Aku
anak semata wayang dari keluarga keturunan cina, masa kecilku
sebenarnya sangat bahagia. Walau kesPrimahan datang tiba-tiba.
Ketika usiaku 9 tahun, ayahku meninggal karena sakit.
Tinggal ibu yang kemudian merawatku. Selain itu, ibu
jadi sendirian mengelola toko bangunan sepeninggalan ayah.
Secara
fisik, aku boleh dibilang sempurna, wajah ku tampan khas
keturunan cina. Tak sPrimakit orang yang memujiku. Ketika
berusia 10 tahun, aku ikut klub bela diri wushu di
kotaku. Fisiku yang memang lebih besar dibanding anak lain,
menjadi keliatan lebih bagus saat aku mulai ikut klub tersebut.
Aku
berkembang sebagai manusia normal pada umunya, walau sosok
ayah tak lagi ada untuku. Paman, adik ibuku, biasanya yang
kadang menggantikan ayah. Ibuku memang dekat dengan
keluarga paman. Pamanku seorang ahli bangunan, beliau
tak jarang mengambil barang dari toko ibuku. Kerja sama itu
memang telah dirintis semenjak ayahku ada. Selain beliau kake
nenek dari ibu juga sangat dekat, begitu juga dengan
keluarga ayah, hanya saja dengan mereka aku jarang
ketemu karena berada diluar kota.
Di
akhir kelas 6 aku mengalami mimpi basah, usiaku saat itu
padahal baru jalan 11 tahun lebih. Lambat laun hal itulah yang
menjadi penggangu fikiranku. Perubahan fisik yang
datang perlahan diusiaku yang masih sangat belia, membuat
aku menjadi galau. Tak ada tempat untuk bertanya. Kepada ibu,
aku sama sekali tidak bisa bertanya, karena beliau
perempuan. Selain itu,aku sering gusar melihat alat
vitalku. Ukuranya menurutku terlalu kecil. Bahkan dibanding
temanku yang mempunyai badan lebih kecil dariku. Meski secara
fisik luar aku boleh dibilang tak kurang satu apapun.
Saat
kelas 6 SD, tak sengaja aku melihat Rohim, salah satu pegawai
ibu, ketika buang air kecil. Pria hitam berbadan sPrimakit
kurus itu membuatku iri. Ukuran alat vitalnya sungguh
luar biasa. Jauh sekali dibanding aku, walau kulihat
tinngi badanya hampir sama meski usianya jauh diatas aku. Hal
kecil itulah yang kadang mengangguku, tapi akhirnya aku
berusaha tak begitu peduli lagi.
Sampai
akhirnya,saat aku diakhir kelas satu smp,ibuku membangun
bagian belakang rumahku. Sekaligus memperbaiki kamar ibu yang
sudah rusak. Ibu meminta bantuan paman. Diantara
pegawai paman, ada satu orang, sebut saja Aping, pemuda
berusia sekitar 20tahunan, yang kemudian menginap ditempatku.
Sebelumnya,aku memang sudah mengenal dia, walau tidak begitu
akrab. Beliau awalnya diminta menjaga saat kami tidak
ada, tapi kemudian daripada pulang jauh, ibu
menyuruhnya untuk tidur di rumah saja. Pemuda berbadan kekar itu
pembawaanya tak banyak bicara.
Hanya
senyum yang selalu menghias wajahnya. Tapi tiap hari ketika
dia ada dirumah, aku selalu bertegur sapa, bahkan ketika sore
hari ibu belum juga pulang, dan si mbo yang bekerja
sudah pulang ke rumah. Kami kadang ngobrol kesana
kemari. Bahkan pembicaraan kita kadang menjurus ke hal-hal yang
berbau porno. Dari obrolan,aku jadi tahu,bahwa terkadang Aping
juga suka minum2.
Dipertengahan
perbaikan rumah, ibu mendapat kabar nenek dari ayah sakit.
Karena aku belum libur, Ibu asalnya menyuruhku tidur di tempat
paman, aku setuju, tapi setelah ibu pergi. Aku merasa
malas. Akhirnya aku tak jadi ke rumah paman.
Sampai
kemudian, hari itu hari sabtu,saat semua pegawai sudah pulang.
Matahari sudah terbenam. Kulihat Aping beres2 tas. “mau kemana
mas?" kataku. “besok kan libur, aku mau ke tempat
teman dulu ya, kalau bisa nanti malam pulang, tapi
kayaknya besok” katanya.
”kamu
nginap dipaman kamu aja”katanya lagi. “ya, malas mas, mang mau
apa mas” kataku. ”mau ini, mau nyetel bokep” katanya. ”punya
siapa mas?" tanyaku.
“Rif, tadi kasih pinjam” katanya menyebut anak yang kerja ditempatku juga. ”liat mas” kataku.
Mas
Aping mengambil tas ranselnya,dia kemudian mengeluarkan 3
keping vcd bergambar menantang. ”mas setel disini aja” kataku.
“ya,gimana, mas dah janji ma temen kemarin” katanya.
“mas
juga mau ini” kata dia memperlihatkan botol minuman. “gpp, mas
disini aja, besok kan gak da siapa2 ini” kataku. Akhirnya
entah,Apingun setuju untuk tidak pergi. Kami akhirnya
makan dulu setelah yakin mengunci semua pintu. Selesai
makan, aku langsung membawa mas Aping ke kamarku, sambil
membawa vcd player.
Film
pun diputar, adegan demi adegan keluar, saat itu, aku malah
mengingatkan mas Aping tentang minumanya. “gpp mas, asal jangan
muntah” kataku. “gak kok, mas minum dikit aja buat
ngangetin, jarang sampi muntah2" katanya.
Seiring
film diputar,kami hany diam. ”mas enak gak minumanya” kataku.
“gak, pahit, coba aja” katanya. ”biasanya kalau minum, suka
nambah tegang” katanya. “mas sih” kataku.
Aku
kemudian mencicipinya, dan benar pahit, tapi badanku merasa
hangat. “mas tegang dong?" tanyaku. “dari tadi, gak kuat nih”
katanya.
“mana liat?" kataku.
Tanpa
malu Aping langsung menurunkan sPrimakit celana trainingnya.
Benda hitam yang tak begitu besar tapi sudah tegang itu nongol.
”bucatin aja mas” kataku. ”gak ah malu” katanya.
“kamu liat” katanya.
Aku
asalnya malu, tapi mas Aping menarik boxerku. “ih merah amat”
katanya. “kecil ya mas” kataku. “gak lah, cukup,kamu kan masih
numbuh” katanya. “paha kamu sexy banget ih, kayak
cewe” kata mas Aping sambil tiba-tiba meraba-raba
pahaku.
Aku
hanya senyum. ”kamu bucatin juga, mau?" katanya.
Entah,tiba-tiba aku mengangguk,akupun akhirnya mengambiil
lotion. Kulihat mas Aping menegak minumanya saat
melihat aku menurunkan celanaku, matanya terus menatapku,
diapun menurunkan celanaya. Paha kekarnya nampak legam selegam
kontolnya. Dia kemudian menyender di tembok, ditepi
kasur. Tanganya kemudian menengadah saat aku
menumpahkan lotion. Perlahan dia membaluri ujung kontolnya.
”sini,
ini kebayakan” katanya. Akupun mengeser dudukku mendekat,
perlahan dia membalurkan lotion itu ke kontolku. Sambil
memijat-mijat kontolku pelan. Kontolku makin memerah.
Tiba-tiba Aping meraba pahaku,
”mas
gesek2 di sini ya” katanya, aku asalnya ragu, tapi entah,
akhirnya aku menurut. Aping membalurkan lotion
keselangkanganku, perlahan aku sPrimakit berbaring dan
menyamping. Diapun berbaring menyamping. Kurasakan kontolnya
bergerak diantara selankanganku. Kurasakan samar- samar bau
minuman, dan mata Aping sudah sPrimakit merah. Sesaat
kurasakan tanganya membaluri pantatku dengan lotion,
sambil memijat, setelah itu kurasakan jarinya menyentuh lubang
pantatku dan menggosoknya.
“mas,
jangan dimasukin, takut sakit” kataku. “gpp, pelan-pelan, gak
sakit kok” katanya. Perlahan kurasakan tanganya mulai
menekan-nekan,dan lama-lama sepertinya semakin dalam, rasa geli
menjalar, walau sesekali tak enak. Sesekali tangan
lain yang telah masuk dibawah pinggangku, meremas- remas
kontolku, dan itu mengurangi rasa sakit di pantatku. Sampai
akhirnya kurasakan ujung benda tumpul menyentuh lubang
pantatku.
”mas
jangan" kataku. “gak, cuma di temple aja,g ak kan dimasukin
kok” katanya, sesaat kurasakan jarinya telah mengangtikan
kontolnya. Nafas mas Aping makin tak karuan, saat itu
kurasakan kontolnya kembali berusaha menempel lebih
dalam. “mas jangan” kataku.
Tapi
entah saat itu Aping tidak berhenti,malah makin berusaha
menekan, aku berusaha meronta, tapi malah dia makin menekan
hingga tubuhku makin tertelungkup, perlahan benda itu
makin dalam masuk kedalam lubang pantatku.
“mas"
hanya itu yang keluar dari mulutku, sebelum akhirnya kurasakan
kontol mas Aping, pelan tapi pasti, sudah maju mundur
dipantatku. Dia terus melakukan itu,bahkan makin lama
genjotanya makin kencang.
”kamu
tuh sexy, mas gak kuat nahannya” katanya sambil terus
mengenjotku. Aku jadi teringat wanita difilm yang sedang
kutonton. Sakit
masih
terasa walau lama-lama makin bercampur dengan rasa geli. ”mas
udah ah, sakit” kataku. “sebentar lagi, tahan, gpp kok”
katanya,dia terus menggengotku, satu tanganya kemudian
berusaha meraba kontolku dan kemudian mengocoknya.
Saat itu rasa mual diperutku perlahan hilang. Samapi akhirnya
Aping mendekapku erat dan.
Ahh..ahh...ahhh
desahnya, kurasakan hangat mengalir dilubang pantatku. Aping
tak langsung mencabut kontolnya, dia kemudian mengocok kontolku,
sambil sesekali menamcapkan lebih dalam lagi
kontolnya, akhirnya akupun tak kuasa, setelah cairan
bening yang terus keluar, akupun kemudian mengejang seiring
dengan cairan kental keluat dari ujung kontolku. Perlahan
kurasakan kontol Aping keluar dari pantatku. "aduh..aduh..enak
kan” katanya.
Matanya
kulihat makin merah, aku tahu itu akibat pengaruh minuman. Aku
hanya terbaring saat Aping bergerak ke lantai, dan kemudian
terlelap di karpet.
Aku
terus memutar kaset. Perlahan rasa sakit hilang.
Entah,sesekali aku malah melihat kearah Aping. Berharap dia
bangun. Tapi hingga pagi hari,kulihat dia tetap tidur
dikarpet itu. Saat bangun, dia keliatan diam sekali. Bahkan
sepertinya tak mau menatapku. Tapi akhirnya dia mengajaku
bicara.
"maaf
semalam ya,mas ga sadar” katanya. Aku hanya diam. Sejak itu
dia jadi menghindariku. Bahkan hingga rumahku selesai
diperbaiki,d ia tak pernah menyapaku. Hanya senyum jika
kebetulan beretemu.
Sejak
peristiwa itu,aku jadi selalu teringat akan kelakuan Aping.
Bahkan kadang aku berharap mengulanginya. Sesekali jika
birahiku tak tertahankan, aku melakukan onani. Bahkan
kadang, aku sengaja menusuk-nusukan jariku ke lubang
kemaluanku. Sesekali jika main kerumah paman, aku kadang melihat
Aping, tapi aku tak berani menyapanya. Hanya senyum yang
biasa kami lakukan. Kira-kira 4 bulan setelah
peristiwa pertama. Aku akhirnya memberanikan diri menyapa
Aping, saat itu aku sedang bermain ke rumah pamanku.
“mas,
pinjam kasetnya dong” kataku. “ada sih, tapi di temen, nanti
dipinjamin” katanya. “mang mau nyetel dimana, kan ada si mbok”
kata Aping. “hari minggu si mbok sekarang datanya suka
siang” kataku. “oh, ya dah, nanti dipinjamin” katanya.
Entah setelah bercakap-cakap, Aping akhirnya setuju
mengantarkanya kerumahku hari minggu pagi.
Akhirnya
setelah ibuku berangkat ke toko sekitar jam 8, tak lama
setelah itu Aping datang memakai motor. Asalnya dia akan terus
pulang. “mas,tunggu aja, nanti langsung bawa aja lagi,
aku gak berani simpan” kataku.
Dia
akhirnya setuju. Di tengah rumahku, akupun memutar kaset yang
dibawa Aping. Kami hanya diam ketika adegan-demi adegan
berjalan, bahkan ketika keping ke dua selesai dan
berganti judul baru. Aping sesekali hanya meliriku dan senyum.
Akhirnya aku beranikan diri bertanya.
”mas
bangun gak?" kataku. “ya bangunlah, dari tadi"katanya sambil
melirik, aku juga,jawabku. ”keluarin yuk” kataku, Aping melirik
dan tersenyum.
”sok aja kamu” katanya. “barengan” kataku.
Aping
akhirnya setuju, perlahan dia membuka celana jeansnya,akupun
menurunkan celana pendeku. Saat itu, dia langsung merba-raba
pahaku, akupun dengan berani meraba-raba kontol Aping
yang sudah mengeras. Sesaat aku beranjak dan mengambil
lotion dikamar ibu. Setelah itu, kubasuhkan sPrimakit
ditanganku, lalu aku mengocok pelan kontol Aping. Perlahan
Apingun mulai meraba-raba kontolku. Tapi kemudian dia
menundukan mukanya dan mencium pantatku.
"Duh,
putih banget, sexy" katanya, aku hanya senyum. Aku hanya
senyum dan membiarkanya. Tapi perlahan ciuman Aping mengarah
kelubang pantatku, aku akhirnya sPrimakit menunduk. Tanpa
geli, kurasakan lidahnya menjilat lubang pantatku.
Kurasakan geli yang amat sangat. Hingga badanku makin mendekati
sofa yang kami duduki.
”naik
aja, lurusin kakinya” kata Aping. Aku akhirnya menaikkan
kakiku dan tertelungkup diatas sofa. Aping berjongkok disamping
sofa, tepat disebelah pantatku. Dia kemudian
melanjutkan lagi jilatanya,bahkan denag membuka bibir
pantaku lebar-lebar. Setelah itu dia menuyuruhku berbalik dan
kemudian menganjalakan bantal kecil di pantatku. Akhirnya dia
kembali menjilati pantatku. Sambil akhirnya tanganya
mengambil lotion dan membalurkanya di jarinnya, lalu
perlahan dia mulai mengusap-usap lubang pantatku denga jari
telunjuknya.
“sakit
ga?" katanya, aku mengeleng, Aping melakukanya pelan-pelan.
”mau dimasukin ini gak?" kata Aping sambil mengusap-usap
kontolnya. Aku menganguk ”tapi pelan2 ya mas” kataku.
Kulihat
muka Aping langsung berubah sumeringah,perlahan dia mulai
bergerak naik keatas sofa, setelah melumuri kontolnya dengan
lotion, dia mulai merapatkan ujung kontolnya ke lubang
pantatku, Aping melakukanya hati-hati sekali, kadang
dia berhenti ketika melihat wajahku meringis, aku sendiri
merasa sakit, tapi entah, aku ingin sesuatu yang pernah aku
rasakan dulu. Lama-lama kontol Aping makin dalam dan
makin lancer masuk ke lubang pantatku. Akhirnya
perlahan-lahan, dia mulai memaju mundurkan kontolnya.
Kupenjamkan
mataku sambil kurasakan persaan yang campur aduk. Antara
mual, geli, gatal, nikmat, semua bercampur jadi satu, hingga
akhirnya hanya desahan kecil yang bisa keluar dari mulutku.
Akhirnya kubuka mataku, kulihat ekpresi wajah Aping
yang penuh kegembiraan, perlahan aku memegang pergelangan
tangan Aping yang nampak mengeluarkan otot2nya. Sesekali aku
mengusap dadanya yang penuh peluh. Semua kuperhatikan dengan
sangat seksama, sungguh, otot2 kelam Aping, memberiku
kekaguman lain. Perlahan Aping merpatakan tubuhnya,
kemudian dia mengulum teteku. Tindakanya yang tiba-tiba,
menyentakan dadaku, hingga jantungku berdegup makin kencang.
Akhirnya kupeluk badan Aping kuat-kuat, sambil
kurasakan otot2nya yang keras.
Gesekan
perut Aping dikontolku memberikan kenikmatan luar biasa,
cairan bening kurasakan terus mengalir dari ujung kontolku,
sampai akhirnya kudekap Aping erat-erat supaya
perutnya menekan kontolku yang memberiku nikmat, sampai
akhirnya aku tak kuasa dan kontolku akhirnya berdenyut kencang
hingga cairan kental kurasakan telah tumpah dari
kontolku.
Saat itu gerakan Aping makin cepat samapi akhirnya dia pun
mengejang-ngejang diatas perutku. Saat itu cairan mulai terasa
membanjiri pantatku.
”duh,
nikmat, nikmat” desah Aping sambil terus menekankan kontolnya
walau kurasa kontol Aping mulai mengecil. Aku terus mendekap
Aping, pelunya yang banyak membanjiri tubuhku.
Perlahan Aping bangkit dari atas tubuhku. Aku meraba
pantatku dan kurasakan basah. Aping mengelapnya dengan celana
dalamku.
“nanti
jongkok aja, kayak mau buang air besar, kalau mau mani yang
didalam keluar” katanya, aku mengangguk. Aku langsung mengenakan
boxerku, begitu juga dengan Aping. Setelah itu, aku
langsung merapikan kaset dan mengembalikanya ke Aping.
“nanti
kalau mau pinjam2 lagi boleh gak?" kataku. “boleh, nanti
kalau ada yang baru aku kasih tahu” kata Aping.
Tak
sampai sebulan, Aping memberi tahuku kalau ada kaset baru,
akhirnya kami mengulang perbuatan kami, kali ini aku diajak
kerumahnya. Tentu saja dengan sPrimakit berbohong
kepada ibuku. Sore itu, dengan leluasa Aping kembali
mengaguliku dengan penuh nafsu. Sesekali kami mengulang, walau
tidak sering karena Aping harus bekerja. Sampai akhirnya suatu
hari kami bercakap.
”tahu
Prima kan pegawai paman kamu juga” katanya. Aku mengangguk
”dia juga sama, suka cewek ,suka pantat juga” katanya. ”masa?"
kataku. “iya” katanya.
”yang
bener mas” kataku. “iya, tititnya juga gede” katanya. “mas
ngasih tahu ya tentang aku” kataku. “gak, sumpah, tapi dia
pernah bilang gini, gila paha kamu putih amat” kata
mas Aping. “kalau kamu kasih, pasti dia kaget”
katanya.
Entah
akhirnya aku setuju. Atas saran Aping. Aping mau datang
kerumah Prima, bawa temen, pinjam kaset, tapi Aping tak memberi
tahu Prima, bahwa temanya itu aku. Supaya dia kaget,
katanya. Benar saja, saat kami tiba dirumahnya, Prima
seolah tak percaya. Dia bahkan grogi saat memberiku minum. Pria
berusia sekitar 27 tahun itu keliatan gugup sekali.
“dah
nontonya aja disini, nanti mas Prima yang antar kamu pulang”
kata Aping, mas Prima setuju, walau wajahnya masih kelihatan
bingung. Akhirnya Aping pergi, kamipun menonton tv.
Kulihat mas Prima sopan dan tidak bertanya macam2, hanya
matanya sesekali melihat kearah pahaku. Sampi akhirnya dia kaget
dengan pertanyaanku.
“mas,
katanya punya mas gede ya?" kataku. mas Prima sempat bengong,
sampi akhirnya tersenyum. “ah, kata siapa, biasa aja” katanya.
”kata Aping” kataku.
”mas
liat dong” kataku. ”liat apa?" katanya. ”liat kontolnya”
akhirnya dengan sPrimakit rayuan, mas Prima mau memperlihatkan
kontolnya setelah aku setuju meperlihatkan kontolku
juga. Dia diam saja ketika aku mengusap-usapnya.
“mas
disini aman gak, takut ada orang” kataku. ”gpp, aman, dijamin”
katanya. “atau mau dikamar aja” katanya, aku menganguk,
kulihat wajahnya seperti kaget. Tapi kemudian kamipun
masuk kekamarnya. Awalnya mas Prima hanya
mengesek-gesekan kontolnya dipahaku, persis seperti Aping dulu,
tapi akhirnya aku memintanya untuk diamsukan kedalam pantatku
pelan- pelan.
”kamu
serius” kata mas Prima, aku menganguk. Akhirnya denga penuh
birahi mas Prima memasukan kontolnya kepantatku. Tangan-tangan
kekarnya terus mendekap tubuhku erat sampai akhirnya
air kenikmatan tumpah dari ujung kontolnya.
Sejak
itu sesekali mas Prima kujadikan pelampiasan birahiku. Tapi
kelakuanku tidak hanya sampai disitu. Tukang becak yang mangkal
didepan komplekku juga kadang menjadikan birahiku
bergolak, salah satunya bang Rif. Lelaki berstatus
duda berusia 30 tahun itu, bagiku memiliki keindahan luar
biasa. Keringat dan otot2 yang keluar saat mengayuh becak,
membuat bulu kuduku terkadang berdiri. Setelah
mengenal Aping, bang Rif menjadi perhatianku. Bahkan,
lebaran dan perayaan lain ibu kadang membagikan makanan, bang
Rif selalu aku beri.
Sampai
akhirnya, suatu hari dia mengantarku ke rumah. Seperti
biasa,sesekali aku menyuruhnya masuk dan memberinya minum. ”si
mbok kemana" katanya. “pulang kali. Eh bang, gak kesepian
menduda” tanyaku. ”kesepian sih, tapi gimana lagi”
katanya.
“trus
kalau mau gituan gmana?" kataku. ”ya paling kekamar mandi”
katanya tertawa. ”bang Rif kontolnya gede ya?" tanyaku. “ih,
tahu dari mana?" katanya. ”kamarin, waktu kencing aku
intip” kataku tertawa. ”walah, nanti gak ikut numpang
kencing lagi ah” katanya.
Entahlah,
kami akhirnya ngobrol ngalor ngidul, sampai ke hal porno,
akhirnya saat aku meminta melihat kelaminya, dia setuju, bahkan
ketika aku remas-remas dia hanya diam saja. Sampai
akhirnya aku membisikan sesuatu yang membuatnya
sPrimakit kaget.
”bang,
masukin ke pantaku mau ga?" kataku. “ih, mana bisa” katanya.
”bisa, di coba” kataku. Entah akhirnya dia setuju, bahkan saat
aku menyuruhnya mandi dulu, dia setuju. Sore itu
akhirnya kerasakan kenikmatan kontol bang Rif, dia
masih tak percaya apa yang terjadi, tapi kemudian dia tersenyum
saat aku memberinya uang untuk rokok.
Sungguh,
aku sendiri tak menyangka, waktu itu aku masih SMP, tapi
kelakuanku sudah sangat tidak wajar bagi anak seusiaku. Tapi
entah, dalam diriku selalu ada gejolak ketika melihat orang2
berkulit gelap dan berbadan kekar. Bahkan akhirnya,
kontol Rohim pegawai ibu yang besar itupun akhirnya
dapat aku nikmati setelah aku iming-imingi uang. Dan setelah
itu, saat kontolnya aku hisap, dia tak pernah menolak walau tak
diberi uang.
Dan
petualanganku tak hanya sampai disitu, suatu hari, aku
mendengar mas Prima punya kaset baru, aku minta diajak
menonton. “jangan Jim, soalnya nontonya sama temen”
kata mas Prima.
"gpp,
nanti aku pulang sendiri” kataku. Akhirnya mas Prima setuju,
dan saat aku tiba ditempat mas Prima, sudah ada dua kawan mas
Prima, sesama kuli bangunan juga. Badan mereka tak kalah
kekar dan gelap dibanding mas Prima. Awalnya mereka
agak kikuk dengan kehadiranku. Tapi kemudian, film biru
mencairkan suasana. Dan saat itu, mas Prima berkata.
“Jim
tau gak, diantara kami siapa yang paling gede?" aku
menggeleng. “tuh, dia sama teh botol aja gedean dia” katanya.
“masa” kataku. “iya, liatin aja No” kata mas Prima.
“ora
ah, malu” katanya. Tapi berkat bujukanku akhirnya Tarno mau
memperlihatkanya, aku begitu terkesiap, Udin, teman mas Prima
yang lain, akhirnya memperlihatkanya juga, walau tak
sebesar yang lain, tapi masih besar dia dibanding aku.
Dan entah, karena pengaruh film, atau minuman yang mereka
teguk, dengan sPrimakit memaksa Tarno memintaku membuka
celanaku, awalnya dia hanya ingin melihat kontolku. Tapi saat
celana jeansku telah turun selutut, mereka sepertinya
telah dirasuki birahi. Perlahan tak hanya Tarno, Udin juga
malah meraba-raba pahaku, bahkan dengan bantuanya, Tarno dapat
melepas semua celanaku. Mas Prima hanya tersenyum
pura-pura tak peduli. Hingga akhirnya dia merangkulku
juga saat udin menciumi dadaku.
Kejadian
itu tak dapat aku kira, tapi perlahan aku hanya pasrah, ketika
akhirnya mereka membopongku kedalam kamar setelah seluruh
pakaianku mereka lucuti. Aku sPrimakit kewalahan, Udin
yang nampaknya tak kuasa menahan gejolak, langsung
menjilati lubang pantaku, dan kemudian mengarahkan kontolnya ke
lubang pantatku setelah dia lumuri lotion. Tarno dengan paksa
berusaha memasukan kontolnya kemulutku, yang akhirnya
aku terima dan aku hisap dalam-dalam. Mas Prima
menghisap putingku, sambil satu tanganya memegang jariku yang
dia rapatkan dikontolnya.
Kupejamkam
mataku dan kunikmatai semua perlakukan mereka. Saat kontol
Udin mulai cepat maju mundur bahkan akhirnya terlepas setelah
memuntahkan cairan kenikmatan, dengan penuh antusias,
kuterima sodokan kontol mas Tarno kemudian, dan
sungguh, aku tak menyangka, bahwa kontolnya bisa memberiku
kenikmatan luar biasa hingga kepalaku seperti melayang diawan.
Hentakan2 kerasnya membuatku terkulai tak berdaya didera
rasa nikmat luar biasa. Akhirnya mas Prima yang
terakhir memberiku sodokan kontolnya. Walau tak seenak
sebelumnya, tapi tetap aku nikmati, kocokan tangan mas Tarno
dikontolku,memberi nilai tambah,disaat kurakan kontol mas Prima
sepertinya terlalu mudah untuk keluar masuk. Dan
akhirnya berbarengan dengan muntahnya cairan kental dari
kontol mas Prima, akupun menumpahkan cairan kenikmatan diatas
perutku.
Tak
teras hampir 2 jam aku dikamar bersama mereka, hari sudah
hampir gelap, mereka berebutan ingin mengantarku pulang. Dan
akhirnya aku setuju mas Tarno yang mengatarkanku
pulang. Bukan tanpa alasan, karena setelah itu, aku
berusaha menikmati kembali hentakan-hentakan kontol besarnya,
dan dengan senang hati dia melakukanya.
Sejak
itu,terkadang aku melayani banyak lelaki secara bersamaan,
mereka adalah kuli2 yang aku kenal, baik pegawai paman, atau
lainya. Tidak hanya itu, setiap tukang becak yang aku
pakai jasanya, atau aku jumpai disekolah atau diempat
latihan, aku berusaha mengakrabkan diri kepada mereka. Dengan
begitu, aku bisa memuaskan keinginan birahiku terhadap
mereka.hey semuanya, salam kenal, buat kalian-kalian yang suka serial kisah sesama yang masih original seperti Cowok Rasa Apel yang sudah sampai sesi ke 3, silahkan cicipi "Serial Pelepasan" dengan jalinan kisah sesama lelaki dewasa dengan rasa yang berbeda, terimakasih banyak :)
pelepasan remah 1 (episode 1)
Pelepasan Remah ke 2 (episode 2) Klik disini
Pelepasan Remah ke 3 (episode 3) Klik disini
Pelepasan Remah ke 4 (episode 4) Klik disini
Pelepasan remah ke 5 (episode 5) klik disini
Pelepasan Remah ke 6 (episode 6) Klik disini
Pelepasan Remah ke 7 (episode 7) Klik disini
Pelepasan Remah ke 8 (episode 8) klik disini
Pelepasan Remah ke 9 (episode 9) klik disini
Pelepasan Remah ke 10 (episode 10) klik disini
No comments:
Post a Comment