Saya
adalah anak tunggal Ayahku. Sejak dulu, kami hanya hidup
berdua saja. Mamaku telah lama bercerai dari Ayahku
sejak saya masih SD kelas 1. Saya tak pernah mau tahu
kenapa mereka bercerai. Sejak saat itu, saya tinggal dengan
Ayahku. Ayahku itu ganteng sekali. Meskipun usianya sekarang
hampir mencapai 50, dia masih nampak awet muda.
Rambutnya memang agak beruban, tapi tak terlalu menonjol.
Kerutan memang mulai nampak di wajah tampannya itu namun tak
sebanyak kerutan di wajah kebanyakkan pria berusia
50an. Tubuhnya memang tidak atletis, dengan sedikit
lemak di bagian perut. Namun, secara keseluruhan, dia tak nampak
gemuk sama sekali.
Kami
dekat sekali, selalu berbagi kegembiraan dan kesedihan.
Singkat kata, Ayahku itu Ayah yang terbaik sedunia.
Saya amat menyayanginya, sampai-sampai terkadang saya
mengira saya telah jatuh cintaYahdanya. Saya sendiri tak tahu
bagaimana perasaan Ayahku terhadapku. Yang kutahu adalah bahwa
dia amat sangat menyayangiku seperti seorang ayah
menyayangi anaknya. Walaupun kami dekat sekali,
norma-norma kesopanan tetap kami jaga. Saya tak pernah
sekalipun melihat kontolnya, hanya sering melihat dadanya saja
sebab dia suka berjalan telanjang memakai celana dalam
saja. Saya sendiri sangat pemalu, saya tak mau Ayahku
melihat tubuhku. Mungkin karena saya tak percaya diri dengan
bentuk tubuhku yang agak terlalu langsing. Tapi semuanya akan
segera berubah, tepat di malam ulang tahunku yang
ke-18.
Malam
itu, saya memutuskan untuk tidur lebih awal. Sekujur tubuhku
letih sekali setelah latihan fisik di sekolahYahgi
tadi. Saya selalu benci pelajaran olahraga, karena
saya tak terlalu suka capek. Tapi sisi baiknya, saya menjadi
cepat mengantuk dan ingin tidur lebihYahgi. Seperti biasa, saya
telah melolosi semuaYahkaianku, dan berbaring
telanjang bulat dengan nyaman. Bahkan saya tak ingin sehelai
selimut pun menutupi tubuhku. Rasanya nyaman sekali dapat bebas
dari belengguYahkaian yang harus kukenakan dariYahgi
sampai malam.
Dengan
cepat, saya terlelap, tak menyadari bahwa sesosok bayangan
pelan-pelan memasuki kamarku dan berdiri di sisi
ranjangku. Tubuh telanjangku menjadi menu utama
matanya. Saya baru tersadar ketika dia menepuk-nepuk pipiku dan
membangunkanku. Begitu kedua matau terbuka, kulihat Ayahku
berdiri menatap ketelanjanganku. Meskipun keadaan di
kamarku remang-remang, namun cukup jelas untuk melihat
segala sesuatu. Malu sekali, cepat-cepat kututupi kontolku yang
setengah ngaceng dengan tanganku. 'Astaga, sudah berapa lama
dia melihat tubuh telanjangku?' pikirku, wajahku
memerah seperti kepiting rebus.
"Tak perlu malu, anakku," katanya, duduk di sisi ranjang.
Satu-satunyaYahkaian
yang melekat di tubuhnya hanya celana dalamnya yang agak
terlihat usang. Bercak kekuningan nampak di bagian depan
celana dalamnya di mana kontolnya mulai mendesak ingin
keluar. Astaga, Ayahku ereksi melihat tubuhku!
"Kamu cakep sekali, anakku," katanya lagi, tangannya mulai membelai-belai bahuku.
"Ayolah, jangan kau tutupi kemaluanmu. Biarkan Ayah melihatnya. Ayo."
Dengan
lembut, dia berusaha menyingkirkan tanganku agar kontolku
terekspos. Saya tak tahu harus berbuat apa selain
membiarkannya.
"Anak Ayah sudah besar, yah," komentarnya saat melihat kontolku mulai ngaceng.
"Bulu-bulunya
lebat sekali," tambahnya lagi saat melihat bahwa dasar
kontolku ditutupi bulu jembut yang rindang seperti
hutan Amazon.
Saya
tahu apa yang sedang Ayahku lakukan. Dia ingin merayuku. Dia
ingin mengajakku untuk tidur dengnnya. Dia ingin
bersetubuh denganku!! Agak ragu, saya berkata,
"Pa, jangan,Yah." Kurasakan tangannya yang kasar membelai-belai kontolku.
"Kumohon,Yah. Jangan," mohonku lagi.
Sebagian
diriku memang ingin sekali bercinta dengannya, tapi sebagian
lagi melarang. Incest itu salah dan dosa, apalagi
incest yang satu ini melibatkan hubungan sesama jenis.
Insting moralku memaksaku untuk menolak rayuan Ayahku.
"Jangan
takut, anakku. Ayah takkan menyakitimu. Ayah hanya ingin
bersamamu. Andai saja kau tahu betapa sendirinya Ayah
selama bertahun-tahun." Sahutnya dengan nada sedih
yang mendalam.
"Alasan
Ayah tak menikahi wanita lain karena Ayah sayangYahdamu. Ayah
sengaja menunggu, sampai kamu cukup umur. Sekarang
kamu sudah berumur 18 tahun, anakku."
Kulihat
jam weker di meja kecil yang terletak tepat di samping
ranjangku. Jam itu menunjukkan pukul 12 lewat 45. Itu
berarti, sudah 45 menit lamanya saya berumur 18tahun.
Saya sudah dewasa!
"Ayah punya sebuah hadiah ulang tahun untukmu, anakku."
Dengan
itu, dia berdiri. Kemudian, tanpa malu, Ayahku mulai
melepaskan celana dalamnya. Saya hanya dapat menatap
kontolnya denganYahndangan tak berkedip, takjub
sekali. Kontol Ayahku indah sekali.Yahnjangnya nyaris 20 cm,
keras seperti baja, dan ukuran kepala kontolnya besar sekali.
Bulu jembutnya tak selebat punyaku, mungkin
kebanyakkan rontok.
"Pa, kenapa Ayah menunjukkan batang AyahYahdaku?" tanyaku keheranan.
Seharusnya
saya memalingkan mukaku, namun tak kulakukan. Mataku
terpakuYahda kontolnya yang menjulang tingi di depanku. Saya
ingin melihat kontol Ayahku! Entah kenapa, kurasakan
gairah yang bergelora di dalam diriku. Tanpa sadar, tanganku
meraih ke depan dan menggenggam kontolnya. Aaahh.. Rasanya
hangat dan keras. Kontol itu terasa amat hidup,
berdenyut-denyut dengan nafsu birahi.
"Ayo,
pegang saja, anakku. Ini hadiah Ayah untukmu. Kamu sekarang
sudah dewasa. Ayah tak ingin kamu terjerumus dalam seks
bebas. Ayah tahu kamu mungkin ingin tahu banyak
tentang seks. Ayah akan ajarkan semua yang Ayah tahu. Oh
anakku, Ayah sayang sekaliYahdamu."
Kedua
tangannya yang besar dan kasar meraba-raba punggungku.
Kemudian, mereka beralihYahda dadaku. Mulanya, Ayahku
meremas-remasnya secara perlahan, namun makin lama, remasannya
menjadi makin kuat. Tanganku ynag tadinya sibuk mengusap-ngusap
kontol Ayahku, kini mulai mengocok-ngocoknya,
berharap Ayahku akan 'keluar' sesegera mungkin. Nafsu
mulai menguasai kami berdua. Desahan napas yang memburu-buru
memenuhi kamarku. Kami saling bertatapan, saling mengetahui
pikiran kami masing-masing.
Tiba-tiba,
Ayahku memelukku. Tubuhnya sangat besar dibandingkan tubuhku.
Sebenarnya jika dia ingin fitness, tubuhnya takkan
kalah dengan tubuh Owen McKibbin, salah satu cover
Men's Health yang hampir seumur dengan Ayahku. Dengan tubuhnya,
Ayahku menindihku dan kami terjatuh ke atas ranjangku yang
empuk. Kami saling bertatapan, mencari persetujuan
dari masing-masing pihak.
"Anakku,
apakah kamu menginginka Ayah mengajarkanmu seks?" tanyanya,
matanya menatapku penuh harapan, berharap saya
mengatakan 'ya'.
"Ya,
Ayah. Ajari saya. Saya ingin tahu bagaimana caranya untuk
memuaskanmu,Yah. Ajari saya. Saya siap,Yah," jawabku.
Benteng
pertahananku runtuh. Sungguh tak mudah menolak rayuan ayah
sendiri! Ditindih seperti itu, saya dapat merasakan degup
jantung Ayahku. Rasanya kencang sekali. Kontolnya
sendiri menempelYahda anusku, berhubung Ayahku sedikit lebih
tinggi dariku.
Ayahku
bangkit dan melepaskan tindihannya. Kemudian dia berdiri di
sisi ranjangku sambil menyodorkan kontolnya yang kini
mulai basah dengan cairan precum. Dalam jarak sedekat
itu, akhirnya saya dapat melihat kontol Ayahku dengan jelas.
Kontolnya sama seperti kontolku, belum disunat. Tapi karena
tegang luar biasa, kepala kontolnya sudah keburu menyembul
keluar dari kungkungan kulit khitannya. Dengan bangga,
kepala kontol itu berdenyut-denyut di depanku, berkilauan
dengan precum.
"Pelajaran
pertama," kata Ayahku, "Oral seks. Sekarang coba kamu kulum
kontol Ayahmu ini. Pelan-pelan saja. Angap kontol ini
seperti permen. Kulum dalam mulutmu dan jauhi gigimu.
Kemudian hisap terus sambil menjilat-jilat. Terus lakukan itu
sampai Ayah ngecret."
"Baik,Yah."
DenganYahtuh,
saya duduk, memegang kontolnya dan kemudian memasukkannya ke
dalam mulutku. Sayup-sayup terdengar desahan nikmatnya
saat mulutku yang hangat menyelimuti kepala kontolnya.
Meskipun baru pertama kali sebatang kontol bersarang di dalam
mulutku, namun instingku mengajariku bagaimana cara memuaskan
kontol. Kuikuti saran Ayahku; kuhisap-hisap kepala
kontolnya dan kujilati kepala itu. Ayahku
mengerang-ngerang seperti orang kesakitan. Saya malah semakin
bersemangat. Pertama kali, sejujurnya, rasa kontol itu agak
aneh, sulit untuk melukiskannya. Rasanya agak asin
bercampur manis. Baunya pun sedikit pesing dan tajam. Saya
jadi teringat bau celana dalamku sendiri. Tapi lama-kelaman,
semuanya terasa enak.
Tanpa
ampun, kusedot kontol Ayahku sekuat-kuatnya. Mulutku telah
berubah fungsi menjadi vacum cleaner. Kubayangkan saya
sedang menyedot sari buah kelapa dengan menggunakan
sedotan ajaib. Tiba-tiba rasa asin menyerang lidahku. Cairan
licin mulai membanjiri lidahku, mengalir keluar dari dalam
lubang kontolnya. Saya tahu cairan apa itu. Itu adalah
precum. Saya sering melihatnya ketika saya asyik
mencoli kontolku sendiri. Ayahku semakin bergairah, tubuhnya
sedikit terguncang karena nikmatnya hisapanku. Tangannya
kembali meraba-raba punggung dan dadaku. Ayahku memang
tahu benar cara merangsang sesama pria.
"..
Hhhoohh.. Hisap terus, nak.. Ooohh.. Yyyeess.. Hisap kontol
Ayah.. Aaahh.. Kontol yang dulu membuatmu.. Uuugghh..
Ayah sayang kamu.. Hhoohh.."
Erangan-erangannya
semakin lama semakin tak jelas terdengar. Yang lebih terdengar
adalah suara deruan napasnya yang berat.
".. Hhoohh.. Uuugghh.. Hhhoosshh.. Aaahh.."
Terlalu
asyik dihisap oleh muluku, Ayah rupanya ingin mengambil
kendali. Bagikan sedang mengentot, kontolnya
didorong-dorong masuk ke dalam mulutku. Terkadang kontol Ayahku
masuk terlalu dalam sampai hampir menutup kerongkonganku.
Berkali-kali saya hampir tersedak namun selalu dapat
kutahan. Seiring dnegan waktu, nafsu menjadi smeakin
besar, mendorong spermanya keluar. Dengan lolongan keras,
Ayahku menekankan kontolnya dalam-dalam, tangannya
mengcengkeram kepalaku kuat-kuat. Berikutnya,
kontolnya jebol. CCROOTT!! CCROOTT!! CCRROTT!!
".. AaaAARRGGHH..!!"
Bagaikan
air bah, pejuhnya menerjang masuk dan turun ke kerongkonganku.
Tak ada waktu untuk menghindar, apalgi Ayahku
memegang kepalaku. Tak ada pilihan lain. Terpaksa
kutelan semua air maninya. Rasanya asin dan aneh. Saya tak
pernah mencicipi apapun dengan rasa aneh seperti itu. Tapi
bairpun aneh, menurutku rasanya lumayan enak. Jadi,
tanpa protes, saya menelan semua, habis tak bersisa.
Sementara itu tubuh Ayahku masih mengejang-ngejang, menuntaskan
orgasmenya.
"AARRGHH!! UUGGHH!! OOHH!! AAHH.. UUHH.." begitu semuanya usai, Ayahku menarik kontolnya keluar.
Saya
agak kecewa sebab saya masih ingin lagi. Ayahku nampak letih
sekali, keringat bermunculan dari pori-porinya.
"Pa,
saya suka nyedot kontol Ayah. Enak, sih," sahutku, tersenyum
mesum. Setetes pejuh nampak mengalir keluar dari sudut
bibirku.
"Baguslah. Ayah harap kamu suka dengan hadiah Ayah," jawab Ayahku, memelukku.
Ah,
pelukannya hangat sekali dan penuh cinta. Saya merasa aman
sekali dalam pelukannya. Ingin rasanya waktu berhenti
selamanya agar Ayahku dan saya dapat tetap berpelukkan
seperti itu.
"Ayah masih punya hadiah lain untukmu, anakku," katanya sambil melepaskan pelukannya.
Dengan
penuh cinta, Ayahku membaringkanku di atas ranjangku. Bantalku
diletakkan tepat di bawah pinggulku. Dengan
demikian,Yahntatku terekspos, sangat rawan untuk
dikerjain. Ayahku yang perkasa itu lalu naik ke atas ranjang dan
berlutut di depan kakiku.
"Ayah
mau memberimu hadiah yang terbaik, nak.Yahntatmu akan Ayah isi
dengan cairan kelaki-lakian Ayah. Kamu mau, 'kan?"
Saya menganguk-ngangguk, tanda setuju.
"Mulanya
akan sakit, tapi kamu tahan, yah. Kamu 'kan sudah berusia 18
tahun sekarang. Sebentar lagi kamu akan kuliah. Kamu
harus belajar untuk menerima penderitaan dalam hidupmu
agar kamu kuat menjalani hidup ini. Jadi, kamu harus sanggup
menahan rasa sakit ini, oke?"
Saya
kembali mengangguk, mempersiapkan diriku untuk menerima
kontolnya. Ayahku merentangkan kedua kakiku dan
membukanya lebar-lebar.
"Aaahh.. LubangYahntatmu seksi sekali, nak. Ayah tusuk, ya?" Kembali saya mengangguk.
Setelah
mendapat izinku, Ayahku langsung menancapkan kepala
kontolnyaYahda anusku. Mulanya agak susah, yapi dia tetap
memaksa dan mendorong.
"Ooohh..Yah, tusukYahntatku,Yah.. Ooohh.. Ayo,Yah.. Saya sudah tak tahan lagi.. Ooohh.."
Saya
kemudian diperintahkan untuk 'ngeden' agar anusku terbuka.
Meski bingung, saya menurut saja. Begitu saya
'ngeden', tiba-tiba kontol Ayah yang besar langsung
menancap masuk.
"AARRGGHH..!!" teriakku, sakitnya sungguh tak terkira.
Anusku
serasa terbuka lebar-lebar, terasa jelas gesekan antara
kontolnya dengan dinding dalamYahntatku. Begitu kepala
kontol Ayah masuk dengan suara PLUP! lubangku menutup
dan mencekik batang kontol Ayah. Saya langsung merasa penuh
sekali; kontol Ayah terasa besar sekali di dalam perutku. Anusku
masih berkedut-kedut dengan rasa sakit seperti luka
bakar, tapi sampai sejauh itu saya masih sanggup
bertahan.
"Ini
baru anak Ayah. Ayah banggaYahdamu, nak. Kamu sanggup menerima
kontol Ayah yang besar ini. Sekarang Ayah genjot, ya.
Kamu harus bertahan, ok?"
Ayah
menciumiku lalu kembali berkonsentrasiYahda kontolnya. Begitu
Ayah mulai menggerak-gerakkan pinggulnya, saya mulai
mengerang kesakitan. Rasanya anusku akan robek, tak
sanggup menampung kontol Ayah.
".. Ooohh..Yah, sakit sekali rasanya.. Aaahh.. Saya tak kuat.."
Mataku
berlinang air mata, saya menangis terisak-isak sambil menahan
perih. Tapi Ayahku tak mengindahkanku. Dia tetap
menggenjotYahntatku. Kasihan sekali anusku. Sementara
itu, erangan kesakitanku semakin menjadi-jadi. Saya mencoba
untuk meronta-ronta, namun tak berhasil. Saya juga mencoba
untuk menjauhi kontol Ayahku, namun kedua tangannya
memegang kakiku erat-erat. Sementara itu, melihat
perlawananku, Ayahku malah menjadi makin bernafsu.
Kontolnya
didorong masuk sekeras mungkin sampai-sampai saya mengira dia
akan melubangi perutku. Terasa sekali kontolnya
meraba-raba ususku. Lalu tiba-tiba semua mulai berubah
nikmat. Saya tak tahu kenapa, tapi ada sebuah gelombang nikmat
yang menguras tenagaku. Tubuhku menggelinjang keenakkan
seolah-olah saya sedang orgasme. Rasa sakit masih
tetap ada, namun tertutupi oleh rasa nikmat yang
berlipat ganda itu.
Napas
Ayahku semakin memburu-buru. Keringat mulai berjatuhan dari
wajahnya dan membasahi perutku.Yahndangannya serius
sekali, terkesan sedikit garang.
"..
Hhhooh.. Hhoohh..Yahntatmu sempit sekali.. Aaahh.. Enak..
Aaarrgghh.. Ayah genjot lebih kuat lagi ya? Uuugghh..
Hhoosshh.." Tubuh kami terguncang-guncang sampai-sampai
ranjangku berderak-derak. Saya khawatir ranjangku akan
rubuh, berhubung tenaga Ayahku besar sekali.
".. Ooohh.. Nak, Ayah hampir sampai.. Hhhoohh.. Aaahh.."
SayaYahham
benar apa yang akan terjadi selanjutnya. Ayahku akan ngecret!
Untuk merangsangnya, saya mulai berkata-kata kotor.
"..
Uugghh.. Ayo,Yah.. NgentotinYahntat anakmu ini.. Hhhohh..
Kontol Ayah gede banget.. Ooohh.. Ngentotin saya,Yah..
Uuuhh.."
Usahaku
berhasil sebab Ayah semakin bersemangat. Ritme ngentotnya
begitu cepat dan bertenaga. Anusku dihajar
habis-habisan, tanpa ampun sedikit pun. Saya tak
menyangka bahwa Ayahku jantan sekali. Saya membayangkan betapa
repotnya Mamaku dulu karena harus melayani nafsu kuda pejantan
ini. Siapa yang mengira bahwa Ayahku akan
mengentotinku seperti saat ini.
".. AARRGGHH..!! Ayah is.. CccCCUUMMINNGG!!" teriaknya, sok memakai bahasa Inggris.
CCRROTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!!
Pejuhnya
yang sepanas lava menerjang masuk, 'menghanguskan'
isiYahntatku. Setiap kali kontolnya menembakkan
sperma, Ayahku melenguh seperti kerbau.
"UUGGHH..!! UUGGHH!! UUGGHH!! HHOOHH.."
Tubuhnya kelojotan, tetap berpegangan eratYahda kedua kakiku yang terentang lebar-lebar.
"Uugghh.." desahnya saat tetes pejuh terakhir menetes keluar dari lubang kontolnya.
Ayahku
terbaring lemas, menimpa tubuhku. Napasnya yangYahnas mendera
wajahku. Sebelum saya sempat ebrkata apa-apa, Ayah
tiba-tiba membalikkan badannya sambil memelukku. Jadi
kini Ayah berbaring di bawah sementara saya berada di atas
tubuhnya yang bersimbah keringat.
"Giliranmu,
anakku. Duduk di atas perut Ayah dan kocok kontolmu. Ayah
ingin melihat pejuhmu tersembur keluar. Ayo, nak. Demi
Ayah. Mau 'kan?" bujuknya, membelai-belai rambutku.
"Tentu saja,Yah."
Saya
duduk sementara kontol Ayah masih bersarang di dalamYahntatku.
Ayah memang hebat. Meskipun sudah ngecret dua kali,
kontolnya masih saja tegang. Saya menunduk dan
menyaksikan betapa ngacengnya kontolku itu. Kepala kontolku yang
berwarna agak keungu-unguan itu berdenyut-denyut, dilumuri
precum. Tanpa malu-malu, saya menggenggam kontolku dan
mulai mengocoknya. Kontolku terus kukocok, naik-turun,
naik-turun, naik-turun..
"Ooohh.. Hhhoohh.. Hhhoosshh.. Aaahh.. Uuuhh.."
Detak
jantungku semakin cepat dan napasku semakin memburu. Sebentar
saja, kontolku pun memuntahkan pejuhnya.
"Hhoohh..Yah, saya ngecret.. Ooohh.."
CCRROOTT!! CCRROTT!! CCRROOTT!!
"AARRGGH..!! PPAAPPAA..!!" erangku, tubuhku mengejang-ngejang.
Untung
saja kedua tangan Ayahku yang kuat memegangku sehingga saya
tak terjatuh. Orgasme menguasaiku dan membutakan
semuanya. Yang saya pikirkan hanyalah orgasme dan
ejakulasi. Pejuhku terpancar jauh mengenai wajah Ayahku. Semakin
ditembakkan, jaraknya semakin berkurang. Sekujur tubuh Ayahku
penuh dengan noda-noda spermaku.
".. Aaarrgghh.." desahku ketika semuanya berakhir.
"Oh, anakku yang manis," Ayahku berbicara.
Tangannya
menarik tubuhku sehingga saya pun jatuh menindih tubuh ayahku
yang besar. Putingnya yang selalu kencang
mengosok-gosok dadaku. Spermaku menempelYahda tubuh
kami berdua. Dari jauh, kami lebih mirip dua roti tawar yang
diolesi dengan mayones.
"Selamat ulang tahun yang ke-18, anakku," sambungnya, "Ini hadiah Ayah untukmu."
"Terima kasih,Yah," balasku, "Saya suka sekali dengan hadiah ini." Kucium Ayahku dengan mesra.
"Ayah
cintaYahdamu, anakku. Ayah ingin agar kita selalu bersama, tak
terpisahkan. Ayah akan menjagamu selamanya, nak. Ayah
hanya minta cintamu sebagai balasannya."
"Ayah
tak perlu meminta hal itu. Saya juga cinta Ayah. Saya terharu
Ayah pun memikirkan hal yang sama. Saya sayang Ayah,"
kataku, merangkulnya erat-erat.
Air
mata bahagia mengalir, membasahi pipiku. Saya tak peduli
apaYahndangan masyarakat, moral dan agama tentang hubungan
incest homoseks ini. Yang kutahu adalah Ayahku dan
saya saling mencintai. Takkan ada yang dapat menghalangi kami.
Hari-hari kami selanjutnya selalu diisi dengan seks, seks, dan
skes. Kami seakan tak pernah puas. Sayang sekali tak
semua ayah dan anak memikirkan hal yang sama dengan
yang kami pikirkan. Mereka tak tahu apa yang telah mereka
lewatkan!
Tamat
hey semuanya, salam kenal, buat kalian-kalian yang suka serial kisah sesama yang masih original seperti Cowok Rasa Apel yang sudah sampai sesi ke 3, silahkan cicipi "Serial Pelepasan" dengan jalinan kisah sesama lelaki dewasa dengan rasa yang berbeda, terimakasih banyak :)
pelepasan remah 1 (episode 1)
Pelepasan Remah ke 2 (episode 2) Klik disini
Pelepasan Remah ke 3 (episode 3) Klik disini
Pelepasan Remah ke 4 (episode 4) Klik disini
Pelepasan remah ke 5 (episode 5) klik disini
Pelepasan Remah ke 6 (episode 6) Klik disini
Pelepasan Remah ke 7 (episode 7) Klik disini
Pelepasan Remah ke 8 (episode 8) klik disini
Pelepasan Remah ke 9 (episode 9) klik disini
Pelepasan Remah ke 10 (episode 10) klik disini
Diperpanjang dong ceritanya
ReplyDelete