Thursday, June 9, 2016

ALI MAULA





“Bisa ketemuan sekarang, mas?”
Aku melihat jam. Sekarang baru pukul 11 siang. Jam kerjaku masih tersisa empat jam lagi.  Sebenarnya aku tak terlalu suka dengan pria ini. Namanya ALI, 25 tahun, anak madura, jobless.
Apa yang bisa dia banggakan di hadapanku?
Wajahnya juga tak tampan. Bodynya juga tidaklah berotot olahan gym. Secara bahasa, dia juga minim kosa kata. Aku yakin, tak ada hal menarik yang bisa kami  perbincangkan.
“Yakin mau ketemu aku?”
“Iya mas”
“Aku sudah 40”
“Aku suka yang dewasa mas”
Hahaha ... bocah bodoh!
Jumlah umur tidaklah sebanding dengan kedewasaan.  You know, aku memang sudah tua. Tapi kalau sedang jatuh cinta, aku bisa bersikap bak brondong 14 tahun. Maunya diperhatikan, maunya dimanja, maunya dinomorsatukan. Itu yang seharusnya dia tahu tentangku.
Tapi Lov ... dia tidak sedang melamarmu, bukan?
Belum tentu dia jatuh hati padamu.
Bisa jadi dia cuma mencari pelampiasan saja.
Bisa jadi dia sedang bosan.
“OK. Kita ketemuan jam setengah tiga ya”
“Dimana mas?”
“Di perempatan jalan. Depan masjid hijau itu”
“Oke mas. Kabari kalau jadi ya”
“Deal”
**
Jam sudah menunjukkan pukul dua siang. Aku segera membereskan semua pekerjaanku. Aku ingin pulang sedikit awal. Tak biasanya aku begini. Pasti rekan-rekan kerja pada kepo kenapa hari ini aku pulang lebih awal.
“Iya, ada kencan ...”
Begitu jawabku ketika teman-teman bertanya. Seharusnya tak boleh begini. Seorang profesional tak boleh korupsi waktu, nanti ditiru anak buahnya. Tapi bolehlah sekali sekali melanggar ketentuan perusahaan.
Mobil kupacu pelan saat tiba di perempatan.
Tak banyak aktifitas manusia di tempat ini.  Tempat ini memang hanya rame di jam-jam sholat.  Setengah jam lagi, bakal ramai tempat ini. Aku melihat seorang anak muda, tinggi sekitar 170 an, badan langsing dengan kaos ketat dan celana sobek di lututnya.
Itu pasti ALI.
Aku menepikan laju mobilku ke kiri jalan. Ali seperti paham, akulah pengendara mobil itu.  Kubuka pintu mobilku.  Ali langsung masuk dan duduk dengan nyamannya di sisi kiriku.
“ALI”
“Lov”
“Kita kemana? Bioskop atau Pantai”
“Langsung aja mas”
“Ke hotel?”
“Iya”
Hahaha aku suka pria yang begini. Pria yang jujur dan terbuka.  Nggak pake mbulet ini itu.  Mungkin itu hal yang kusuka dari pria madura. Keterusterangannya itu.  Jadi kita nggak butuh waktu lama buat bernegosiasi.
“Kamu sudah nikah, mas?”
Aku tak menjawab. Tatapanku fokus pada jalanan yang sepertinya mulai ramai.  Banyak sekali motor yang ugal-ugalan. Suka nyalip-nyalip nggak jelas.  Sekali meleng, bisa jadi bakal terjadi tabrakan.
“Mas ...” kata Ali sambil memegang pahaku.
“Hmm ...”
“Kog nggak dijawab?”
“Perlu dijawab?”
Ganti Ali yang terdiam.
Aku memang paling tak suka ditanya statusku.  Mau menikah kek, mau membujang kek, itu kan sangat personal.  Itu bukan pertanyaan yang membuat kita mendadak jadi intim.  Banyak hal lain yang bisa kita perbincangkan bukan?
“Aku sudah menikah, mas” kata Ali kemudian.
Aku mencoba mendengarkan apa yang ingin dia ceritakan.  Sejujurnya aku juga tak terlalu kepo dengan pribadinya.  Pertemuan pertama tak selayaknya diisi dengan hal-hal berat macam ini bukan?
“Setahun tok. Trus cerai”
“Oh. Sorry. Ada masalah sama istrimu?”
“Masalah harga diri, mas”
“Oh fatal itu”
“Iya mas. Mentang-mentang dia gajinya tinggi, sama aku sewenang-wenang”
“Kerja apa istrimu?”
“Sales mas”
“Lha kamu?”
“Nggak kerja, mas”
WHAT?
Aku menahan tawa sekuat tenaga. Kutu celana juga pasti ketawa kalau menilik masalah ini. Kewajiban suami kan menafkahi istrinya. Lha kalau suami tak menafkahi, bagaimana cara istri menghormati suami?
MODAL CINTA? KETAMPANAN? KEGAGAHAN?
Dapur nggak ngebul masih berharap cinta?
Perut lapar apa masih bisa terlihat gagah?
Gak ada duit apa masih tampan di mata wanita?
ALI ... ALI ... ALI ...
Gerbang hotel sudah dekat. Aku memberi sign ke kanan. Mobil langsung masuk dalam garasi kamar hotel.  Pintu garasi di tutup. 
Ali langsung menyerbu bibirku dengan ganasnya.
Aku membalas seperlunya saja.
Entah apa yang sedang kurasakan saat ini.
Libidoku sedang tak naik.
Mungkin efek dari cerita Ali tadi.



hey semuanya, salam kenal, buat kalian-kalian yang suka serial kisah sesama yang masih original seperti Cowok Rasa Apel yang sudah sampai sesi ke 3, silahkan cicipi "Serial Pelepasan" dengan jalinan kisah sesama lelaki dewasa dengan rasa yang berbeda, terimakasih banyak :)
pelepasan remah 1 (episode 1)
Pelepasan Remah ke 2 (episode 2) Klik disini
Pelepasan Remah ke 3 (episode 3) Klik disini
Pelepasan Remah ke 4 (episode 4) Klik disini
Pelepasan remah ke 5 (episode 5) klik disini
Pelepasan Remah ke 6 (episode 6) Klik disini
Pelepasan Remah ke 7 (episode 7) Klik disini
Pelepasan Remah ke 8 (episode 8) klik disini
Pelepasan Remah ke 9 (episode 9) klik disini
Pelepasan Remah ke 10 (episode 10) klik disini

No comments:

Post a Comment