sisi yang lain, justru lebih aman
ML di hotel.
Yang pertama, privacy kita lebih terjaga. Orang tua, saudara juga gak akan
bertanya-tanya apa dan dengan siapa tamu lelaki yang datang. Nggak enak aja
kalau bawa lelaki, kita masukkan kamar, kamar dikunci trus timbul suara erangan
atau desahan yang tembus keluar lewat tembok kamar. Homo kalau ML kan memang
suka heboh. Alay bin Lebay.
Dari sisi keamanan juga lebih
terjamin. Kadang kita tak tahu siapa dan
apa latar belakang yang menjadi teman kencan kita. Sudah banyak kasus kan, cari kencan dari FB
atau Grindr yang berakhir di kantor kepolisian?
Kunyalakan AC, TV dank ran air di kamar
mandi.
Celaka tiga belas! AC-nya mati.
Lampunya hidup tapi tak ada hawa dingin sama sekali. Dasar hotel busuk! Mau complain juga nggak enak. Males.
Jujurnya aku males dilihat sedang berduaan di dalam kamar dengan seorang
pria.
Nista Tilana.
“Yank … mandi yuk!” ajakku.
“Aku tadi sudah mandi”
“Iya. Tapi kan panas hawanya. Tuh kamu
berkeringat lagi”
Ali bergeming. Beberapa pria Madura yang kukenal memang malas
mandi. Kayak Kambing. Bau kecut dan lebus sepertinya lebih mereka
sukai daripada bau sabun mandi yang segar dan mewangi.
Kuseret Ali ke kamar mandi. Dia diam saja
seperti kambing congek. Kubuka kaos,
baju dan celananya. Wow. Dalam
ketelanjanganbulatnya, Ali terlihat sempurna.
Kulitnya yang coklat tenned karena sinar
matahari terlihat mengkilap saat tergerus air shower. Rambutnya yang kaku dan lebat luruh menutupi
dahinya yang lebar. Bibirnya yang tebal
terlihat menganga saat teraliri air.
“Kiss me …” kataku meminta.
Ali mencium bibirku dengan mesranya. Bibirnya melumat bibirku dengan tekanan yang
penuh gairah. Tubuh telanjangnya mulai
merapat ke tubuhku. Seperti ada aliran
listrik diantara tubuh kami berdua.
Aku membalas ciumannya dengan penuh
gairah. Gairahku memang meluap kala
berciuman. Bener kata pakar seks, ciuman
adalah pembuka jiwa. Selesaikan ciuman
dengan romantic, maka hubungan seks yang indahpun akan tercipta.
“Aduh … sakit mas …” keluhku saat dia
dengan gemasnya mulai menggigiti bibirku.
Sepertinya ada darah yang keluar akibat gigitan gemas Ali.
“Sorry
…” katanya sambil terus menciumi pipiku, daguku dan dadaku.
Ali mulai menciumi putting dadaku. Dijilatnya ujung putingku dengan ujung
lidahnya, sementara tangannya mulai bergerilya mengocok dan membelai penisku
yang mulai tegang.
“FUCK … enak sekali mas …”
“Suka kamu mas?”
“Ya. I love it”
“Gini?” katanya sambil menyedot putingku
lebih keras lagi.
“He-eh. Heeh”
Ya Tuhan … aku benar-benar tak menyangka di
balik kecuekannya, ternyata tersimpan kepintaran yang nyata. Ali yang kukira
bodoh dan lugu, nyatanya pandai bermain cinta.
Kepandaiannya bermain lidah nyata-nyata
melebihi kepandaianku.
“Mas …”
“Hmm”
“Mas”
“Iya”
“Boleh aku minta …”
“Minta apa?”
Ali berbisik di telingaku. Dasar bocah bodoh. Andai dia ucapkanpun tak ada yang mendengar.
Di kamar ini tak ada sesiapapun kecuali kami berdua. Hahaha … bisa jadi dia terbiasa bermain cinta di antara dinding bersesek
bambu.
“Aku rimming ya?”
“Kotor”
“Aku pengen”
“Ya”
Drama.
Aslinya aku berteriak hore saat dia meminta agar aku bersedia di
rimming. Lelaki mana sih yang tak suka
di rimming. You know, rimming itu bisa
membuat kecanduan lho! Dan harus
kucatat, lelaki periming terpintar adalah denmas tenteng. Meski seorang polisi, nyatanya dia memang
seorang periming sejati.
Aku
segera merebahkan diriku di atas lantai kamar mandi. Ali segera mengambil posisi di antara kedua
pahaku. Dengan tak sabar, lidahnya mulai
menelusuri belahan pahaku. Turun ke
sekitar selangkanganku.
“Auhhh enak sekali mas … aduuhh … nikmat
mas …” desisku tak tertahan.
Aku mengangkat kedua pahaku dan mulai
mengendus anusku dengan ujung lidahnya.
Ujung lidahnya terasa mulai memasuki ke dalam lubangku. Terasa sesuatu yang dingin dan bergerak
keluar masuk di dalam lubangku.
Tuhan, aku menyerah.
Aku pasrah.
Aku tak berdaya.
Aku lemas dalam serangan lidah ALI.
ALI … ini lidah atau ular sanca?
hey semuanya, salam kenal, buat kalian-kalian yang suka serial kisah sesama yang masih original seperti Cowok Rasa Apel yang sudah sampai sesi ke 3, silahkan cicipi "Serial Pelepasan" dengan jalinan kisah sesama lelaki dewasa dengan rasa yang berbeda, terimakasih banyak :)
pelepasan remah 1 (episode 1)
Pelepasan Remah ke 2 (episode 2) Klik disini
Pelepasan Remah ke 3 (episode 3) Klik disini
Pelepasan Remah ke 4 (episode 4) Klik disini
Pelepasan remah ke 5 (episode 5) klik disini
Pelepasan Remah ke 6 (episode 6) Klik disini
Pelepasan Remah ke 7 (episode 7) Klik disini
Pelepasan Remah ke 8 (episode 8) klik disini
Pelepasan Remah ke 9 (episode 9) klik disini
Pelepasan Remah ke 10 (episode 10) klik disini
No comments:
Post a Comment